Fundamental dan Teknikal Saham BMRI : Banyak Dijual Asing, Bagaimana Prospeknya?
Pada perdagangan Rabu, 25 April 2018 saham BMRI ditutup anjlok 7,44 persen di level Rp 7.150 per saham
Pada perdagangan Rabu, 25 April 2018 saham BMRI ditutup anjlok 7,44 persen di level Rp 7.150 per saham
Bareksa.com - Harga saham PT Bank Mandiri (Persero)Tbk (BMRI) pada perdagangan Rabu, 25 April2018 ditutup anjlok 7,44 persen dengan berakhir di level Rp 7.150 per saham.
Saham BMRI menjuarai nilai transaksi perdagangan di bursa dengan Rp718,55 miliar atau setara dengan 9,32 persen dari nilai keseluruhan transaksi yang terjadi di bursa kemarin.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang menempati jajaran top seller atau sebagai penjual terbanyak saham BMRI yaitu Mandiri Sekuritas (CC) dengan nilai penjualan Rp129,7 miliar, kemudian Merrill Lycnh Sekuritas (ML) Rp108,15 miliar, dan CIMB Sekuritas (YU) Rp102,44miliar.
Promo Terbaru di Bareksa
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham BMRIyaitu sebesar 18,05 persen, 15,05 persen, dan 14,26 persen.
Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi faktor yang membebani saham-saham sektor keuangan, termasuk BMRI.
Pada perdagangan kemarin, nilai kurs rupiah di level Rp13.935 per dolar AS yang menimbulkan kecemasan pelaku pasar sehingga memicu terjadinya aski jual yang besar pada pasar saham.
Kinerja Keuangan Bank Mandiri
Sumber : materi presentasi Bank Mandiri
Analisis Fundamental BMRI
Bila dilihat secara fundamental, Bank Mandiri masih mencatatkan kinerja cukup solid pada kuartal pertama tahun 2018. Sepanjang perioede Januari hingga Maret 2018, bank pelat merah tersebut mengantongi laba bersih Rp5,9 triliun atau melonjak 43,7 persen secara year on year (yoy).
Hal itu sejalan dengan upaya perseroan dalam memperbaiki kualitas aset produktif dan penguatan fokus bisnis pada segmen produktif.
Pencapaian tersebut didorong oleh pendapatan operasional selain bunga atau fee based income yang berhasil tumbuh signifikan 14,7 persen secara year on year (yoy) mencapai Rp 6 triliun. Di sisi lain, secara keseluruhan biaya operasional masih terkendali dengan pertumbuhan single digit.
Selain itu, perseroan juga berhasil memperbaiki kualitas kredit yang tergambar dari penurunan rasio non performing loan (NPL) dari 3,98 persen pada kuartal pertama 2017 menjadi 3,32 persen pada kuartal pertama 2018.
Hal tersebut memangkas alokasi biaya pencadangan perseroan menjadi Rp3,8 triliun dari sebelumnya Rp5,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Bank Mandiri juga senantiasa melaksanakan fungsi intermediary-nya (penghubung) melalui penyaluran kredit Rp703 triliun pada akhir Maret lalu, atau naik 7,1 persen secara yoy.
Dari angka itu kontribusi pembiayaan produktif sebesar 77,5 persen dari total portofolio kredit (bank only). Kinerja baik tersebut pun berhasil mendongkrak nilai aset perseroan menjadi Rp1.098,2 triliun pada akhir kuartal pertama 2018, tumbuh 6,2 persen secara yoy.
Adapun peningkatan kredit produktif tercermin dari penyaluran kredit investasi yang naik 6,4 persen yoy menjadi Rp 199,7 triliun dan kredit modal kerja yang mencapai Rp276,5 triliun.
Pertumbuhan laba secara bisnis dikontribusikan oleh dua segmen utama, yakni corporate dan retail, terutama kredit micro dan consumer.
Pada akhir Maret 2018, pembiayaan segmen large corporate mencapai Rp20,9 triliun, atau tumbuh 8,9 persen yoy, kredit mikro tumbuh 22,6 persen yoy menjadi Rp 85,6 triliun, dan kredit consumer tumbuh 14,7 persen yoy menjadi Rp79,8 triliun.
Portofolio Kredit BMRI Berdasarkan Sektor Kuartal I 2018
Sumber : materi presentasi Bank Mandiri
Bank Mandiri menyalurkan kredit infrastruktur yang sebesar Rp137 triliun atau 59 persen dari total komitmen yang telah diberikan hingga Maret 2018 sebesar Rp 232,6 triliun.
Kredit tersebut disalurkan kepada tujuh sektor utama yakni transportasi (Rp 36 triliun), tenaga listrik (Rp 34,5 triliun), migas & energi terbarukan (Rp 13,6 T), konstruksi (Rp 15,2 triliun), perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp 9,2 triliun), telematika (Rp8,2 triliun), Jalan tol (Rp 9,8 triliun) dan infrastruktur lainnya (Rp 10,7 triliun).
Bentuk dukungan lain juga tercermin pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tiga bulan pertama di 2018 yang sebesar Rp 3,55 triliun, atau sekitar 24,4 persen dari target Rp 14,56 triliun tahun ini.
Adapun 41,9 persen dari nilai tersebut atau Rp1,49 triliun telah disalurkan kepada sektor produktif, yakni pertanian, perkebunan dan perikanan. Sejak pertama kali disalurkan hingga Maret 2018, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR Rp51,88 triliun kepada 1,05 juta debitur yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu, Bank Mandiri juga berkeinginan untuk menumbuhkan bisnis perseroan secara berkesinambungan dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah, menjaga pertumbuhan biaya operasional serta penyaluran kredit yang lebih prudent baik di segmen wholesale dan retail.
Pada kuartal I 2018, pengumpulan dana murah perseroan tercatat Rp31,5 triliun, setara dengan kenaikan 6,8 persen yoy menjadi Rp497,18 triliun.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan tabungan Rp23,4 triliun menjadi Rp310,9 triliun, dan kenaikan giro Rp8,1 triliun menjadi Rp186,2 triliun. Sedangkan cost of fund juga berhasil turun menjadi 2,6 persen dari posisi akhir Maret tahun lalu yang mencapai 2,9 persen.
Analisis Teknikal BMRI
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Berksa, secara teknikal, candle saham BMRI pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan body yang sangat besar menandakan adanya tekanan jual yang dalam pada saham ini.
Secara volume menunjukkan lonjakan menandakan adanya aksi penjualan cukup signifikan dengan disertai outflow asing dalam jumlah besar senilai Rp437,83 miliar.
Adapun pergerakan BMRI saat ini telah breakdown dari lower bollinger band serta support pada level Rp7.625 mengindikasikan adanya potensi penurunan.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terlihat bergerak negatif dan mulai memasuki area jenuh jual mengindikasikan adanya sinyal penurunan yang cukup kuat. (AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.