Kepastian Akuisisi BCA dan Gerak Saham PNBN, BBHI, BGTG
BCA tak akan mengakuisisi bank yang berstatus perusahaan publik
BCA tak akan mengakuisisi bank yang berstatus perusahaan publik
Bareksa.com – Saham tiga bank yang sempat santer dikabarkan jadi sasaran akuisisi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih tumbuh dengan baik. Padahal, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja sudah menegaskan bahwa pihaknya tak akan mengakuisisi bank yang berstatus perusahaan publik (Tbk).
Ketiga bank yang sempat terseret isu BCA antara lain PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), dan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG). Berdasarkan catatan Bareksa, saham tiga bank tersebut tumbuh positif.
Misalnya saja PNBN. Secara year to date hingga 25 Januari 2019, saham PNBN tumbuh 16,15 persen dari posisi akhir tahun 2018 Rp1.145 menjadi Rp1.330.
Promo Terbaru di Bareksa
Isu Bank Panin menjadi incaran BCA telah berlangsung sejak pertengahan September 2018. Bahkan meski manajemen BCA membantah kabar tersebut, saham PNBN terus melaju setelah menyentuh level terendah Rp745 pada 14 Agustus 2018.
Para pemegang saham Bank Harda juga kecipratan untung. Isu Bank Harda menjadi incaran BCA membuat saham BBHI melambung hingga 56,88 persen sepanjang 2018 lalu. Harga saham BBHI menjadi Rp171 dari posisi akhir tahun 2017 Rp109.
Sementara secara year to date hingga 25 Januari 2019, meski bertumbuh pergerakan saham BBHI tak seheboh tahun lalu. Harga saham BBHI hanya naik 4,09 persen menjadi Rp178.
Performa Saham PNBN, BBHI, dan BGTG Periode 28 Desember 2018 – 25 Januari 2019
Sumber: Bareksa.com
Nasib Bank Ganesha sedikit berbeda. Meski ikut terseret isu BCA, saham BGTG sepanjang tahun 2018 justru turun tipis 1,2 persen dari Rp83 per akhir 2017 menjadi Rp82 saat menutup perdagangan tahun 2018.
Namun pada tahun ini hingga 25 Januari 2019, saham BGTG bergerak lebih baik ketimbang PNBN dan BBHI. Saham BGTG sudah naik 18,29 persen secara year to date menjadi Rp97.
Saham BBCA
Di sisi lain, rencana aksi korporasi BCA sempat membuat jatuh bangun saham BBCA sepanjang 2018 lalu. Saham BBCA sempat menyentuh level terendahnya Rp20.600 pada 2 Juli 2018 sebelum akhirnya bangkit dan menutup tahun 2018 pada level Rp26.000 atau memberi return 18,72 persen.
Sepanjang tahun ini, saham BBCA semakin berkibar. Mempertahankan diri sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bernilai Rp671 triliun, saham BBCA sudah naik 5,77 persen menjadi Rp27.500.
Bahkan pada perdagangan 22 Januari 2019, saham BBCA sempat menyentuh level tertingginya Rp28.000.
Pergerakan Saham BBCA Periode 28 Desember 2018 – 25 Januari 2019
Sumber: Bareksa.com
Seperti ditulis Kontan.co.id pada 21 Januari 2019, Jahja membenarkan pihaknya sudah menemukan bank yang sesuai dengan target perusahaan. Bank tersebut bukan merupakan perusahaan terbuka dengan total aset minimal sebesar Rp1 triliun.
Hanya saja, Jahja belum dapat merinci secara detail kapan aksi korporasi BCA dapat terealisasi. Yang jelas, pihaknya berharap seluruh rencana tersebut dapat rampung di tahun 2019.
Sebelumnya, BCA juga menepis kabar rencana untuk mengakuisisi Bank Harda. Selain itu BCA juga pernah mengonfirmasi kalau pihaknya tidak berencana mengakuisisi Bank Panin. Selain itu, Jahja juga mengatakan kalau pihaknya tidak berencana mengakuisisi Bank Ina Perdana, Bank Mestika, Bank Index dan Bank Capital. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.