Pendapatan Intiland 2017 Turun 4,3 Persen
Intiland membukukan laba bersih sebesar Rp297,5 miliar, kurang lebih sama dengan perolehan sepanjang 2016
Intiland membukukan laba bersih sebesar Rp297,5 miliar, kurang lebih sama dengan perolehan sepanjang 2016
Bareksa.com – PT Intiland Development Tbk (DILD) mencatat kinerja yang moderat sepanjang tahun 2017, dengan pertumbuhan tipis pada pendapatan dan laba bersih yang stagnan. Sejumlah tantangan di tahun lalu termasuk investor properti yang cenderung masih menunggu menjadi penyebab kondisi keuangan perusahaan ini.
Intiland memperoleh pendapatan sebesar Rp2,2 triliun sepanjang 2017, turun 4,3 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp2,3 triliun. Di sisi lain, Intiland membukukan laba bersih sebesar Rp297,5 miliar, kurang lebih sama dengan perolehan sepanjang 2016.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono mengungkapkan bahwa kondisi pasar properti secara umum belum sepenuhnya pulih pada 2017. Pasar properti nasional masih menghadapi sejumlah tantangan pertumbuhan, selain juga disebabkan konsumen dan investor yang cenderung masih wait and see terhadap perubahan kondisi pasar.
Promo Terbaru di Bareksa
“Segmen pengembangan kawasan industri dan recurring income menjadi pendorong utama pencapaian kinerja keuangan 2017. Hasil penjualan lahan kawasan industri sepanjang tahun lalu bisa langsung dibukukan sebagai pendapatan usaha,” ungkap Archied, dalam keterangan resmi, Senin, 26 Maret 2018.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp550,9 miliar, atau berkontribusi sebesar 25 persen dari total pendapatan. Perolehan itu meningkat 578 persen atau lebih dari enam kali lipat dibandingkan pencapaian 2016 yang mencapai Rp81,3 miliar.
Segmen properti investasi yang merupakan sumber pendapatan berulang (recurring income) berkontribusi sebesar Rp528,2 miliar atau 24 persen dari total pendapatan. Pendapatan perseroan dari segmen properti investasi meningkat 52 persen dibandingkan perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp347,6 miliar. Peningkatan yang cukup signifikan tersebut terutama dipicu oleh meningkatnya kontribusi dari pendapatan sewa perkantoran serta pengelolaan fasilitas gedung dan kawasan.
Sementara itu, segmen pengembangan mixed-use & high rise mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp703,6 miliar, atau berkontribusi 31,9 persen. Segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat memberikan kontribusi sebesar Rp420 miliar atau 19,1 persen. Menurut Archied pengakuan penjualan pada dua segmen ini turun masing-masing sebesar 37 persen dan 43 persen.
Sumber: Laporan Perusahaan
Penurunan ini lebih disebabkan marketing sales atau prapejualan yang diperoleh dari kedua segmen tersebut belum bisa diakui sebagai pendapatan usaha. “Penurunan ini karena marketing sales pada segmen mixed-use and high rise dan kawasan perumahan belum bisa dibukukan sebagai pendapatan usaha tahun 2017, karena menunggu progres pembangunan,” ungkap Archied.
Tahun lalu Intiland memperoleh marketing sales sebesar Rp3,3 triliun, atau 106,3 pesen lebih tinggi dari tahun 2016. Segmen pengembangan mixed-use & high rise serta kawasan perumahan memberikan kontribusi marketing sales masing-masing sebesar Rp1,9 triliun dan Rp483 miliar.
Ditinjau berdasarkan tipenya, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi sebesar Rp 1,67 triliun atau 76 persen dari keseluruhan. Sementara pendapatan berkelanjutan yang berasal dari segmen properti investasi seperti penyewaan perkantoran, pengelolaan sarana olah raga, pengelolaan kawasan dan gedung, serta penyewaan pergudangan memberikan kontribusi Rp 528,2 miliar atau 24 persen.
Dari sisi kinerja profitabilitas, Perseroan membukukan laba kotor sebesar Rp955,7 miliar dan laba usaha mencapai Rp344,9 miliar. Laba bersih perseroan tercatat mencapai Rp297,5 miliar, cenderung sama dengan perolehan tahun lalu.
“Di tengah tantangan besar sepanjang tahun lalu, perseroan berhasil menjaga kinerja laba bersih. Kami masih mempertahankan langkah dan strategi konservatif di tahun ini,” kata Archied.
Strategi 2018
Menghadapi kondisi pasar di 2018, menurut Archied perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi kunci untuk menjaga pertumbuhan kinerja usaha. Salah satunya adalah melalui pengembangan dan peluncuran proyek-proyek baru yang akan dilakukan tahun ini.
“Untuk meluncurkan proyek-proyek baru, kami tentu tetap mempertimbangkan perubahan arah dan kondisi pasar. Namun kami yakin kondisinya akan berangsur membaik, sehingga pasar properti akan kembali bergairah dan kondusif bagi investasi,” kata Archied.
Manajemen Perseroan berkeyakinan kondisi pasar properti nasional akan bergerak membaik tahun ini. Perubahan ke arah positif tersebut antara lain ditopang oleh sejumlah faktor, antara lain arah perkembangan indikator perekonomian dan iklim investasi Indonesia yang cenderung tumbuh positif. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.