Berita Hari Ini: Proyek Meikarta Jalan Terus, ANTM Siap Kuasai 100 persen PT ICA
MASA optimistis penjualan naik 10 persen, IIF borong saham META, PTPP realisasi kontrak baru 66 persen & WSBP 51 persen
MASA optimistis penjualan naik 10 persen, IIF borong saham META, PTPP realisasi kontrak baru 66 persen & WSBP 51 persen
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 17 Oktober 2018 :
Meikarta
Lippo Group, pengembang megaproyek Meikarta, memastikan serah terima apartemen tetap sesuai dengan jadwal yang dijanjikan kepada konsumen, kendati tengah berhadapan dengan kasus suap perizinan.
Promo Terbaru di Bareksa
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Direktur Komunikasi Lippo Group Danang Kamayan Jati mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk menjalankan proyek Meikarta sesuai dengan rencana pengembangan, sehingga target serah terima unit dengan konsumen tetap terlaksana sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
“Proyek Meikarta tetap jalan sesuai dengan rencana. Direncanakan handover sekitar Februari 2019 secara bertahap,” ujar Danang.
Danang mengatakan pengembangan Meikarta telah memasuki tahap penyelesaian pembangunan 28 menara yang akan diserahterimakan secara bertahap. Adapun, 28 menara apartemen tersebut memiliki ketinggian 32 lantai hingga 42 lantai.
Megaproyek Meikarta mulai diluncurkan pada Januari 2016 di lahan seluas 22 juta meter persegi di Cikarang. Proyek ini digarap oleh PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), anak usaha PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Sedangkan 54 persen saham LPCK dimiliki oleh PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Rencana ANTM memperbesar kepemilikan sahamnya di PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) kian dekat. Proses awal pengalihan saham bakal dimulai akhir bulan ini.
Seperti dikutip Kontan, Direktur Utama ANTM Arie Prabowo Ariotedjo menuturkan, urusan dengan pihak kreditur (lender) bakal diselesaikan akhir bulan ini. ICA merupakan perusahaan patungan bentukan ANTM dan perusahaan asal Jepang, Showa Denko K.K (SDK) beberapa tahun silam. ANTM menguasai 80 persen saham, sedang SDK menguasai sisanya 20 persen.
Namun, operasional ICA kurang memuaskan. Pada 2017, pendapatan ICA hanya Rp335,14 miliar. Sedangkan di kuartal I 2018, ICA tak menghasilkan pendapatan. Padahal, ANTM sudah berinvestasi Rp886,83 miliar dalam tiga bulan pertama 2018.
Ini menjadi alasan SDK mengumumkan mundur dari kongsi tersebut pada 2017. Akhir Mei 2018, ANTM dan SDK meneken perjanjian jual beli bersyarat atau conditional sales purchase agreement (CSPA) untuk pengalihan 20 persen saham tersebut.
"Kalau dengan SDK, tidak ada masalah," kata Arie.
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Emiten produsen ban ini optimistis pertumbuhan penjualan sampai akhir 2018 bisa di atas 10 persen seiring dengan peningkatan penetrasi pasar eskpor.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Direktur Multistrada Arah Sarana, Uthan A. Sadikin menyampaikan bahwa perseroan masih dalam proses penyusunan laporan keuangan kuartal III/2018. Menurutnya, nilai penjualan dalam periode per September 2018 cenderung bertumbuh dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Sampai dengan akhir 2018 ada kemungkinan pertumbuhan penjualan di atas 10 persen. Nantinya kinerja laba bersih mengikuti kenaikan itu,” tuturnya.
Menurutnya, kontribusi penjualan ekspor mencapai 65 - 70 persen dari total penjualan perseroan. Sejumlah wilayah pasar MASA ialah Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Korea Selatan, Australia, dan Timur Tengah.
PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)
Perusahaan pembiayaan infrastruktur, PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) kini menjadi salah satu pemegang saham META. Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 9 Oktober 2018 menunjukkan, IIF menguasai 1,52 miliar unit saham atau setara 10 saham META.
Sebagian saham yang dibeli berasal dari Metro Pacific Tollways Indonesia. Pemegang saham mayoritas ini tercatat melepas 761,78 juta saham META. Dengan begitu, kepemilikan Metro Pacific pada META berkurang dari 11,87 miliar saham menjadi 11,11 miliar saham, atau setara dengan 72,94 persen dari sebelumnya 77,94 persen.
Seperti dikutip Kontan, Corporate Secretary IIF, Anggi Hadi, membenarkan transaksi itu. Transaksi dilakukan pada 8 Oktober 2018. Namun, pihaknya belum bisa merinci mengenai kesepakatan pembelian saham itu.
Saat ini masih ada beberapa proses yang harus dijalankan kedua pihak. "Proses tersebut (akuisisi) sudah kami lakukan," kata Anggi.
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
PTPP mengantongi total kontrak baru sepanjang Januari - September 2018 sebesar Rp32,45 triliun, atau 66,22 persen dari target yang dibidik tahun ini senilai Rp49 triliun.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Sekretaris Perusahaan PTPP Agus Samuel Kana, menuturkan perseroan memperoleh tambahan kontrak baru pada September 2018 sebesar Rp4,25 triliun.
Tambahan kontrak baru tersebut berasal dari proyek Makassar New Port Tahap IB dan IC senilai Rp2,5 triliun. Di samping itu, emiten berkode saham PTPP tersebut memperoleh proyek Pertamina Warehouse senilai Rp933,1 miliar, Grand Samaya Tahap I senilai Rp270 miliar, Depok Stater (lanjutan) senilai Rp200 miliar.
Perseroan juga mengantongi kontrak baru dari proyek Hotel Balige Meda senilai Rp150 miliar, Vasanta Infrastruktur Rp45 miliar, dan tol Padaleunyi Ruas Buah Batu - Cileunyi Jalur Rp155,7 miliar.
Dengan demikian, kontrak baru sepanjang Januari - September 2018 mencapai Rp32,45 triliun, naik 4 persen dibandingkan dengan kontrak baru yang diraih pada periode yang sama tahun lalu Rp31,2 triliun.
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
WSBP meraih kontrak baru senilai Rp4,3 triliun hingga September 2018. Artinya, perusahaan merealisasikan 51,8 persen dari target perolehan kontrak anyar tahun ini, yang ditetapkan sebesar Rp8,3 triliun.
Sebelumnya, WSBP menurunkan target kontrak baru dari semula Rp11,52 triliun jadi hanya Rp8,3 triliun di 2018. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan induk usaha, PT Waskita Karya Tbk, yang menunda rencana investasi di sejumlah proyek jalan tol.
Seperti dikutip Kontan, Sekretaris Perusahaan WSBP Ratna Ningrum mengatakan, kontrak tersebut diperoleh dari proyek addendum PT Pertamina Balikpapan, proyek tol Bocimi, proyek Jalan Tol Krian Legundi Bunder Manyar (KLBM) dan proyek Tol Pasuruan-Probolinggo.
Selain itu, WSBP telah menerima pembayaran termin mencapai Rp7,15 triliun. Jumlah itu antara lain didapat dari proyek Jalan Tol Solo-Kertosono, Tol KrianLegundi-Bunder-Manyar, Tol Pemalang Batang, Tol Terbanggi Besar Pematang-Panggang dan Jalan Tol Batang-Semarang.
WSBP masih optimistis bisa mencapai target tahun ini. Sebab, Ratna bilang, di sisa tahun ini, perusahaan akan menerima pembayaran termin dari proyek terima jadi alias turnkey Jalan Tol Becakayu senilai Rp9 triliun.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.