Berita Hari Ini : Dividen Bank BUMN Naik 14,63%, BI Akselerasi Commercial Paper
ULN naik DSR ikut naik, Industri asuransi siapkan PSAK 71, Transaksi kartu debit semakin ramai
ULN naik DSR ikut naik, Industri asuransi siapkan PSAK 71, Transaksi kartu debit semakin ramai
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 20 Mei 2019 :
Dividen Bank BUMN
Total setoran dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham bank-bank BUMN untuk tahun buku 2018 mencapai Rp31,74 triliun. Mengutip Bisnis Indonesia, nilai tersebut meningkat 14,63 persen dibandingkan dengan total dividen yang dibagikan bank BUMN pada tahun buku 2017 yang sebesar Rp27,69 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. membagikan dividen terbanyak yakni Rp16,17 triliun atau 50 persen dari total laba yang diperoleh perseroan pada 2018 senilai Rp32,35 triliun. Para pemegang saham mendapatkan dividen senilai Rp131 per saham dan maksimal Rp132 per saham.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. membagikan dividen Rp11,26 triliun untuk tahun buku 2018, atau setara 45 persen dari total laba bersih pada 2018 yang mencapai Rp25 triliun. Para pemegang saham mendapatkan dividen Rp241 per saham.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memutuskan membagikan dividen Rp3,75 triliun, atau setara 25 persen dari laba bersih tahun buku 2018 yang berjumlah Rp15,01 triliun. Meskipun nilai dividen yang dibagikan lebih kecil daripada BRI dan Bank Mandiri, namun nilai dividen per saham yang diterima investor lebih tinggi, yakni Rp805 per saham.
Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. membagikan dividen senilai Rp561 miliar, atau 20 persen dari total laba bersih pada 2018 yang mencapai Rp2,8 triliun. Dividen tersebut setara dengan Rp53,29 per saham. Pembagian dividen BTN menjadi yang terendah dibandingkan dengan 3 bank BUMN lainnya, baik dari sisi dividend payout ratio, nilai dividen yang dibayarkan, maupun nilai dividen per saham.
Commercial Paper
Bank Indonesia mengakselerasi penerbitan dan transaksi instrumen Surat Berharga Komersial/SBK (dahulu disebut Commercial Paper) sebagai sumber pendanaan jangka pendek non perbankan. Hal ini dilakukan melalui penandatanganan perjanjian penatausahaan dan penyelesaian transaksi SBK antara BI dan PT. KSEI pada hari ini, Jumat 17 Mei 2019 di Gedung Thamrin, Jakarta.
Upaya ini juga konsisten dalam mendorong permintaan domestik. Penandatanganan ini menandai bahwa infrastruktur pasar SBK telah lengkap dan siap untuk dioperasionalkan guna melayani penerbitan dan transaksi SBK.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengharapkan dengan telah siapnya berbagai ketentuan dan infrastruktur pendukung, SBK dapat berperan penting sebagai salah satu alternatif pendanaan jangka pendek bagi korporasi non bank dan sebagai instrumen pasar uang yang menarik bagi investor.
Kelengkapan infrastruktur SBK diantaranya adalah peraturan (Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur) yang sudah diterbitkan mencakup pengaturan SBK dan lembaga pendukung pasar. Saat ini telah terdaftar di Bank Indonesia 3 penatalaksana/arranger, 2 lembaga pemeringkat, 46 konsultan hukum, 84 akuntan publik, 5 notaris, 4 perantara/brokers, 15 kustodian, dan PT. KSEI sebagai Sentral Kustodian.
Penunjukan KSEI sebagai lembaga penyimpanan dan penyelesaian transaksi SBK oleh Bank Indonesia merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan tata kelola dalam penerbitan maupun transaksi khususnya terkait pencatatan, penatausahaan dan penyelesaian transaksi SBK yang dilakukan secara scripless (tanpa warkat).
Utang Luar Negeri
Beban utang Indonesia kian berat. Ini terjadi lantaran utang luar negeri (ULN), baik pemerintah maupun swasta, terus meningkat. Peningkatan ini tak dibarengi dengan penerimaan ekspor.
Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi ULN Indonesia pada akhir Maret 2019 sebesar US$387,6 miliar. Jumlah itu naik 7,9 persen year on year (yoy). BI juga mencatat, baik ULN pemerintah maupun swasta cenderung naik. ULN pemerintah dan bank sentral pada akhir kuartal I 2019 mencapai US$190,5 miliar. Dari jumlah itu, utang pemerintah US$187,7 miliar. Angka ini tumbuh 3,6 persen yoy.
Menurut laporan BI, kenaikan ULN pemerintah dipengaruhi oleh kenaikan arus masuk dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik. Tak hanya itu, kenaikan tersebut juga didorong oleh penurunan outstanding SBN valas, sejalan dengan pelunasan global bonds yang jatuh tempo pada bulan Maret 2019.
Sayangnya, kenaikan utang tak dibarengi dengan kenaikan ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor Indonesia sepanjang kuartal I 2019 hanya US$40,51 miliar. Angka ini turun 8,5 persen yoy dari tahun lalu.
Alhasil, kemampuan membayar ULN yang dilihat dari debt to service ratio (DSR) tier-1 kuartalan, yakni mencakup pembayaran pokok dan bunga atas utang jangka panjang dan bunga atas utang jangka pendek, per Maret 2019 sebesar 27,96 persen. Angka ini naik dibanding akhir tahun 2018 yang sebesar 25,41 persen.
Industri Asuransi
Industri asuransi juga dikejar soal penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71. Dalam aturan PSAK yang terbaru itu mengatur soal laporan keuangan perusahaan asuransi. Beberapa pemain asuransi masih mengejar soal penerapan PSAK 71 ini. Ambil contoh PT Capital Life Indonesia, Robin Winata Direktur Capital Life mengatakan PSAK 71 baru saja mau disimulasikan.
"Dampak PSAK 71 untuk Capital Life dari sisi pencatatan premi yang mungkin akan sama sekali berbeda," ujar dia.
Namun, secara bertahap Capital Life akan membuat laporan berdasarkan versi PSAK dengan yang ada selama ini untuk proses transisi. Pemain lainnya yaitu PT Asuransi Allianz Life Indonesia juga akan menerapkan aturan PSAK 71. Allianz Life akan menerapkan sesuai dengan tanggal yang akan ditetapkan oleh Dewan Akuntansi Indonesia.
"Namun demikian kalau diakses pun saat ini, kami siap karena tidak ada perubahan yang signifikan, hanya berpengaruh pada pengungkapan di laporan keuangan," ujar Meylindawati Tjoa, Chief Finance Officer Allianz Life Indonesia seperti dikutip Kontan.
Transaksi Kartu Debit
Transaksi kartu debit perbankan diramal akan semakin sering digunakan nasabah untuk memenuhi kebutuhannya selama libur Lebaran. Seperti dikutip Kontan, Senior Vice President Consumer Deposit Group PT Bank Mandiri Tbk Muhammad Gumilang meramal transaksi selama periode Lebaran melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) volumenya akan naik sekitar 16 persen dari hari biasa.
"Akan naik dari biasanya Rp2,9 triliun per hari menjadi sekitar Rp3,4 triliun per hari," terangnya.
Sementara nilai transaksi melalui electronic data capture (EDC), menurut pria yang akrab disapa Gugie ini, akan naik 26 persen dari Rp310 miliar per hari di hari biasa menjadi sekitar Rp400 miliar per hari pada periode lebaran.
Kenaikan tersebut, menurut Gugie, berasal dari kebutuhan pencairan tunjangan hari raya (THR) korporasi serta belanja yang dilakukan nasabah. Tak cuma Bank Mandiri, PT Bank CIMB Niaga Tbk memperkirakan kenaikan dua kali lipat untuk transaksi debit.
"Biasanya terjadi lonjakan transaksi dan kebanyakan dari ATM," terang Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan.
Walau tidak merinci besaran transaksinya, Lani mengatakan hal tersebut sudah diantisipasi oleh pihak perusahaan. Lagipula, tren kenaikan transaksi debit memang selalu terjadi pada periode libur Hari Raya alias musiman.
"Persiapan sudah kami lakukan jauh-jauh hari, mulai dari ATM, EDC, dan call center sampai dengan penukaran uang tunai," katanya.
Menurut Lani, mayoritas gesekan kartu debit di EDC ada di sektor industri makanan, restoran dan travel.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.