Harga Saham Hanya Tersisa Rp280, Bagaimana Kinerja AISA?
Harga saham AISA anjlok 87 persen sejak terkena kasus beras oplosan pada pertengahan 2017
Harga saham AISA anjlok 87 persen sejak terkena kasus beras oplosan pada pertengahan 2017
Bareksa.com - Harga saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) kembali amblas, seiring dengan kinerja keuangan perusahaan yang tidak sama seperti dulu.
Saham emiten pengolahan pangan ini ternyata telah berfluktuasi sejak terhempas kasus pengoplosan beras pada pertengahan tahun lalu. Hingga penutupan perdagangan Rabu, 27 Juni 2018, saham AISA anjlok 9,68 persen menjadi Rp280 per saham.
Penurunan harga saham ini tertekan kondisi perusahaan pasca persoalan bisnis beras, sehingga kondisi keuangan perusahaan tidak berjalan sekondusif dulu. Hal ini disampaikan perusahaan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
Promo Terbaru di Bareksa
Berdasarkan laporan keuangan terakhir AISA yang disampaikan di Bursa, tercatat bawah kinerja perusahaan anjlok 51 persen menjadi Rp169 miliar, dari sebelumnya Rp345 miliar.
Penjualan dan Laba AISA Kuartal III 2014 - 2017
Sumber: Laporan keuangan perusahaan
Penurunan laba AISA disebabkan anjloknya penjualan bersih 17,45 persen, dari Rp4,98 triliun pada sembilan bulan di 2016 menjadi Rp4,11 triliun pada periode yang sama 2017.
Pos penjualan beras tercatat turun paling tajam, yakni dari Rp3,22 triliun menjadi tinggal Rp2,39 triliun atau turun 25,8 persen
Ketersedian kas dan setara kas perseroan juga turun cukup signifikan. Kas dan setara kas perseroan per 30 September 2017 tinggal Rp126 miliar, turun 57,4 persen dibandingkan posisi kas pada 31 Desember 2016 yang senilai Rp296 miliar.
Anjloknya kinerja dan harga saham AISA disebabkan perusahaan yang tersandung kasus beras oplosan pada pertengahan 2017.
Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri mengumumkan telah menetapkan TW, Direktur Utama PT Indo Beras Unggul (IBU), anak usaha Tiga Pilar sebagai tersangka. TW dijerat dalam kasus dugaan kecurangan dalam memproduksi beras.
Meski begitu, Ombudsman mengumumkan telah menemukan indikasi adanya tindak maladministrasi dalam pengusutan dugaan penyimpangan tata niaga beras oleh PT IBU dalam laporan akhir pemeriksaannya. (Lihat : Produsen Beras Maknyuss Optimistis Bisa Meraih Kepercayaan Investor)
Bentuk maladministrasi itu adalah penyampaian informasi yang tidak akurat dan menyesatkan kepada publik, pengawasan dari instansi terkait yang tidak berfungsi sesuai peraturan, pembentukan regulasi yang tidak wajar, dan dugaan maladministrasi dalam proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana PT IBU.
Mereka yang dinilai melakukan maladministrasi yakni Kementerian Pertanian, Kepolisian, Kementerian Perdagangan, dan KPPU
Anjloknya kinerja perusahaan ikut menyeret kinerja saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Padahal sebelumnya harga saham AISA sempat menyentuh level Rp2.200 pada 31 Mei 2017, dan kini tinggal tersisa Rp280 per saham pada penutupan perdagangan 25 Juni 2018. Artinya, harga saham ini sudah anjlok hingga 87 persen.
Pergerakan Harga Saham AISA Sejak Awal Tahun 2017
Sumber: Bareksa.com
Setelah ambrolnya harga saham AISA karena tertimpa kasus beras oplosan, kejadian demi kejadian ikut mewarnai naik turunnya harga saham AISA.
Seperti pada penutupan perdagangan 7 Desember 2017, harga saham AISA sempat berbalik arah (rebound) naik 9 persen menjadi Rp530.
Sebelumnya perseroan berencana untuk melakukan transaksi divestasi anak usaha di bidang beras. Rencana transaksi tersebut telah disetujui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 2 November 2017. (Baca Juga : Ini Penyebab Saham Induk Produsen Beras Maknyuss Longsor 26,5 Persen)
Mengutip penjelasan AISA di keterbukaan informasi Bursa Efek, sejatinya tanggal rencana transaksi divestasi anak usaha di bidang beras dilakukan pada 7 Desember 2017.
Namun transaksi divestasi tersebut gagal atau tidak dapat dilaksanakan oleh perseroan karena tidak mendapatkan persetujuan dari rapat umum pemegang Sukuk Ijarah TPS Food II Tahun 2016 yang dilaksanakan pada 6 Desember 2017 kemarin.
Meskipun rencana divestasi gagal, hal tersebut justru direspons positif para pelaku pasar. Hal ini terlihat dari saham AISA yang melesat hingga 9 persen menjadi Rp530 per saham pada hari itu.
Lalu, pada akhir Januari 2018 kasus yang menimpa produsen beras PT IBU memasuki babak baru, karena telah mendapat keputusan dari Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Bekasi.
Corporate Secretary TPS Food, Ricky Tjie, sebelumnya menyampaikan, perkara dengan nomor register 1370/Pid.Sus/2017/PN Bks telah mengeluarkan putusan antara lain menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 1 tahun 4 bulan, potong masa tahanan.
Selain itu, Ricky juga menyampaikan perseroan yang merupakan induk usaha PT IBU telah merumahkan hampir seluruh karyawan PT IBU dalam rangka pemutusan hubungan kerja.
Dia menambahkan perseroan berencana melakukan penjualan bisnis beras yang akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku
Dengan semakin jelasnya kasus yang menimpa PT IBU, saham AISA sepanjang tahun ini justru mulai tumbuh baik.
Hingga Kamis, 25 Januari 2018, saham AISA berada di level Rp585 atau naik 22,89 persen dari periode akhir 2017 yang sebesar Rp476.
Sentimen positif datang karena ada pengumuman investor asing menambah kepemilikannya dalam saham ini. Fidelity Funds-Pacific membeli saham AISA sebanyak 16,69 juta lembar di harga Rp484,04 per saham.
Dengan adanya transaksi tersebut, kepemilikan Fidelity bertambah jadi 197,56 juta saham atau 6,14 persen dari sebelumnya hanya 180,86 juta saham atau 5,62 persen.
"Adapun transaksi penambahan saham dimulai pada perdagangan 6-7 Februari dengan tujuan investasi saja dan tidak bertujuan mempengaruhi kontrol atau arah perusahaan," ujar Kevin Lo, Head of Regulatory Reporting Asia Pacific dalam keterbukaan informasi ke BEI.
Fidelity adalah perusahaan yang memberikan layanan investasi, seperti dana pensiun, bank, asuransi dan pengelolaan aset. Saat ini, Fidelity mengelola aset senilai US$411 miliar dari 2,2 juta klien di Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Serikat.
Lalu pada 23 Februari 2018, saham AISA sempat menguat terdorong adanya rumor bahwa Grup Sinarmas dan Grup Salim tertarik mengambilalih bisnis beras emiten pengolahan pangan ini. Meski demikian hingga kini belum ada kejelasan atas kabar tersebut.
Hingga perdagangan kemarin, emiten beras lainnya masih banyak yang belum melirik rencana AISA untuk mengikuti penawaran pabrik beras. Seperti, PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)
Direktur Utama HOKI, Sukarto Bujung mengatakan, saat ini perseroan tengah menjalani proses pembangunan pabrik beras di Sumatra Selatan. Menurut dia, perseroan lebih suka membangun pabrik sendiri sebab bisa merancang sistem sendiri.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.