Tiga Kali Menyentuh Batas Auto Rejection, Ini Fundamental Keuangan RISE

Bareksa • 12 Jul 2018

an image
Prosesi pencataan saham PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE), dan PT Batavia Prosperindo Trans Tbk (BPTR) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (9/7).

Pada perdagangan Rabu, Saham RISE kembali ditutup menyentuh batas auto rejection naik 25 persen di Rp430 per saham

Bareksa.com - Harga saham PT Jaya Sukses Makmur Sentosa Tbk (RISE) atau dikenal dengan Tanrise Property pada perdagangan Rabu 11 Juli 2018, kembali ditutup menyentuh batas auto rejection dengan kenaikan 25 persen dan berakhir di level Rp430 per saham.

Kenaikan tersebut merupakan yang ketiga kali beruntun dengan selalu menyentuh auto rejection, pasca saham ini listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Juli lalu di harga Rp163 per saham.

Adapun berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan RISE adalah bergerak dalam bidang pengembangan, jasa dan pengelolaan properti dan real estate, baik dilakukan oleh perseroan atau melalui perusahaan anak langsung dan tidak langsung.

Saat ini Tanrise Property mengembangkan proyek-proyek berbasis industrial (ruko dan pergudangan), residensial, gedung perkantoran dan apartemen, serta hospitality (budget hotel, hotel bintang 3, sampai bintang 5).

Dari aksi penawaran umum perdana (IPO), perseroan menerima dana segar Rp244,5 miliar setelah melepas 1,5 miliar saham baru. Jumlah itu setara dengan 15,08 persen dari modal di setor dan ditempatkan perseroan, dengan harga perdana Rp163 per saham.

Direktur Utama Jaya Sukses Makmur Sentosa, Belinda Natalia, menjelaskan dana hasil IPO saham akan digunakan untuk menyelesaikan dua proyek highrise yakni Voza Premium Office dan The 100 Residence.

Secara rinci, dana IPO sebesar 53 persen dialokasikan untuk pengembangan proyek Voza Premium Office milik anak usaha tak langsung yakni PT Tanrise Indonesia, dan 47 persen dana hasil IPO dialokasikan untuk proyek The 100 Residence milik anak usaha PT Rodeco Indonesia.

Analisis Fundamental RISE

Berdasarkan prospektus perusahaan, emiten yang berkantor pusat di Sidoarjo ini membukukan kinerja kurang memuaskan pada tahun lalu.

Sepanjang tahun 2017, RISE hanya berhasil mengantongi laba bersih Rp12,19 miliar, angka tersebut anjlok 79,78 persen dibandingkan periode yang sama di 2016 senilai Rp67,32 miliar.


Sumber : prospektus perseroan

Adapun merosotnya laba perseroan disebabkan oleh adanya lonjakan pada pos beban operasinya yang meroket 104,7 persen dari sebelumnya Rp38,69 miliar pada 2016, menjadi Rp79,20 miliar pada 2017.

Alhasil laba operasi perseroan menyusut 71,85 persen dari sebelumnya Rp67,32 miliar pada 2016, menjadi hanya Rp12,19 miliar pada 2017.


Sumber : prospektus perseroan, diolah Bareksa

Sementara itu, pendapatan RISE yang tercatat tumbuh 36,73 persen pada tahun 2017 antara lain disumbangkan oleh segmen bisnis real estate Rp100,17 miliar (43,56 persen), Hotel Rp96,28 miliar (41,87 persen), dan Perkantoran Rp64,04 miliar (27,85 persen) terhadap total pendapatan perseroan.

Di sisi lain, posisi kas perseroan pada 2017 tercatat anjlok 36,63 persen menjadi Rp101,16 miliar, dari sebelumnya Rp159,65 miliar pada 2016.

Namun dengan adanya tambahan kas segar dari hasil IPO, diharapkan hal tersebut akan membantu likuiditas perseroan untuk menjadi lebih baik.

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.