Fahri Hamzah Bilang Anak Bangsa Mengemis di Negeri Orang; Baca Dulu Fakta Ini
Cuitan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menjadi pembahasan netizen dalam dua hari terakhir
Cuitan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menjadi pembahasan netizen dalam dua hari terakhir
Bareksa.com – Cuitan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menjadi pembahasan netizen dalam dua hari terakhir. “Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela” kurang lebih seperti itu cuitan dari politisi PKS ini yang tak lama kemudian dihapus. Lantas benarkah pernyataan tersebut?
Bareksa menganalisis menggunakan sejumlah data dan fakta yang sudah dipublikasikan resmi. Berdasarkan data Badan Nasional Penepatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) cenderung menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2011, sebanyak 586.802 orang mempertaruhkan nasibnya di luar negeri, sedangkan hingga November 2016 angka tersebut menurun drastis 63,7 persen menjadi 212.900 orang.
Meskipun jumlah TKI yang bekerja di luar negeri setiap tahun menurun, kontribusi mereka terhadap ekonomi negara ini tidak ikut berkurang. Hal ini terlihat dari jumlah remitansi yang justru meningkat setiap tahun. Sebagai informasi, remitansi adalah transfer uang yang dilakukan pekerja asing ke penerima di negara asalnya. Selain bantuan internasional, uang yang dikirimkan pekerja migran merupakan salah satu arus uang terbesar di negara berkembang.
Promo Terbaru di Bareksa
Terlihat jelas di dalam grafik berikut bahwa penurunan jumlah TKI tidak diikuti oleh menurunnya remitansi TKI. Pada tahun 2015, jumlah remitansi yang datang mencapai US$9,42 miliar, meningkat 39,97 persen dibandingkan jumlah pada tahun 2011 yang hanya US$6,73 miliar. Hingga 11 bulan 2016, jumlah remitansi pun sudah mencapai US$7,48 miliar, lebih tinggi daripada jumlah yang dikumpulkan pada setahun penuh 2013.
Grafik : Perbandingan Remitansi dan Jumlah TKI 2011 – 2016*
Sumber : BNP2TKI
Memang uang remitansi dari para TKI tersebut diterima oleh keluarga mereka, bukan langsung masuk ke kas negara. Akan tetapi, para TKI ini tentunya meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka dan secara tidak langsung berkontribusi pada ekonomi masyarakat yang tinggal di Indonesia.
Pada saat yang sama, remitansi ini pun berkontribusi pada cadangan devisa negara. Dari tahun ke tahun, porsi remitansi yang diberikan oleh TKI ini pun semakin besar kontribusinya pada cadangan devisa negara. Pada tahun 2015, nilai remitansi memberi sumbangan 8,9 persen cadangan devisa, jauh lebih besar ketimbang porsi pada 2011 yang hanya 6,1 persen. Per November 2016 pun, porsinya sudah mencapai 6,4 persen.
Grafik : Perbandingan Cadangan Devisa (US$ miliar) dan Kontribusi Remitansi terhadap Cadangan Devisa
Sumber : BNP2TKI
Seperti grafik yang disampaikan di atas, remitansi TKI mampu berkontribusi cukup banyak terhadap peningkatan cadangan devisa Indonesia di tengah menurunnya angka pekerja TKI.
Grafik : Pertumbuhan Remitasi per TKI (US$)
Sumber : BNP2TKI
Apabila kembali dianalisis lebih mendalam, dengan jumlah TKI yang berkurang tetapi nilai remitansi bertambah terlihat bahwa justru pendapatan per TKI meningkat. Per November 2016, jumlah remitansi per TKI bisa mencapai US$35.134, melonjak tiga kali lipat dibandingkan dengan US$11.469 pada 2011.
Peningkatan remitansi tersebut pun bisa dikaitkan dengan membaiknya kualitas pekerjaan para TKI di luar negeri. Data BNP2TKI menunjukkan bahwa jenis pekerjaan domestic work berkurang jauh. Bahkan, dominasinya mengecil.
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan Pekerjaan TKI Berdasarkan Jenisnya
Sumber : BNP2TKI
Secara garis besar, jumlah TKI tahun 2016 hingga November memang berkurang menjadi 212.900 orang dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya 253.688 orang. Apabila kita mengelompokkan jenis pekerjaan para TKI itu, kelompok pekerja rumah tangga (domestic worker) berkurang drastis. Jumlahnya menjadi hanya 40.348 orang, atau berkurang 28,23 persen dari jumlah periode sama tahun lalu. Porsi domestic worker pun mengecil menjadi 18,95 persen dibandingkan sebelumnya 22,16 persen.
Di sisi lain, porsi pekerjaan caregiver meningkat menjadi 23,22 dan mendominasi hingga November 2016. Porsi worker pun bertambah menjadi 11,95 persen. Maka, terlihat bahwa pekerjaan domestik sudah tidak lagi mendominasi para TKI di luar negeri.
Oleh sebab itu, kata-kata seperti “mengemis” dan "babu" yang dicuitkan sebelumnya oleh Fahri Hamzah tampaknya sangat tidak menghargai para TKI yang bisa dibilang sebagai pahlawan devisa ini.
Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dhakiri mengingatkan bahwa sebaiknya masyarakat tidak mudah termakan isu kecil yang dibesar-besarkan tanpa adanya data yang akurat dan resmi. Apalagi, berkaitan dengan serbuan tenaga asing yang bekerja di Indonesia tetapi jumlahnya tidak masuk di akal.
Hanif mencontohkan, bila memang investor asing -- dari China misalnya -- ingin berinvestasi di Indonesia, tidak mungkin membawa seluruh pekerjanya hingga tingkat buruh dari negara asal karena akan memakan biaya yang sangat besar. Biaya itu termasuk ongkos dan akomodasi pekerja asing untuk datang di Indonesia dan gaji -- yang tentunya lebih mahal daripada untuk pekerja lokal. Adapun wajar bila investor membawa sejumlah pekerja ahli (skilled worker) dari negara asal karena kemampuan mereka, tetapi tidak sampai level terbawah.
Dia pun mengutip jumlah pekerja asing di Indonesia per 2016 justru turun menjadi 74.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya 77.000 orang. Kalau dibandingkan dengan jumlah TKI yang pergi ke luar negeri pada 2016 yang mencapai 212.900 orang, tentunya angka pekerja asing di Indonesia tersebut tidak seberapa.
"Hati-hati terhadap provokasi dan isu-isu seperti ini jangan dijadikan kompor untuk memecah belah bangsa," ujarnya dalam Diskusi Panel SARA, Radikalisme, dan Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Jakarta. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.383,98 | 0,27% | 4,10% | 7,65% | 8,38% | 19,56% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,17 | 0,35% | 4,25% | 7,06% | 7,42% | 3,33% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.081,97 | 0,58% | 3,99% | 7,31% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.848,33 | 0,52% | 3,87% | 6,88% | 7,37% | 17,88% | 40,95% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.277,74 | 0,82% | 3,98% | 6,89% | 7,33% | 20,30% | 35,72% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.