BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Berita Hari Ini : Harga BBM Minta Diturunkan, WIKA akan Raup Rp1 Triliun

Bareksa27 November 2018
Tags:
Berita Hari Ini : Harga BBM Minta Diturunkan, WIKA akan Raup Rp1 Triliun
Sejumlah kendaraan antre mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

GMFI cari peluang bisnis baru, HITS belanja kapal tahun depan, POLY tambah mesin

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 27 November 2018 :

Harga BBM

Seiring penurunan harga minyak mentah, pemerintah meminta para penyalur BBM, termasuk PT Pertamina, menurunkan harga BBM nonsubsidi. Namun, penurunan harga BBM berpotensi menahan laju kinerja perusahaan migas pelat merah itu.

Promo Terbaru di Bareksa

Seperti dikutip Kontan, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno, menyebutkan laba bersih Pertamina hingga semester pertama tahun ini kurang dari Rp5 triliun.

Jumlah itu setara 16 persen dari target laba bersih Pertamina pada 2018 yang mencapai Rp32 triliun. Pemicu penurunan kinerja keuangan Pertamina antara lain karena menanggung selisih harga subsidi solar dan premium yang tidak kunjung naik sejak awal tahun ini.

Sementara harga minyak mentah sebelumnya bergerak naik. Di sisi lain, ketika harga minyak mentah di pasar internasional menurun, Pertamina diminta untuk menurunkan harga BBM.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

Perseroan berencana menerbitkan perpetual bond Rp500 miliar hingga Rp1 triliun pada akhir tahun ini untuk memacu investasi pada awal 2019. Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana mengungkapkan, penerbitan perpetual bond rencananya dilakukan pada Desember 2018.

Menurutnya, penggalangan dana tersebut menjadi skema pendanaan terakhir yang ditempuh pada tahun ini. “Tahap pertama Rp500 miliar hingga Rp1 triliun,” ujarnya.

Tumiyana menjelaskan dana yang dihimpun akan digunakan untuk mendorong investasi pada kuartal I 2019.

Kucuran dana dari perpetual bond rencananya akan digunakan berinvestasi di beberapa objek sektor energi. Dia menyatakan akan tetap mengemisi perpetual bond di tengah tren kenaikan suku bunga acuan. Sebab pihaknya meyakini imbal hasil dari investasi yang dilakukan perseroan akan mampu menutupi kupon dari instrumen tersebut.

“Kalau selisih poin [karena kenaikan suku bunga] 1 poin—1,5 poin tetapi turn over bisnis lebih dan menciptakan bisnis yield yang lebih baik tidak apa-apa,” paparnya.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI)

Meski membukukan penurunan laba bersih dalam dua kuartal berturut-turut, ekspansi perseroan tak terbendung. Entitas anak PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. itu kian giat membidik maskapai-maskapai asing. Selain itu, emiten dengan sandi GMFI tersebut cenderung luwes untuk mencicipi peluang dari bisnis-bisnis baru.

Dalam beberapa tahun ke depan, lini bisnis baru perseroan akan menjadi ceruk tambahan pendapatan. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) yang dilaksanakan perseroan pada 6 November 2018, GMFI ‘membuka’ jalan ekspansi dengan melakukan perubahan anggaran dasar perseroan.

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS)

Perseroan berencana menambah lima unit kapal baru. Total anggaran belanja yang mereka butuhkan mencapai US$62 juta. Perincian belanja kapal Humpuss terdiri dari satu kapal khusus pengangkut liquefied natural gas (LNG) senilai US$25 juta, satu kapal tanker minyak senilai US$10 juta dan satu kapal tanker kimia senilai US$5 juta.

Dua kapal lagi berjenis dredging dengan harga beli US$22 juta. Mayoritas sumber belanja kapal berasal dari pinjaman perbankan hingga 75 - 80 persen. Namun selain perbankan, Humpuss berharap bisa mengantongi kredit dari instansi pembiayaan lain.

PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY)

Perseroan terus memacu kinerja bisnisnya dengan berbagai strategi. Khusus untuk tahun depan, perusahaan tersebut berusaha keras mempertahankan kualitas produk serta meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi. Hal itu dilakukan sebagai upaya Asia Pacific Fibers menghadapi situasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang memungkinkan terjadinya praktik dumping. Sehingga tantangan tahun depan akan banyak impor produk sejenis seperti milik POLY yakni polymer dan benang filamen.

Direktur Utama PT Asia Pacific Fibers Tbk, Ravi Shankar mengatakan, POLY tengah mengupayakan proyek penambahan mesin yang lebih efisien untuk mempertahankan kualitas produksi. "Supaya profitabilitas tinggi dan kami mampu menjaga margin," kata dia.

(AM)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,96

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.094,08

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,18

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,13

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.269,81

Up0,81%
Up3,87%
Up6,51%
Up7,19%
Up20,23%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua