Berita Hari Ini : BRI Realisasikan Akuisisi Sekuritas dan Asset Management
PTBA siapkan rencana ekspansi, INCO target produksi moderat, INAF gaet perusahaan Korsel bangun pabrik
PTBA siapkan rencana ekspansi, INCO target produksi moderat, INAF gaet perusahaan Korsel bangun pabrik
Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 27 Desember 2018 :
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Perseroan menandatangani akta jual beli saham tiga entitas dengan total transaksi senilai Rp822,09 miliar. Berdasarkan keterbukaan informasi pada Bursa Efek Indonesia, BRI telah menandatangani akta jual beli saham PT Danareksa Investment Management dan PT BRI Ventura Investama pada 20 Desember 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Selain itu, BRI meneken akta jual beli saham PT Danareksa Sekuritas per 21 Desember 2018. Melalui keterbukaan informasi, Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tribaroto mengatakan, perseroan telah mengambil alih 67 persen saham PT Danareksa Sekuritas yang sebelumnya digenggam oleh PT Danareksa (Persero).
“BRI dan Danareksa telah menandatangani akta jual beli saham PT Danareksa Sekuritas yang sebelumnya dimiliki oleh Danareksa sebanyak 67 persen dari total seluruh saham yang diterbitkan oleh Danareksa Sekuritas,” ujarnya.
Dari informasi sebelumnya nilai dari jual beli saham tersebut sebesar Rp447 miliar. Pada kesempatan berbeda, perseroan meneken akta jual beli saham Danareksa Investment Management sebanyak 35 persen atau senilai Rp372 miliar. Dengan mengakuisisi dua anak usaha Danareksa, total dana yang dikucurkan BRI mencapai Rp819 miliar.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Perseroan kembali berencana untuk melakukan ekspansi wilayah tambangnya. Pasalnya, menurut Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin, PTBA berencana untuk menambah lahan tambang, baik melalui akuisis maupun lelang. Namun, Arviyan masih enggan menyebutkan detailnya. Sebab, ia mengaku PTBA masih melakukan kajian. Yang jelas, Arviyan mengatakan dalam melakukan akuisisi, PTBA akan mempertimbangkan kualitas batu bara, akses, dan juga kecocokan harga.
“Insya Allah ada (penambahan lahan), masih kajian. Banyak yang nawarin, belum ada yang cocok, karena mendapatkan yang layak itu tidak mudah rupanya,” ungkap Arviyan seperi dikutip Kontan.
Asal tahu saja, mayoritas produksi batu bara PTBA berasal dari tambang Air Laya, Muara Tiga Besar dan Banko Barat yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Cadangan tertambang batubara PTBA sendiri sebenarnya masih cukup besar, yakni sekitar 3,3 miliar ton.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Emiten pertambangan logam ini menargetkan volume produksi nikel matte pada 2019 cenderung serupa seperti 2018, yakni sejumlah 75.000 ton. Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menyampaikan volume produksi nikel matte pada 2019 diperkirakan tidak jauh berbeda dengan 2018. Sampai dengan akhir tahun ini proyeksi produksi mencapai 75.000 ton.
“Untuk tahun depan akan ada shut down [produksi] yang dipicu oleh Larona Canal lining works. Namun, dengan shut down ini pun, kami tetap merencanakan tingkat produksi yang tidak berbeda jauh dari tahun ini,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Tahun ini, Vale Indonesia merevisi target produksi menjadi 75.000 ton dari sebelumnya 77.000 ton akibat shut down pada kuartal III 2018. Aktivitas pemeliharaan ini sebelumnya direncanakan hanya berlangsung pada semester I 2018.
PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF)
Perseroan menggandeng perusahaan Korea Selatan membentuk perusahaan patungan untuk membangun pabrik senilai Rp200 miliar. Adapun, alat yang diproduksi oleh perusahaan patungan itu adalah kateter jantung.
Finance & Human Capital Director Indofarma Herry Triyatno mengatakan perseroan ingin menjadi pemegang saham mayoritas dalam perusahaan patungan tersebut, kendati belum ada ketetapan terkait dengan hal itu.
“Detail perjanjian masih on going dan semoga bulan depan selesai. Setiap pihak ingin dominan,” katanya.
Dia menilai, meski nantinya tidak bisa menjadi mayoritas, perseroan akan tetap diuntungkan dengan adanya perusahaan patungan tersebut. Pasalnya, produk yang dihasilkan dari usaha itu akan dijual oleh distributor perseroan sehingga bisa meningkatkan penjualan ke depan.
PT Timah Tbk (TINS)
Perseroan mengalokasikan belanja modal senilai Rp1,69 triliun pada 2019 atau tumbuh 28 persen secara tahunan dari 2018 senilai Rp1,32 triliun.
Sekretaris Perusahaan Timah Amin Haris Sugiarto menyampaikan sampai dengan kuartal III 2018 perusahaan merealisasikan capital expenditure (capex) 60 persen dari anggaran atau senilai Rp793 miliar. Pada 2019, nilai capex meningkat 28 persen dari tahun ini.
“Capex pada 2019 akan ada peningkatan 28 persen, pendanaannya dari internal dan pinjaman eksternal,” tuturnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Dari sisi kinerja keuangan, manajemen TINS membidik laba bersih yang lebih tinggi pada tahun depan dibandingkan dengan realisasi 2018. Hal ini didorong oleh faktor internal dan eksternal industri timah.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
Melalui anak usaha yakni Golden Energy and Resources Limited (GEAR) pada 24 Desember 2018 mendapatkan fasilitas pinjaman dari Credit Suisse AG Cabang Singapura. Susan Chandra, Sekretaris Perusahaan DSSA dalam keterbukaan informasi hari ini menyampaikan fasilitas pinjaman tersebut dijamin dengan saham GEMS yang dimiliki oleh GEAR.
“Fasilitas pinjaman yang didapatkan dari Credit Suisse AC, cabang Singapura sebesar AUD150 juta (Dolar Australia) antara lain untuk keperluan pembiayaan proyek baru,” ujarnya.
Dampak kejadian, informasi atau fakta material tersebut terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan dan kelangsungan usaha adalah fasilitas tersebut akan meningkatkan rasio utang terhadap ekuitas perusahaan sekitar 7 persen.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.