Berita Hari Ini : AISA Jalani PKPU, APBN 2018 Tak Direvisi
CAD semakin membesar, JSMR rilis RDPT Rp1,4 triliun, PTPP raup kontrak baru Rp13,88 triliun, KAEF ekspansi rumah sakit
CAD semakin membesar, JSMR rilis RDPT Rp1,4 triliun, PTPP raup kontrak baru Rp13,88 triliun, KAEF ekspansi rumah sakit
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 10 Juli 2018 :
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ternyata terimpit utang. Gara-gara tunggakan bunga utang, kini emiten berkode saham AISA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu masuk ke pengadilan untuk menjalani proses restrukturisasi utang melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
Promo Terbaru di Bareksa
PT Sinarmas Aset Management dan PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG yang mengajukan PKPU AISA ke Pengadilan Niaga Jakarta. Permohonan PKPU ini terdaftar dengan Nomor 92/Pdt.SusPKPU/2018/PN Jkt.Pst di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Berdasarkan salinan permohonan PKPU AISA yang diperoleh Kontan, upaya PKPU ini bertujuan untuk menagih bunga Obligasi TPS Food I 2013. Kedua perusahaan Grup Sinarmas itu menunjuk Parulian Simamora dari kantor hukum Best & Co, sebagai kuasa hukum mereka.
APBN 2018
Pemerintah akhirnya memutuskan untuk tidak merevisi Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018 meski sejumlah asumsi makro telah mengalami deviasi yang sangat lebar.
Mengutip Bisnis Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Presiden Joko Widodo memutuskan untuk tidak membuat APBN Perubahan 2018 karena sejumlah pertimbangan.
Menurutnya, pertimbangan untuk tidak membuat APBN Perubahan 2018 adalah karena postur APBN yang relatif terjaga. Pada 2018, defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) semula diperkirakan 2,19 persen atau senilai Rp325 triliun. Namun, pemerintah memperkirakan defisit anggaran terhadap PDB turun menjadi 2,12 persen atau sebesar Rp314 triliun.
Defisit Transaksi Berjalan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan, neraca perdagangan pada Juni 2018 akan mencatat surplus sekitar US$900 juta. Walhasil, neraca perdagangan kuartal kedua 2018 akan defisit US$790 juta, lebih tinggi dari kuartal pertama yang hanya US$450 juta. Defisit ini akan berdampak pada pelebaran defisit transaksi berjalan.
Mengutip Kontan, Perry bilang, pelebaran CAD tak perlu dikhawatirkan. Sebab, "Kalau kuartal kedua secara musiman defisit transaksi berjalan agak lebih tinggi dari triwulan pertama. Tetapi secara tahunan, triwulan tiga dan empat akan menurun sehingga keseluruhan tahun akan di bawah 2,5 persen dari produk domestik bruto (PDB)," katanya.
PT Jasa Marga Tbk (JSMR)
Perseroan resmi meluncurkan reksadana penyertaan terbatas (RDPT) bertajuk RDPT Mandiri Infrastruktur Ekuitas Transjawa. RDPT tahap I tersebut diterbitkan dengan nilai Rp1,4 triliun dari total keseluruhan Rp3 triliun yang diincar.
Mengutip Kontan, dalam skema RDPT, investor menempatkan dana pada RDPT yang dikelola oleh manajer investasi. Selanjutnya, manajer investasi melakukan akuisisi terhadap 20 persen kepemilikan saham di tiga Anak Perusahaan Jalan Tol (APJT) yang dimiliki Jasa Marga, yaitu PT Jasamarga Semarang Batang (JSB), PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN), dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNKK).
PT PP (Persero) Tbk (PTPP)
Perseroan dan entitas anaknya membukukan total nilai kontrak baru sebesar Rp13,88 triliun sepanjang Januari hingga Mei 2018 atau setara dengan 28,26 persen dari target yang dipasang tahun ini. Berdasarkan laporan hasil pemasaran PP dan anak usaha yang diperoleh Bisnis Indonesia, emiten berkode saham PTPP itu mendapatkan tambahan tiga kontrak baru pada Mei 2018.
Tiga proyek tersebut, yakni RSUP Ambon senilai Rp116,57 miliar, Universitas Negeri Malang senilai Rp359,65 miliar, dan Dermaga Patimbang Subang senilai Rp1,03 triliun.
Dengan tambahan tiga kontrak baru tersebut, PTPP membukukan nilai kontrak baru Rp10,45 triliun hingga Mei 2018. Sementara itu, entitas anak menyumbangkan perolehan kontrak baru Rp3,43 triliun sampai dengan periode tersebut.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)
Perseroan segera merealisasikan rencana ekspansi pendirian rumah sakit yang kini tengah memasuki tahap perizinan. Mengutip Bisnis Indonesia, Ganti Winarno, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma, mengatakan tengah mengurus perizinan untuk pembangunan rumah sakit.
Dalam ekspansi tersebut, emiten berkode saham KAEF itu menggunakan skema built operate and transfer atau bangun guna serah. Dalam skema tersebut, sambungnya, KAEF berinvestasi lahan atau tanah yang dimiliki. Sementara itu, mitra investor perseroan berinvestasi untuk bangunan.
(AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.