BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Saat Nilai Investasi Reksadana Turun, Apa yang Harus Dilakukan Investor?

Bareksa04 Oktober 2019
Tags:
Saat Nilai Investasi Reksadana Turun, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Ilustrasi investor nasabah reksadana bingung sedih marah sambil memegang smartphone handphone untuk transaksi investasi reksadana obligasi surat utang negara sukuk

Setidaknya ada tiga pilihan yang bisa investor pilih ketika NAB reksadana turun

Bareksa.com - Tujuan kita berinvestasi adalah agar uang yang kita punya bertambah dan tidak tergerus oleh angka inflasi tahunan. Selain itu, dengan berinvestasi kita dapat mencapai tujuan keuangan tertentu yang kita targetkan seperti menikah, membeli mobil, membeli rumah, biaya ibadah haji atau untuk dana pendidikan anak.

Namun perlu kita ingat, yang namanya produk investasi tentu memiliki risiko penurunan nilai. Begitupun dengan investasi reksadana tidak melulu bicara kenaikan nilai, tapi akan ada momen di mana nilai produk reksadana akan turun mengikuti kondisi pasar yang ada.

Sebagian dari kita biasanya panik ketika melihat nilai negatif atau minus dalam portofolio reksadana kita. Jika nilai aktiva bersih (NAB), yang mencerminkan harga, produk reksadana terus mengalami penurunan dalam suatu periode tertentu, apa yang harus dilakukan investor? Setidaknya ada tiga pilihan yang bisa investor pilih. Berikut penjelasannya:

Promo Terbaru di Bareksa

1. Menambah investasi

Pilihan ini bisa diambil jika memang tujuan investasimu masih panjang, misalkan di atas 3 tahun. Sebagai contoh, ada seorang investor yang investasi di produk reksadana dengan nominal investasi Rp10 juta. Adapun rincian portofolio investasinya saat ini memiliki NAB per unit Rp2.000 dengan jumlah unit yang dimiliki sebanyak 5.000 unit.

Adapun nilai pasar NAB per unit saat ini Rp1.500. Artinya jika ditotal nilai investasinya saat ini Rp7,50 juta atau investor ini sudah mengalami kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss) sebesar Rp2,5 juta atau sekitar 25 persen.

Dalam posisi ini, investor dapat menambah nilai investasi pada saat nilai pasar sedang turun (NAB per unit Rp1.500). Misalkan dia menambah investasi dengan nominal Rp5 juta maka akan mendapat 3.333,33 unit.

Dengan transaksi ini maka total modal investasinya Rp15 juta, portofolio investasi berubah menjadi 8.333,33 unit dengan NAB per unitnya Rp1.800. Dengan transaksi terakhir ini maka investor dapat meminimalisir kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss) menjadi 16,67 persen.

Cara seperti ini biasanya dipilih investor saat sedang krisis ekonomi seperti saat krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008. Saat itu banyak cerita investor yang menambah nilai investasinya saat masa krisis tersebut dan beberapa tahun setelahnya saat keadaan pasar mulai membaik, investor mulai menuai keuntungan.

2. Switching ke jenis produk reksadana lain

Pilihan ini bisa diambil jika dana investasimu akan digunakan dalam waktu kurang dari setahun. Misalkan saat ini kamu sedang berinvestasi di produk reksadana saham, dengan portofolio yang memiliki kerugian yang belum terealisasi sekitar 5 persen. Namun dana di investasi ini akan dicairkan dalam enam bulan ke depan.

Demi mengoptimalkan waktu tersisa tersebut lebih baik investasi reksadananya dipindahkan (switching) ke produk reksadana yang lebih minim risiko seperti reksadana pendapatan tetap atau reksadana pasar uang.

Tapi perlu diingat, sebelum memindahkan produk tersebut kita sebagai investor harus cek terlebih dahulu produk reksadana mana yang sedang memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja reksadana saham.

3. Cut loss

Pilihan terakhir yang paling pahit dan harus diambil adalah cut loss atau mencairkan seluruh investasi dalam posisi yang rugi. Alasan ini diambil jika dana investasi memang harus digunakan dalam waktu kurang dari sebulan. Pilihan ini diambil dengan asumsi agar kerugian kita tidak semakin besar jika dicairkan nanti-nanti.

Perlu diingat, reksadana saham memiliki risiko yang tinggi dengan potensi keuntungan yang tinggi juga dan cocok untuk investasi jangka panjang. Untuk kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. (KA01/hm)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua