Laba Bersih PLN Anjlok 72 Persen di Semester I 2017, Apa Penyebabnya?
Pemangkasan subsidi pemerintah yang cukup signifikan terjadi pada 2015 mencapai 52,5 persen
Pemangkasan subsidi pemerintah yang cukup signifikan terjadi pada 2015 mencapai 52,5 persen
Bareksa.com – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,25 triliun pada semester I 2017 atau anjlok 71,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 7,96 triliun. Salah satu faktor menurunnya kinerja perseroan didorong oleh penurunan subsidi yang dilakukan oleh pemerintah dalam tiga tahun terakhir.
Pemangkasan subsidi pemerintah yang cukup signifikan terjadi pada 2015, di mana sekitar 52,5 persen subsidi dialihkan ke Infrastruktur seiring adanya pergantian presiden. Hal tersebut berdampak kepada PLN di kuartal II Tahun 2015 yang mencatat rugi bersih hingga Rp 10,5 triliun.
Grafik : Perbandingan Pendapatan dan Subsidi Pemerintah (Rp Triliun)
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa
Meski begitu, adanya upaya dari manajemen terkait efisiensi biaya usaha yang dibarengi peningkatan pendapatan usaha di tengah berkurangnya penerimaan subsidi dari negara membuat PLN masih mampu membukukan kinerja positif paska 2015, seiring adanya pemangkasan subsidi yang dilakukan pemerintah secara bertahap. Efisiensi biaya usaha berasal dari peralihan konsumsi sumber energi yang menyebabkan konsumsi bahan bakar minyak turun dari 7,2 kiloliter menjadi 5,2 kiloliter pada 2015.
Grafik : Perbandingan Pembelian Bahan Bakar & Pelumas dan Laba Bersih PLN (Rp Triliun)
Sumber : Laporan keuangan, diolah Bareksa
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, PLN berupaya untuk menekan beban biaya bahan bakar dan pelumas agar terciptanya efisiensi dalam laporan keuangan. Selain itu, berdasarkan laporan keuangan di semester I, manajemen berupaya untuk menjaga margin sebesar 7 persen.
Rasio Elektrifikasi
Struktur keuangan PLN juga semakin menguat seiring tercapainya target rasio elektrifikasi PLN. Indikator ketersediaan listrik secara nasional dapat dilihat dari rasio elektrifikasi. Pada 2015, rasio elektrifikasi sebesar 88,3 persen melampaui target yang ditetapkan sebesar 87,3 persen. Namun, angka ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga.
Malaysia, Brunei dan Singapura misalnya, memiliki rasio elektrifikasi di atas 99 persen. Karena itu, pemerintah menetapkan prioritas akses listrik melalui program 35.000 MW dengan target rasio elektrifikasi 97,3 persen pada 2019.
Grafik : Rasio Elektrifikasi PLN
Sumber : ESDM, diolah Bareksa
Perlu dicatat, rasio elektrifikasi yang tinggi terkonsentrasi di daerah Indonesia Barat sementara Indonesia Tengah dan Timur masih rendah. Di Papua, rasio elektrifikasi hanya 45,93 persen, tidak berbeda Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara juga memiliki rasio elektrifikasi di bawah 70 persen.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.