Pilihan Strategi Saat Portofolio Minus: Cut Loss, Average Down, Tambah Posisi?
IHSG saat ini secara valuasi sudah murah, bahkan mendekati level pada 2008
IHSG saat ini secara valuasi sudah murah, bahkan mendekati level pada 2008
Bareksa.com - Pandemi virus corona Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga ekonomi secara global. Hal ini menjadi sentimen negatif bagi pasar modal, sehingga menekan kinerja investasi keuangan, seperti reksadana.
Kinerja reksadana terutama yang berbasis saham dan obligasi tertekan sejak pandemi virus corona Covid-19. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal tercatat turun 28,63 persen secara year to date (YTD) per 24 April 2020.
Menurut data Bareksa, secara YTD, Indeks Reksadana Saham mencatat penurunan 28,91 persen, terdalam di antara jenis lainnya. Kemudian Indeks Reksadana Campuran dalam periode sama anjlok 16,44 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Indeks Reksadana Pendapatan Tetap juga turun tipis 1,11 persen. Sepanjang tahun berjalan ini, hanya Indeks Reksadana Pasar Uang yang masih stabil dengan memberikan imbal hasil (return) 0,57 persen.
Grafik Perbandingan Indeks Reksadana Bareksa YTD
Sumber: Bareksa.com
Dengan kondisi ini, investor yang dalam portofolionya berat di produk berbasis saham bisa saja mengalami penurunan keuntungan. Bahkan, tidak sedikit juga yang portofolionya mencatat imbal hasil minus atau negatif.
Toufan Yamin, Investment Specialist Sucor Asset Management, menjelaskan bahwa secara teori ada tiga strategi yang dapat dilakukan oleh investor dalam kondisi ini, yakni cut loss, average down, atau justru menambah posisi.
Sebagai informasi, cut loss adalah langkah yang diambil dengan cara menjual aset dengan harga yang lebih rendah daripada modal. Dalam langkah ini, investor merealisasikan kerugian yang ada karena memandang pasar akan turun terus dan mencegah kerugian lebih besar.
Sementara itu, average down adalah membeli aset investasi di harga yang lebih murah dan menjadikan rata-rata nilai investasi lebih rendah, dengan harapan saat nilainya kembali naik persentase peningkatan juga bisa lebih besar.
Adapun menambah posisi adalah melakukan pembelian (top up) besar dengan dana yang lebih dari modal awalnya. Dengan ini, ada kemungkinan return negatif bisa segera terhapus bila dilakukan pada waktu yang tepat (market timing).
Toufan mengatakan, keputusan apapun yang diambil oleh investor sebaiknya melihat kembali tujuan awal berinvestasi. "Dengan kondisi ini, market terlihat menarik. Tetapi, balik lagi ke kalian bagaimana tujuan investasi dan kualitas aset yang dimiliki," ujarnya dalam video conference dengan Bareksa, 21 April 2020.
Bila memang uang dalam investasi tersebut akan segera dipakai, atau tujuan keuangan sudah dekat, memang cut loss adalah pilihan yang bisa diambil. "Akan tetapi, perlu dilihat lagi, mau pindah ke mana? Apakah ke safe haven, cash, atau tempat lain?"
Akan tetapi bila tujuan investasi kita masih dalam jangka panjang, sebaiknya kita bisa memanfaatkan momen ini untuk menambah (top up) investasi kita. Apalagi, kalau reksadana saham yang kita miliki isinya adalah saham-saham blue chip berkapitalisasi besar yang kualitas fundamentalnya kuat dan bisa segera pulih setelah pandemi selesai.
Namun, sekali lagi Toufan mengingatkan agar keputusan diambil dengan kepala dingin dan tidak terburu-buru. Pembelian juga sebaiknya dilakukan dengan cara bertahap, atau membaginya dengan nominal yang kecil-kecil.
"Tak usah follow the crowd. Kita harus berkepala dingin. Pandemi ini adalah kejadian yang sulit diprediksi karena pengetahuan tentang penyakit ini masih baru. Investor harus berhati-hati," ucapnya.
Toufan memandang bahwa IHSG saat ini secara valuasi sudah murah, bahkan mendekati level pada 2008. Hal ini bisa dilihat dari price to earning ratio (P/E Ratio) dan price to book value (P/BV). Maka, investor generasi muda yang punya tujuan jangka panjang bisa memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi.
Apapun strateginya, investor perlu selalu mengingat profil risiko untuk kenyamanan investasi. Bagi yang masih pemula disarankan untuk memilih reksadana dengan risiko rendah seperti reksadana pasar uang. Kemudian, bila sudah memahami investasi bisa pilih yang risikonya lebih tinggi seperti reksadana saham.
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan. Adapun reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham, yang berisiko fluktuatif dalam jangka pendek tetapi berpotensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.