Bareksa.com - Neraca perdagangan Indonesia Januari 2018 mengalami defisit terbesar sejak April 2014, seiring dengan peningkatan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor. Sektor minyak dan gas (migas) menjadi kontributor utama dari defisit ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa neraca perdagangan Indonesia defisit US$676,9 juta, dipicu oleh defisit sektor migas US$859,5 juta, walaupun neraca perdagangan sektor nonmigas surplus US$182,6 juta.
Nilai ekspor Indonesia Januari 2018 mencapai US$14,46 miliar atau menurun 2,81 persen dibanding ekspor Desember 2017. Sementara dibanding Januari 2017, nilai ekspor Januari 2018 meningkat 7,86 persen.
Di sisi lain, nilai impor Indonesia Januari 2018 mencapai US$15,13 miliar atau naik 0,26 persen dibanding Desember 2017, sebaliknya jika dibandingkan Januari 2017 meningkat 26,44 persen.
Grafik Nilai Neraca Perdagangan Indonesia
Sumber: BPS, diolah Bareksa.com
Ekspor nonmigas Januari 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$1,92 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,54 miliar dan Jepang US$1,39 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,81 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,36 miliar.
Kinerja ekspor Januari 2018 lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi konsensus analis yang memperkirakan pertumbuhan ekspor secara bulanan sebesar 7,3 persen. Namun, pertumbuhan impor yang mencapai 26,44 persen juga jauh di atas perkiraan konsensus di 18,3 persen.
Defisit yang terjadi di awal tahun ini benar-benar di luar prediksi, karena konsensus memperkirakan terjadi surplus neraca perdagangan senilai US$280 juta.
Analis Bareksa menilai bahwa secara angka, defisit Januari 2018 merupakan yang terbesar setelah April 2014 terjadi defisit US$1,97 miliar.
Meskipun demikian, impor yang lebih tinggi dibanding konsensus tidak selamanya buruk. Hal ini juga bisa berarti ada demand yang tinggi terhadap suatu barang, dalam hal ini mesin dan pesawat listrik (nonmigas) yang kontribusinya 14,85 persen dari impor nonmigas. Sementara itu, sektor nonmigas sendiri berkontribusi 85,8 persen terhadap impor keseluruhan.