Saham BBCA Kembali Melemah dan Terus Dibuang Asing, Ini Penyebab dan Prospeknya
Saham BBCA pada perdagangan Selasa ditutup melemah 1,93 persen berakhir di level Rp25.325 per saham
Saham BBCA pada perdagangan Selasa ditutup melemah 1,93 persen berakhir di level Rp25.325 per saham
Bareksa.com - Harga Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada perdagangan Selasa, 18 Desember 2018 ditutup melemah 1,93 persen berakhir di level Rp25.325 per saham.
Saham BBCA bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin dengan menjuarai nilai transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia Rp667,43 miliar, atau setara dengan 6,22 persen dari keseluruhan nilai transaksi yang terjadi.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak menjual saham BBCA pada perdagangan kemarin antara lain Deutsche Sekuritas (DB) senilai Rp139,49 miliar, CLSA Sekuritas (KZ) Rp116,92 miliar, dan Morgan Stanley Sekuritas (MS) Rp92,34 miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Nilai penjualan ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham BBCA masing-masing 20,9 persen, 17,52 persen, dan 13,84 persen.
Terus Dijual Asing
Saham BBCA dalam tiga hari terakhir terus dilepas oleh investor asing, bahkan dalam periode tersebut saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI itu selalu menempati peringkat teratas saham yang paling banyak dijual investor asing.
Bahkan, nilai penjualan investor asing dalam tiga hari perdagangan terakhir telah mencapai Rp862,62 miliar. Kemudian bila dilihat sejak awal bulan Desember, posisi investor asing memang masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp1,74 triliun.
Adapun salah satu pemicu koreksi dan dilepasnya saham BBCA oleh investor asing disebabkan oleh adanya kabar negatif yang datang dari Amerika Serikat (AS). Bank sentral AS, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan yang berlangsung 18-19 Desember 2018 waktu setempat.
Sejumlah ekonom dan analis memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada Rabu besok waktu setempat. Jika keputusan tersebut benar-benar diambil, maka ini merupakan keempat kalinya The Fed menaikkan bunga acuan sepanjang 2018.
Sebagai informasi, sepanjang tahun ini The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali. Pada awal 2018, suku bunga acuan masih berada di level 1,5 persen, sedangkan saat ini telah berada di level 2,25 persen, yang artinya suku bunga acuan telah dikerek naik 175 bps (0,75 persen).
Jika dalam pertemuan mendatang The Fed kembali akan menaikkan suku bunga acuan, maka hal tersebut berpotensi akan menahan laju pertumbuhan ekonomi AS yang disebut Trump dalam kondisi terbaik.
Bila The Fed menaikkan suku bunga acuan, ada kemungkinan juga Bank Indonesia (BI) akan ikut kembali menaikkan suku bunga acuan. Tentunya hal itu bukan kabar baik bagi sektor perbankan, mengingat saham-saham sektor perbankan sangat sensitif pada suku bunga karena kenaikan suku bunga acuan bisa membuat biaya kredit perbankan semakin mahal dan berpotensi menurunkan permintaan kredit.
Analisis Teknikal Saham BBCA
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BBCA pada perdagangan kemarin membentuk hanging man.
Kondisi tersebut menggambarkan saham ini sebenarnya bergerak cukup positif dengan mampu membalikkan arah dari penurunan tajam di awal perdagangan, namun berhasil menipiskan penurunan tersebut.
Namun, open gap down yang terjadi kemarin menandakan adanya indikasi aksi jual yang besar sejak awal perdagangan. Hal tersebut juga dikonfirmasikan oleh volume yang terlihat mengalami peningkataan dibandingkan dengan sehari sebelumnya menandakan adanya aksi penjualan yang besar dari para pelaku pasar khususnya investor asing.
Selain itu, posisi saham BBCA kemarin juga telah menembus lower bollinger band yang mengindikasikan adanya potensi pelemahan lanjutan.
Kemudian indikator stochastic juga terlihat bergerak turun tajam, mengindikasikan sinyal penurunan yang cukup kuat dengan support terdekat berada di level Rp24.725.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.