BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni Melambat, Ini Penyebabnya

Bareksa02 Juli 2018
Tags:
PMI Manufaktur Indonesia pada Juni Melambat, Ini Penyebabnya
Ilustrasi pekerja industri tekstil di pabrik di Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Maulana Surya

Indeks keyakinan bisnis juga melambat ke level 106,28 dari sebelumnya 111,02

Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lepas dari aktivitas manufaktur yang ada di dalam negeri. Aktivitas manufaktur tersebut tercermin dari purchasing managers index (PMI) yang telah dirilis oleh Nikkei dan Markit. Pada Juni 2018 ini, indeks PMI Indonesia tercatat tumbuh ke level 50,3, lebih rendah dari Mei lalu yang tercatat di level 51,7.

Berdasarkan data Nikkei, pertumbuhan indeks manufaktur pada Juni 2018 ini memang melambat jika dibandingkan Mei. Hal ini akibat manufaktur Indonesia dinilai kehilangan momentum pada Juni di tengah perlambatan output atau produksi industri serta perlambatan pesanan baru dari konsumen.

Sebagai informasi, indeks PMI yang tercatat di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi pada industri di suatu negara. Sebaliknya jika indeks tercatat di bawah 50 maka terjadi kontraksi pada industri secara umum.

Promo Terbaru di Bareksa

Illustration

Sementara itu, data indeks keyakinan bisnis (business confidence) juga tercatat mengalami perlambatan ke level 106,28 pada Maret 2018 lalu, dibandingkan kuartal sebelumnya di level 111,02.

Perlambatan manufaktur Indonesia pada Juni juga disebabkan perusahaan melihat adanyan pelemahan dari tekanan inflasi yang merujuk kemampuan daya beli dan permintaan dari konsumen.

Pada dasarnya kondisi operasional pada sektor manufaktur Indonesia masih terus bertumbuh atau berekspansi. Meskipun data PMI tersebut memberi sinyal bahwa perbaikan dari operasional perusahaan pada Juni adalah yang terlemah sejak awal tahun ini.

Perbaikan pada sektor manufaktur menjadi penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, dengan terus tumbuhnya indeks manufaktur yang tercermin dari PMI menunjukkan adanya ekspansi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan pada industri secara umum.

Hal ini mengindikasikan adanya permintaan dan konsumsi yang meningkat dari konsumen, yang tentunya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, dengan ekspansi yang dilakukan industri secara umum, tentu akan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran suatu negara dan dapat meningkatkan konsumsi kembali.

Kemudian, ekspansi dari industri manufaktur juga akan menjadi pendorong bagi tumbuhnya aktivitas ekspor Indonesia, mengingat struktur ekspor Indonesia didominasi oleh sektor industri pengolahan, yang berkontribusi 72,6 persen terhadap total ekspor non migas Indonesia.

Sebelumnya PMI manufaktur Indonesia naik dari 49,9 pada bulan Januari menjadi 51,4 pada Februari 2018. Capaian PMI manufaktur Indonesia di bulan Februari 2018 juga memperlihatkan posisi tertinggi pada kondisi operasional sejak Juni 2016 atau 20 bulan yang lalu.

Merujuk data Kementerian Perindustrian, selama periode tahun 2015-2017, jumlah unit usaha industri menengah dan sedang mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu mencapai 4.433 unit usaha sampai triwulan II tahun 2017, jika dibandingkan tahun 2014 sebanyak 1.288 unit usaha. Peningkatan ini ditargetkan akan terus berlangsung pada periode dua tahun ke depan hingga mencapai 8.488 unit usaha di akhir tahun 2019.

Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri pada periode tahun 2015-2017 ikut meningkat dari 15,39 juta orang pada tahun 2014 menjadi 16,57 juta orang sampai triwulan II tahun 2017 dan ditargetkan akan terus bertambah sampai akhir tahun 2019 hingga mencapai 17,1 juta orang tenaga kerja yang akan terserap oleh industri nasional.

Sejalan dengan peningkatan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja, nilai investasi sektor industri juga meningkat menjadi Rp706,9 triliun pada periode tahun 2015-2017 dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai Rp195,6 triliun. Nilai investasi ini diprediksi akan terus meningkat lagi hingga mencapai Rp1.759 triliun pada periode dua tahun ke depan.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua