Direktur SUN Kemenkeu, Deni Ridwan : Ini Alasan Perbankan Tambah Kepemilikan SBN
Pemerintah menyebutkan rencana penerbitan SBN hingga akhir tahun masih sesuai rencana
Pemerintah menyebutkan rencana penerbitan SBN hingga akhir tahun masih sesuai rencana
Bareksa.com - Plt Direktur Surat Utang Negara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu), Deni Ridwan mnyatakan maraknya perbankan menambah kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain kebijakan Bank Sentral yang melonggarkan likuiditas.
"Disisi lain, terbatasnya penyaluran kredit perbankan sebagai dampak dari pandemi Covid19. Penempatan pada SBN Adalah salah satu opsi yang cukup rasional dilakukan bank untuk menempatkan kelebihan likuiditas tersebut," ujar Deni kepada Bareksa (3/8/2020).
Perbankan diprediksi masih akan terus memburu SBN pada Semester II 2020. Berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penempatan dana bank pada surat berharga mencapai Rp1.115,97 triliun per April 2020 atau naik 8,18 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Promo Terbaru di Bareksa
Dilansir Bisnis.com, kenaikan penempatan dana tertinggi terjadi pada instrumen obligasi 21,74 persen, diikuti surat perbendaharaan negara 20,15 persen. Sementara pada sertifikat Bank Indonesia turun 72,36 persen dan lainnya turun 6,14 persen. Porsi terbesar penempatan dana perbankan ada di obligasi.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bank mulai meningkatkan pemilikan surat berharga jangka panjang dibandingkan jangka pendek pada masa awal pandemi. Hal ini tercermin dari penempatan dana pada surat perbendaharaan negara dan obligasi yang naik tinggi, sedangkan SBI turun.
Menurut dia, bank yang meningkatkan penyaluran dana pada surat berharga untuk menjaga posisi tetap likuid dalam jangka panjang. "Hal ini bertujuan untuk menjaga likuiditas dalam jangka panjang, paling tidak sampai pandemi mereda," katanya.
Dia melanjutkan penempatan dana dari pemerintah memang mendorong penyaluran kredit, terutama bank-bank yang mendapat penempatan dana PEN. Namun, penempatan surat berharga bank diproyeksi masih akan tinggi dan cenderung meningkat selama masa pandemi. Namun, jika pandemi mulai mereda, penempatan dana di surat berharga berpeluang turun. Pada saat yang sama, bank juga bank kembali aktif menyalurkan kredit.
"Penempatan surat berharga bank bila masih dalam masa pandemi kemungkinan akan tetap tinggi dan cenderung meningkat. Ini bertujuan untuk menjaga likuiditas bank dalam jangka panjang," imbuhnya.
Sementara itu berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh perbankan memang melesat 72 persen secara year to date (YtD) dari sebelumnya Rp581,37 triliun pada akhir Desember 2019 jadi Rp1.001 triliun pada 24 Juli 2020. Lonjakan itu utamanya ditopang kenaikan kepemilikan SBN oleh bank konvensional yang meroket 76 persen jadi Rp962,87 triliun dan bank syariah naik 5,5 persen jadi Rp38,34 triliun.
Tren kenaikan kepemilikan SBN juga dicatatkan reksadana yang naik 8,5 persen jadi Rp141,71 triliun, BI (net) naik 6,8 persen jadi Rp280,56 triliun, asuransi naik 29 persen jadi Rp278,59 triliun dan individu naik 39,5 persen jadi Rp113,93 triliun.
Sedangkan kepemilikan SBN oleh investor asing YtD menurun 11,2 persen jadi Rp942,22 triliun, serta dana pensiun minus 9,7 persen jadi Rp231,89 triliun.
Kepemilikan SBN Rupiah yang Dapat Diperdagangkan (Rp triliun)
Sumber : DJPPR Kemenkeu
Rencana Penerbitan
Sementara itu mengenai rencana penerbitan SBN hingga akhir tahun ini, Deni mengatakan masih sesuai rencana. "So far masih masih kondusif, di lelang terakhir incoming bids masih tinggi dan kita bisa mendapatkan yield yang semakin rendah," kata Deni.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan merencanakan penerbitan enam seri SBN ritel tahun ini. Dari catatan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, tiga seri telah terbit yaitu Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR009, Sukuk Ritel seri SR012, dan ORI017.
ORI017 sendiri menggantikan rencana penerbitan jenis SBR tahun ini, untuk mengakomodasi permintaan investor yang menyukai jenis obligasi negara yang bisa diperdagangkan (tradable). Setelah penjualan ORI017 yang mencapai Rp18,33 triliun, pemerintah menargetkan penerbitan SBN Ritel senilai Rp35 triliun sampai dengan Rp40 triliun.
Kasi Strategi Pemasaran dan Layanan Informasi Surat Utang Negara Direktorat SUN DJPPR Kemenkeu Dewi Anggraeni menjelaskan, tiga seri SBN ritel yang akan terbit lagi setelah ORI017 adalah Sukuk Tabungan seri ST007, ORI018, dan SR013. Dengan rencana tersebut, artinya di tahun ini ada dua kali penerbitan masing-masing ORI dan SR, yakni obligasi negara yang sifatnya tradable.
Jadwal Penerbitan SBN Ritel 2020 (Tentatif)
Sumber: Direktorat SUN DJPPR Kemenkeu
Secara lebih rinci, penawaran ST007 akan berlangsung pada Agustus-September, diikuti oleh ORI018 pada Oktober, dan SR013 pada akhir Oktober-November 2020. Bila yang ditargetkan minimal Rp35 triliun, artinya perkiraan rata-rata target penerbitan dari tiga seri itu adalah Rp12 triliun.
Dewi menjelaskan, pertimbangan untuk penerbitan SBN ritel tradable lebih banyak adalah ingin memberikan fleksibilitas bagi investor dalam mencairkan dana sewaktu-waktu dibutuhkan. Selain itu, terbukti bahwa animo investor untuk investasi obligasi negara seri tradable lebih besar dibandingkan dengan seri non-tradable.
Sebagai informasi, seri ORI dan SR merupakan obligasi bersifat tradable dengan jangka waktu 3 tahun, berbeda dengan Savings Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Tabungan (ST) yang sifatnya non-tradable dengan tenor 2 tahun. Maka dari itu, ORI dianggap lebih likuid daripada SBR karena bisa diperjualbelikan di pasar sekunder sebelum jatuh tempo.
Dana hasil penerbitan surat utang negara ritel dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, termasuk untuk program penanggulangan dan pemulihan dampak pandemi Covid-19. Selain itu, surat utang negara ritel juga ditujukan sebagai upaya untuk menumbuhkan budaya berinvestasi sekaligus mewujudkan kemandirian dalam pembiayaan negara.
(AM)
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Masa pemesanan Obligasi Negara Ritel seri ORI017 sudah ditutup 9 Juli 2020 pukul 10.00 WIB. Tunggu penerbitan SBN ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.