7-Eleven Tutup, Ini Lini Bisnis yang Berpeluang Menopang Modern Internasional
Hingga kuartal I 2017, lini bisnis Modern Internasional tersisa hanya tiga dari sebelumnya lima lini bisnis
Hingga kuartal I 2017, lini bisnis Modern Internasional tersisa hanya tiga dari sebelumnya lima lini bisnis
Bareksa.com – Manajemen PT Modern Internasional Tbk (MDRN) mengumumkan bahwa per 30 Juni 2017, seluruh gerai 7-Eleven di bawah manajemen MDRN menghentikan kegiatan operasionalnya. Padahal 7-Eleven merupakan penopang utama pendapatan perusahaan. Dengan ditutupnya 7-Eleven, lini bisnis apa yang bakal menopang kinerja MDRN ke depannya?
Berdasarkan riset Bareksa, sejak Tahun 2014 Modern Internasional mempunyai lima lini bisnis seperti 7-Eleven, produk industrial, telekomunikasi, produk fotografi, dan Lain-lain. Namun, sejak 2015 penjualan hanya berasal dari empat lini bisnis, karena produk telekomunikasi ditutup. Selanjutnya hingga kuartal I-2017, penjualan hanya berasal dari tiga lini bisnis karena produk fotografi (Fuji Film) juga menyusul ditutup. Hingga saat ini, kontributor penjualan perseroan hanya tersisa dari 7-Eleven, produk Industrial, dan Ricoh.
Grafik: Komposisi Penjualan MDRN Kuartal I-2017
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : Bareksa.com
Seperti terlihat dalam grafik, sebanyak 65,7 persen penjualan MDRN atau setara Rp 91miliar ditopang oleh produk 7-Eleven per kuartal I 2017. Namun setelah 7-Eleven ini tutup, lini bisnis indutrial imaging yang menjadi penopang pendapatan berikutnya, Rp 29,9 miliar atau setara 21,6 persen dari seluruh pendapatan MDRN.
Industrial imaging ini meliputi medical shimadzu, medical sirona, medical Fujifilm, graphic art dan digital photo imaging. Adapun lini bisnis berikutnya adalah modern data solusi Ricoh, yang menyumbang pendapatan sebesar Rp 17,6miliar atau setara 12,7 persen.
Keadaan tersebut menggambarkan bahwa MDRN sangat bergantung pada performa 7-Eleven. Namun, manajemen telah menutup seluruh gerai.
Hingga kuartal I 2017, MDRN harus mengantongi rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk membengkak jadi Rp 456 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 22 miliar, tertekan penurunan pendapatan 7-Eleven sebesar 50 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 91 miliar dari sebelumnya Rp 183 miliar. Kondisi itu masih ditambah dengan kenaikan beban operasional lain sebesar Rp 386 miliar atau setara dengan 85 persen rugi bersih di kuartal I 2017.
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan Pendapatan 7-Eleven & Laba Bersih MDRN (Rp Miliar)
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan
Rugi bersih yang hanya dalam rentang waktu 3 bulan tersebut setara dengan 71,3 persen kerugian yang dialami MDRN sepanjang 12 bulan di 2016. Sehingga, dengan berhentinya operasional 7-Eleven membuat kinerja MDRN terancam turun dari segi pendapatan mengingat kontribusi pendapatan MDRN sebagian besar masih disumbang oleh convenience store yang telah berdiri sejak 7 November 2009.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.