Ingin Investasi Logam Mulia? Ketahui Dulu Penyebab Naik Turunnya Harga Emas
Setidaknya ada 5 faktor pendorong naik turunnya harga emas
Setidaknya ada 5 faktor pendorong naik turunnya harga emas
Bareksa.com - Investasi emas diyakini banyak kalangan sebagai salah satu instrumen investasi yang dianggap aman, risk free dan atau safe haven. Emas dimaksud khususnya logam mulia atau emas batangan.
Di tengah pandemi dan dampak Covid-19 yang melanda seluruh dunia, harga emas pada pekan lalu justru sukes menembus rekor baru yakni di atas US$1.800 per troy ounce.
Pada awal pekan ini harga emas di pasar internasional sempat meneruskan tren kenaikannya, walau sejak Kamis (16/7/2020) dan hari ini Waktu Indonesia Barat (17/7/2020), harga emas kembali di bawah US$1.800 per troy ounce.
Promo Terbaru di Bareksa
Pendorong penurunan harga emas di pasar internasional seperti dilansir Liputan6.com, adalah penguatan dolar AS. Selain itu, langkah Bank Sentral Eropa yang mempertahankan kebijakan moneter juga mendorong beberapa investor untuk melakukan aksi jual atau ambil untung, sehingga harga emas mengalami tekanan.
Mengutip CNBC, pada Jumat (17/7/2020), harga emas di pasar spot turun 0,8 persen menjadi US$1.796 per troy ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup turun 0,7 persen menjadi US$1.800,30 per troy ounce.
Analis Senior OANDA, Edward Moya mengatakan pasar sedikit mengambil jeda dari tren kenaikan harga emas yang telah terjadi beberapa waktu ini. Karena itu, harga emas mengalami sedikit tekanan.
Selain itu, sentimen lain yang menekan harga emas adalah nilai tukar dolar AS yang naik 0,3 persen. Hal ini membuat emas batangan mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Beberapa investor mengunci keuntungan tetapi investor menengah dan jangka panjang dengan kuat mempertahankan posisi mereka dan mereka akan membeli jika ada penurunan yang signifikan," tambah Moya.
Harga emas spot mencapai US$1.817,71 per troy ounce, tertinggi sejak September 2011, pekan lalu dan telah meningkat 18 persen sepanjang tahun ini.
Waktu telah membuktikan kalau emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Harga emas telah naik beberapa waktu belakangan karena langkah-langkah stimulus besar-besaran dan keputusan moneter suku bunga rendah.
Analis Senior Kitco, Jim Wyckoff juga mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan AS dan China serta peningkatan infeksi virus Covid-19 di beberapa negara membuat harga emas tetap naik.
Harga Dalam Negeri
Terkoreksinya harga emas di pasar internasional Waktu Indonesia Barat pada hari ini, juga terjadi di dalam negeri. Mengutip laman Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas batangan Antam pada Jumat (17/7/2020), berada di posisi Rp944.000 per gram, turun Rp5.000 per gram dari harga Kamis (16/7/2020) yang sebelumnya Rp949.000 per gram.
Meski begitu, sebagaimana dilansir Kontan.co.id, harga emas pada hari ini dibandingkan tujuh (7) hari lalu atau 10 Juli 2020, mengalami kenaikan Rp7.000 per gram. Kala itu, harga emas masih berada di posisi Rp937.000 per gram.
Di sisi lain harga pembelian kembali atau buyback emas Antam pada hari ini, menjadi Rp844.000 per gram.
Ramalan Harga
CNBC Indonesia menyampaikan terdapat sejumlah ramalan mengenai harga emas untuk beberapa waktu ke depan. CNBC Indonesia yang melansir CNBC International, menyebutkan kalau pertengahan bulan lalu atau Juni 2020, bank investasi ternama, Goldman Sachs memprediksi harga emas akan mencapai US$1.800 per troy ounce ons dalam tiga bulan ke depan, US$1.900 per troy ounce enam bulan ke depan, dan US$2.000 per troy ounce dalam 12 bulan ke depan.
Di sisi lain Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, menyampaikan prediksinya kalau harga emas akan mencetak rekor tertinggi pada tahun depan dan jangka panjang emas akan mencapai US$4.000 per troy ounce.
Ramalan paling ekstrim datang dari Dan Olivier, pendiri Myrmikan Capita. Oliver memprediksi emas akan mencapai US$10.000 per troy ounce. Tapi, Olivier tidak menyebutkan dalam rentang waktu berada lama emas akan mencapai level US$ 10.000 per troy ounce.
Sebagai gambaran sebagaimana dilansir CNBCIndonesia, satu troy ounce, mengacu aturan di pasar itu setara dengan 31,1 gram. Maka, jika harga emas US$10.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$322 per gram.
Kemudian, jika disetarakan dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, nilai tukar Rp14.000 per dolar AS, maka prediksi harga emas menurut Oliver, harga emas bisa menembus Rp4,5 juta per gram.
Penyebab Naik Turun Harga
Jadi, apa saja sebetulnya yang membuat harga emas bisa naik turun sedemikian rupa? Berikut ulasannya seperti dikutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK):
1. Ketidakpastiaan Kondisi Global
Berbagai situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas. Mengapa begitu ya? Dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat. Karena itulah saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik.
Yang belakangan ini terjadi kita dihadapkan dengan berita kenaikan harga emas yang diakibatkan oleh situasi ketegangan Amerika Serikat dan China. Situasi ini menggenjot investor global berbondong-bondong untuk berinvestasi aset aman (safe haven), salah satunya emas. Tidak heran kalau harga emas naik karena memang peminatnya sedang banyak-banyaknya. Namun, kala situasi mulai adem safe haven seperti emas akan kekurangan peminat.
Risk appetite investor datang lagi dan perburuan terhadap aset-aset berisiko pun dimulai. Harga emas bisa jadi akan turun nantinya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga mengakui lho bahwa emas kerap menjadi pilihan investor di kala ketidakpastian ekonomi global saat ini. Setidaknya ada tiga alasan emas baru dipilih manakala ekonomi sedang tidak menentu atau terdapat gejolak geopolitik. Pertama, nilai emas tetap terjaga meski terjadi inflasi atau deflasi. Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi atau perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas. Tak heran, pamor emas umumnya melejit ketika sedang krisis.
2. Penawaran dan permintaan emas
Hukum penawaran dan permintaan juga berlaku pada emas. Lebih besar permintaan emas ketimbang penawarannya bikin logam mulia yang digemari ibu-ibu rumah tangga ini bakal naik. Sebaliknya, harganya akan turun apabila penawaran lebih besar daripada permintaannya.
Menariknya ketersediaan emas di dunia ini cukup terbatas. Selain dari hasil pertambangan juga berasal dari daur ulang emas. Ada dua versi hasil hitung dari total emas yang ada di dunia. Versi pertama dari Thomson Reuters GFMS yang menyebut angka totalnya mencapai 171.300 ton. Sementara versi kedua dari James Turk, pendiri Gold Money, yang memperkirakan jumlahnya mencapai 155.244 ton.
3. Kebijakan Moneter
Harga emas juga sangat tergantung dari kebijakan moneter yang diambil bank sentral Amerika Serikat (Federal System atau secara informal disebut The Fed). Kebijakan moneter yang dimaksud adalah kebijakan menaikkan atau menurunkan suku bunga.
Kalau The Fed menurunkan suku bunga, emas berpotensi naik harganya. Sebab dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas. Begitu juga sebaliknya.
4. Inflasi
Inflasi adalah salah satu faktor utama yang membuat harga-harga barang semakin naik, hal ini juga berdampak pada harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas.
Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang enggan menyimpan aset mereka dalam bentuk uang yang mudah kehilangan nilainya dan lebih memilih berinvestasi emas yang harganya cenderung stabil dan lebih aman ketika inflasi. Karena semakin diminati inilah, maka harga emas akan meningkat pula.
5. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat
Harga emas dalam negeri mengacu pada harga emas internasional yang dikonversi dari dolar Amerika Serikat (AS) ke dalam mata uang rupiah. Karena itu, harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan rupiah terhadap dolar AS.
Jadi, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah maka harga emas lokal menguat atau tinggi. Sebaliknya, bila nilai tukar rupiah menguat, maka harga emas lokal cenderung turun.
Bareksa Emas
Mau mulai melakukan diversifikasi investasi dengan berinvestasi logam mulia atau emas batangan? Jika tidak ingin repot membelinya, maka kamu bisa memanfaatkan fitur jual beli emas secara online kini sudah tersedia di BareksaEmas, yang bisa diakses melalui aplikasi Bareksa yang tersedia untuk ponsel (handset) berbasis iOS dan Android.
BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan Indogold, yaitu pedagang emas online yang menyediakan fasilitas titipan. Indogold sudah mendapat izin OJK sebagai salah satu usaha pergadaian (untuk penitipan emas).
Selain itu, emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur BareksaEmas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.
Sebagai tambahan informasi, BareksaEmas hadir bagi investor yang sudah terdaftar di Bareksa yang bisa membeli emas mulai dari ukuran 0,1 gram.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.