BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Hindari Tarik Bunga Deposito Tinggi, BI Minta Perbankan Lakukan Ini

04 Oktober 2017
Tags:
Hindari Tarik Bunga Deposito Tinggi, BI Minta Perbankan Lakukan Ini
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kanan) berbincang dengan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara usai menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (19/5). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Bank harus melakukan diversifikasi pendanaan

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) mendorong perbankan untuk aktif mencari pendanaan dari pasar modal. Sebab dengan cara itu, perbankan bisa menghindari aktivitas menjadi "petani bunga" atau menarik deposan dengan bunga tinggi.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, menjelaskan BI menetapkan batas maksimal rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) di level 92 persen. Apabila bank melewati batas tersebut, maka likuiditas bank dinilai ketat sehingga harus mencari pendanaan baru.

Umumnya bank mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) sebagai sumber pendanaan. Namun apabila hanya mengandalkan instrumen tersebut, maka bank akan cenderung mengejar deposan dengan menawarkan suku bunga tinggi. (Baca : Pertumbuhan Kredit Diprediksi Mengencang jadi 10 Persen di 2018, Ini Alasannya)

Promo Terbaru di Bareksa

”Pada saat likuditas tinggi dan bank harus mencari pendanaan baru, maka bank akan menarik deposan dan pada saat itu bank akan cenderung menjadi petani bunga,”ujar dia di Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2017.

Karena itu, bank harus melakukan diversifikasi pendanaan. Alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan menghimpun pendanaan dari pasar modal. Salah satunya melalui pendanaan dari obligasi yang menawarkan suku bunga relatif rendah dan dengan tenor yang sesuai dengan periode kredit bank yang relatif panjang.

“Kalau bisa menghimpun dana dari obligasi yang berbunga rendah, maka secara jangka panjang bisa menurunkan biaya dana bank,” kata dia. (Lihat : Suku Bunga Kredit akan Bergerak Turun pada Kuartal I 2018, Ini Alasannya)

Komponen Suku Bunga Kredit

Biaya dana, lanjut Mirza hanya satu dari beberapa komponen yang membentuk suku bunga kredit bank. Komponen lainnya adalah biaya operasional. Mirza menilai, rasio biaya operasional terhadap aset bank di Indonesia saat ini relatif tinggi dibandingkan negara lain di Asean.

”Rasio biaya operasional terhadap aset bank di Indonesia mencapai 2,7-3,5 persen, kalau bank di Filipina mencapai 2-2,2 persen, bahkan di Hong Kong dan Singapura sudah 1 persen,” terang dia.

Apabila biaya operasional ini tidak diturunkan, maka suku bunga kredit akan sulit turun. Sebab ada komponen lain yakni biaya provisi yang tidak bisa diturunkan karena adanya kekhawatiran rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dan margin yang tidak bisa lebih rendah karena harus mendapat persetujuan pemegang saham. Meskipun, BI di saat yang sama sudah menurunkan suku bunga acuan beberapa kali.

“Pada saat BI sudah menurunkan suku bunga acuan hingga 150 basis poin, suku bunga deposito sudah turun 147 bps, tetap suku bunga kredit belum turun banyak baru sekitar 114-115 bps,” kata dia. (Baca : Margin Bunga Bersih Perbankan Mulai Menyusut, Apa Penyebabnya?)

Permintaan Kredit Rendah

Belum lagi, permintaan kredit saat ini masih relatif rendah. Hal ini disebabkan dunia usaha yang belum terlalu ekspansif karena tingkat konfidensi rendah dan terpengaruh sentimen negatif. ”Padahal kondisi makro ekonomi kita bagus, makanya ekspansi saja,” ucap dia.

Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida, mengungkapkan peran pasar modal saat ini memang sudah meningkat. Hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap membantu perekonomian Indonesia. OJK mencatat, sektor jasa keuangan di luar bank bisa mengumpulkan dana sebesar Rp 195 triliun untuk membantu perekonomian. (Baca : Tiga Tahun Pemberlakuan Capping, Suku Bunga Deposito Turun 300 Bps)

Penurunan BOPO

Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), Herry Sidharta, menjelaskan pendanaan dari pasar modal diperlukan oleh BNI. Pasalnya, pendanaan tersebut sangat cocok untuk membiayai kredit jangka menengah.

“Beberapa waktu lalu,, kami baru saja menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun, kupon-nya sekitar 8 persen,” jelas dia.

Sedangkan terkait penurunan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), pihaknya akan meningkatkan komponen pendapatan operasionalnya supaya BOPO turun.

“Pendapatan operasinya yang ditingkatkan sebagai alternatif,”terang dia. (Baca : Bunga Deposito Berpeluang Turun Jadi 5 Persen, Bagaimana Peluang Bunga Kredit?)

Lebih lanjut, Direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), Iman Nugroho Soeko, mengungkapkan pendanaan BTN di luar DPK mencapai 15 persen atau senilai Rp 18 triliun tahun ini. Karakteristik pendanaan tersebut, umumnya relatif panjang dan lebih fleksibel ketimbang DPK.

Sementara mengenai biaya operasional, sampai saat ini, perseroan berusaha seefisien mungkin. ”Biaya operasional kami evaluasi pas, tidak boros dan tidak di atas pasar,” jelas dia. (K09)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.380,2

Up1,09%
Up5,00%
Up7,35%
Up8,50%
Up19,34%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.090,33

Up0,49%
Up5,21%
Up6,68%
Up7,14%
Up2,71%
-

Capital Fixed Income Fund

1.838,73

Up0,53%
Up3,93%
Up6,33%
Up7,43%
Up17,20%
Up39,76%

STAR Stable Amanah Sukuk

1.075,71

Up0,66%
Up3,97%
Up6,69%
---

Insight Renewable Energy Fund

2.259,31

Up0,74%
Up3,72%
Up6,02%
Up7,00%
Up19,69%
Up35,52%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua