Bareksa.com - Perang dagang di dunia internasional yang selama ini dikhawatirkan akan segera dimulai pasca kebijakan terbaru oleh Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump. Sudah ada beberapa negara yang dikabarkan akan membalas tindakan dari Amerika Serikat yang akan menaikkan pajak impor untuk baja dan alumunium.
"Ketika kita turun $30 miliar, $40 miliar, $60 miliar, $100 miliar, perang dagang menyakitkan mereka, itu tidak menyakiti kita," kata Trump seperti dilansir dari CNBC.
Trump membuat pernyataan pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Stefan Löfven dari Swedia. Sebelumnya pada pekan lalu, Trump secara tidak terduga mengumumkan tarif 25 persen untuk impor baja dan 10 persen untuk impor aluminium pada semua negara untuk melindungi keamanan nasionalnya.
Hal ini dikhawatirkan akan memicu perang dagang antara Amerika serikat dengan negara-negara mitra dagang dan juga sempat menyebabkan gejolak di pasar saham global pada minggu lalu dan berpotensi berlanjut kedepannya, karena investor juga mengkhawatirkan perang dagang tersebut berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Setelah pengumuman tersebut, beberapa mitra dagang AS mengatakan bahwa mereka akan membalas terhadap tarif baru. Kemudian Trump meresponnya dengan pernyataan yang tidak takut terhadap perang dagang.
“Ketika posisi kita berada di belakang dari setiap negara, perang dagang tidak begitu buruk," kata Trump.
Presiden AS ke-45 tersebut tampaknya mengacu pada data AS yang “tertinggal” karena defisit perdagangan. Namun nyatanya, Amerika Serikat tidak memiliki defisit perdagangan dengan setiap negara seperti yang sering diklaim oleh Trump.
Adapun Uni Eropa sedang mempersiapkan pengenaan pajak balasan sebesar 25 persen pada semua produk-produk yang di impor dari Amerika Serikat, seperti kendaraan, pakaian, makanan dan minuman, mengingat Uni Eropa memiliki pabrik di AS, seperti pabrik pembuatan mobil BMW yang juga diekspor ke AS.
Mengutip Kontan, Uni Eropa akan benar-benar memilih produk mana yang bisa memberikan cedera terbesar bagi perekonomian Amerika Serikat. Terutama produk-produk ikonik AS dengan harapan mampu memberikan tekanan pada pemerintahan Trump di parlemen.
Turki juga dikabarkan akan melakukan pembalasan berupa pengenaan pajak pada kapas yang diimpor dari Amerika Serikat, mengingat Turki merupakan negara dengan industri tekstil terkemuka yang memasok merek fashion dunia, seperti Zara, Adidas, dan Nike serta salah satu eksportir baja terbesar untuk Amerika Serikat.
Sementara itu, indeks saham berjangka milik AS mengalami penurunan pada hari ini (Rabu 7 Maret 2018), seperti S&P 500 Futures index yang turun 1,14 persen dan Nasdaq futures index juga turun 1,15 persen, karena merespon pengunduran diri yang dilakukan oleh penasihat ekonomi senior Trump, Gary Cohn. Pengunduran diri ini disebabkan Gary Cohn sendiri menentang rencanan pengenaan pajak impor baja dan alumunium milik Donald Trump.
Lebih lanjut, Indonesia diperkirakan tidak akan terdampak signifikan atas pengenaan tarif baja dan alumunium tersebut, karena Indonesia sendiri bukan merupakan pemain ataupun produsen baja global. Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian, konsumsi baja nasional pada 2016 sebesar 12,67 juta ton, sementara kapasitas produksi baja nasional masih dikisaran 4,5 juta ton. Kekurangan tersebut masih ditutupi dengan impor baja.
Meskipun demikian, memang kementerian perindustrian sendiri menargetkan Indonesia untuk segera memiliki kapasitas baja yang besar di tahun mendatang, sehingga dapat mandiri dari impor baja. (Baca juga Kalau Bea Impor Baja AS Naik, KRAS Khawatir Pangsa Pasar Tergerus) (hm)