BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Kepemilikan Asing di SBN Berkurang, ACST Incar Infrastruktur

Bareksa11 April 2019
Tags:
Berita Hari Ini : Kepemilikan Asing di SBN Berkurang, ACST Incar Infrastruktur
Obligasi Negara Ritel (ORI) telah diterbitkan sejak 2006. Bisa dibeli masyarakat mulai dengan nilai Rp5 juta (Didesain dari foto Antara)

PTPP raih laba dari anak usaha, Investree incar pasar Filipina, Rating GJTL turun

Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 11 April 2019 :

SBN

Memasuki awal April, kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) tampak turun. Para analis menilai, berkurangnya dana investor asing ini antara lain dipengaruhi oleh kelangsungan pemilihan umum (pemilu) presiden dan wakil presiden hingga ancaman perlambatan ekonomi global.

Promo Terbaru di Bareksa

Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, nilai kepemilikan asing di SBN tercatat Rp965,47 triliun. Jumlah ini berkurang Rp1,65 triliun dari posisi di akhir bulan Maret, yang mencapai Rp967,12 triliun. Posisi akhir Maret tersebut adalah rekor tertinggi asing di SBN sepanjang masa.

Seperti dikutip Kontan, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja menjelaskan sebenarnya investor asing masih sempat melakukan aksi beli di awal April.

Buktinya, setelah sempat turun ke level Rp963,51 triliun pada 2 April lalu, tiga hari selanjutnya investor asing selalu mencatatkan beli bersih alias net buy Rp2,52 triliun menjadi Rp966,03 triliun pada 8 April lalu.

PT Acset Indonusa Tbk (ACST)

Sejumlah proyek infrastruktur yang didapatkan dan masih dalam negosiasi kontrak bakal menjadi tumpuan untuk kinerja perseroan tahun ini. Presiden Direktur Acset Indonusa Jeffrey Gunadi Chandrawijaya mengatakan target kontrak senilai Rp15 triliun pada 2019 akan dikontribusikan paling banyak atas pengerjaan proyek infrastruktur.

Dia mengatakan emiten berkode saham ACST tersebut hanya akan mengejar kontrak yang sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan perseroan untuk mengerjakan suatu proyek.

Hal tersebut sebagai mitigasi risiko kegagalan pengerjaan proyek yang dapat menimbulkan kerugian lebih besar dibandingkan nilai kontrak yang diraih oleh perseroan.

PT PP Tbk (PTPP)

Perseroan panen dividen. Dua anak usahanya, PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT PP Presisi Tbk (PPRE) membagikan dividen tahun buku 2018 dengan nilai lumayan.

PTPP meraup dividen total senilai Rp136,3 miliar. Ini sesuai dengan porsi kepemilikan saham PTPP di dua anak usahanya tersebut. PTPP memiliki 40,06 miliar atau setara 64,96 persen saham PPRO dan 7,87 miliar atau setara 76,99 persen saham PPRE.

Mengutip Kontan, dividen kedua perusahaan ini meningkat, baik dari sisi nilai total dividen maupun nilai per saham, dibanding tahun buku 2017. PPRE mencetak kenaikan tertinggi. Sejatinya, rasio pembayaran alias payout ratio keduanya tak mengalami perubahan. Namun, dividen naik seiring dengan kenaikan laba bersih.

Iswanto Amperawan, Direktur Utama PPRE, mengatakan, peningkatan kinerja PPRE merupakan buah dari transformasi yang telah dilakukan sejak 2004. PPRE semula hanya perusahaan penyewaan alat berat.

PT Investree Radhika Jaya

Berhasil beroperasi di Thailand, fintech yang satu ini telah menyalurkan pembiayaan kepada satu usaha kecil dan menengah (UKM) di negeri gajah putih ini.

Co Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi menyebut pembiayaan kepada UKM ini senilai 10 juta baht. Adapun skema bisnis di Thailand dengan menggandeng mitra strategis dengan salah satu agregator cloud accounting provider.

Mitra pertama Investree di Thailand ini memiliki akses ke hampir 4.000 UKM di sana. Dalam menjalankan bisnis di Thailand, Investree tetap membidik pinjaman ke sektor produktif.

Selain itu, Investree akan menyiapkan strategi memasuki Filipina pada semester II 2019. Adrian menargetkan pada Januari 2020 Investree Filipina dapat meluncur, Saat ini pihaknya tengah bernegosiasi dengan mitra lokal.

"Kami juga sudah membangun relasi dengan regulator di Filipina," jelas Adrian.

PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)

Moody’s Investor Service mengubah prospek peringkat perseroan menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Wakil Presiden dan Pejabat Kredit Senior Moody’s Brian Grieser mengungkapkan pada saat yang sama Moody’s menyematkan peringkat B2 untuk GJTL dan peringkat B2 untuk surat utang senior GJTL senilai US$250 juta yang akan jatuh tempo pada Agustus 2022.

Dia menyebut prospek negatif mencerminkan ekspektasi bahwa profil kredit GJTL akan tetap lemah untuk peringkat B2 selama 12–18 bulan ke depan, karena tidak tercegahnya sentimen biaya bahan baku yang tidak menentu dan nilai tukar mata uang di Indonesia dinilai akan terus membebani marginnya.

GJTL leverage yang telah melampaui, sehingga membuat peringkat ke bawah 4,5 kali untuk peringkat B2-nya. Penyesuaian leverage meningkat menjadi 5,1 kali pada 2018 dari sebelumnya 4,8 kali pada 2017.

PT Jasa Armada Indonesia Tbk (IPCM)

Tahun ini, pereroan mengejar pertumbuhan dobel untuk top line maupun bottom line. Anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II itu yakin dengan target yang dibidik karena tak lagi terganjal urusan pajak.

Tahun lalu pendapatan bersih Jasa Armada turun 2,63 persen year on year (yoy) menjadi Rp727,05 miliar. Adapun laba tahun berjalan menyusut hingga 39,54 persen yoy menjadi sekitar Rp 72,81 miliar. Menurut Jasa Armada, tanggungan pajak tahun lalu menggerus bottom line.

"Ada penyelesaian pajak yang terjadi sekaligus di tahun 2018, jadi suka tidak suka biaya itu saya akui menggerus laba," ujar Dawam Atmosudiro, Direktur Utama PT Jasa Armada Indonesia Tbk.

Tahun ini Jasa Armada berharap minimal membukukan laba tahun berjalan sama dengan tahun 2017. Dua tahun lalu, perusahaan berkode saham IPCM di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu mengantongi laba tahun berjalan Rp120,42 miliar.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua