Tarif Cukai Tetap, Prospek GGRM Cerah dengan Target Harga Saham di Level Ini
Harga saham GGRM pada penutupan perdahangan sesi I hari ini menguat 2,69 persen setelah pada Jumat lalu naik 6,66 persen
Harga saham GGRM pada penutupan perdahangan sesi I hari ini menguat 2,69 persen setelah pada Jumat lalu naik 6,66 persen
Bareksa.com - Pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Senin, 5 November 2018, harga saham PT Gudang GaramTbk (GGRM) ditutup menguat 2,69 persen atau 2.075 poin menjadi Rp79.150 per saham. Kenaikan itu melanjutkan penguatan pada Jumat, 2 November 2018, di mana saham GGRM ditutup melesat 6,6 persen dengan berakhir di level Rp77.075 per saham.
Saham GGRM bergerak atraktif pada perdagangan Jumat kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 4.656 kali dengan nilai transaksi Rp193,44 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham GGRM pada perdagangan Jumat antara lain UOB Kay Hian Sekuritas (AI) dengan nilai pembelian Rp35,26 miliar, kemudian Bahana Sekuritas (DX) Rp21,69 miliar, dan RHB Sekuritas (DR) Rp21,33 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi saham GGRM secara keseluruhan yaitu 18,23 persen, 11,21 persen, dan 11,03 persen.
Cukai Rokok Tetap, Prospek GGRM Positif
Industri rokok Indonesia tahun ini kembali membuktikan kedigdayannya mengubah orientasi kebijakan cukai pemerintah, dari "mengendalikan tembakau" menjadi "membantu pertumbuhan industri tembakau."
Sebagaimana diberitakan Jumat lalu, industri rokok lolos dari disinsentif yang hendak diterapkan pemerintah, menyusul pengumuman Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyatakan tidak akan menaikkan cukai produk tembakau.
Tarif cukai hasil tembakau sebelumnya ditargetkan rata-rata 10,04 persen, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 146/PMK.010/2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
Perlu dicatat angka cukai yang hendak diberlakukan pada 2018 ini lebih kecil dari yang diterapkan pada 2017 sebesar 10,5 persen.
Di sisi lain, Indonesia dinobatkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga dunia setelah China dan India, dengan jumlah perokok 36,3 persen dari populasi penduduk atau sekitar 94 juta orang.
Artinya, satu dari tiga orang Indonesia adalah perokok, menjadi pasar besar bagi industri rokok. Tidak heran, pembatalan kenaikan cukai rokok disambut lonjakan harga saham tiga emiten rokok yakni PT HM Sampoerna Tbk (4,1 persen), PT Gudang Garam Tbk (6,6 persen), dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (2,7 persen).
Kenaikan harga saham produsen rokok tersebut mengindikasikan bahwa pelaku pasar di bursa saham optimistis keuntungan emiten rokok bakal melesat dengan tidak adanya kenaikan tarif cukai pada tahun ini.
Industri rokok nasional memang berulang kali mengeluhkan penurunan. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan jumlah pabrik rokok di Indonesia turun 80,8 persen dari 2.540 pabrik pada 2011 menjadi 487 pabrik pada 2017.
Akibatnya, lapangan kerja berkurang dan produksi rokok terus menurun. Namun, kinerja tiga perusahaan rokok besar yang tercatat di bursa nasional tidak banyak terpukul, meski volume produksi rokok mereka menurun.
Hal tersebut menandakan bahwa di tengah kenaikan harga rokok, konsumsi masyarakat tidak begitu banyak terganggu sehingga penjualan kedua raksasa rokok itu juga tidak banyak terpukul. Kondisi tersebut sejalan dengan temuan WHO yang menyebutkan bahwa permintaan rokok cenderung inelastis.
Analisis Teknikal GGRM
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham GGRM pada perdagangan Jumat kemarin membentuk bullish candle dengan body yang besar dan disertai adanya long upper shadow.
Kondisi tersebut menggambarkan saham ini bergerak positif dalam rentang yang lebar meskipun ditutup cukup jauh di bawah level tertingginya.
Volume perdagangan terlihat mengalami lonjakan signifikan dibandingkan rata-rata hariannya, sekaligus yang terbesar dalam setahun terakhir menandakan adanya akumulasi beli serta partisipasi yang besar dari para pelaku pasar.
Kemudian investor asing tercatat membukukan net buy pada perdagangan Jumat kemarin senilai Rp80,27 miliar.
Selain itu,indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai bergerak naik mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan resisten terdekat berada di level Rp80.250.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.