Bareksa.com - Dalam beberapa hari terakhir, harga saham produsen rokok sempat volatile karena berhembus kabar, pemerintah akan menaikkan cukai rokok setelah Pemilu selesai. Padahal sejak awal tahun pemerintah sudah menetapkan tidak ada kenaikan cukai rokok pada tahun ini. Kebijakan tidak menaikkan cukai rokok saat tahun Pemilu, juga pernah dilakukan pemerintah pada 2014.
Pemerintah mengambil kebijakan untuk tidak menaikkan cukai rokok dengan alasan ingin mengurangi jumlah rokok illegal yang beredar di pasar. Dengan kebijakan ini, pasar memperkirakan volume penjualan rokok akan naik karena produsen rokok juga akan menahan kenaikan harga rokok.
Tak hanya itu, di saat yang sama, pemerintah juga dalam tahun ini menaikan bantuan sosial bagi masyarakat menengah ke bawah, yang secara tidak langsung akan berdampak pada naiknya daya beli masyarakat.
Namun menurut Bahana Sekuritas, meski bantuan sosial bagi masyarakat menengah ke bawah meningkat, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap volume penjualan rokok.
Analis Bahana Sekuritas, Giovanni Dustin, memperkirakan volume penjualan rokok sepanjang tahun ini hanya akan naik sekitar 0,5 persen secara tahunan, dengan sudah mempertimbangkan tidak adanya kenaikan cukai rokok.
Kenaikan penjualan rokok diperkirakan masih akan berlangsung secara perlahan, bersamaan dengan pemulihan ekonomi makro yang akan mendorong penurunan angka pengangguran.
Dengan angka pengangguran yang terus membaik setiap tahunnya, Bahana meyakini, saham sektor rokok secara jangka panjang masih menjanjikan. Anak usaha Badan Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini memberikan rekomendasi Beli untuk saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dengan target harga Rp4.150 per saham.
Perusahaan berkode saham HMSP ini memiliki prospek lebih positif dibanding industri karena lebih fokus terhadap profitabilitas dengan cara menaikan harga. Bahana memperkirakan pendapatan HMSP akan naik sekitar 3 persen secara tahunan pada akhir 2019 menjadi Rp110,36 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih diperkirakan sekitar 11 persen menjadi Rp15,08 triliun pada akhir 2019.
Pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu (26/4), saham HMSP ditutup di level Rp3.370 per saham. Secara year to date, saham HMSP turun 10,6 persen dari sebelumnya Rp3.770 per saham.
Sumber : Bareksa
Namun, Bahana merekomendasikan hold saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dengan target harga Rp 82.500 per saham, dari yang sebelumnya mendapat rekomendasi beli.
Sebab perusahaan berkode sama GGRM ini masih terus menahan kenaikan harga dalam dua kuartal terakhir ini, demi meningkatkan market share, yang akan pada akhirnya bisa menekan perolehan laba bersih perusahaan di 2019.
Bahana memperkirakan pendapatan GGRM naik sekitar 6 persen pada akhir 2019, dibanding periode yang sama tahun lalu, menjadi Rp 101,71 triliun. Sedangkan laba bersih diperkirakan naik 9 persen secara tahunan menjadi Rp8,51 triliun pada akhir 2019.
Sumber : Bareksa
Harga saham GGRM pada penutupan perdagangan Jumat (26/4), di level Rp82.950. Secara year to date saham GGRM melemah 1 persen dari sebelumnya Rp83.825 per saham.
(*)