BCA : Ada yang Sengaja Memainkan Isu Akusisi BCA atas Bank Kecil

Bareksa • 21 Jun 2017

an image
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja (kedua kanan) bersama Presiden Komisaris DE Setijoso (kanan), Direktur Subur Tan (kiri) dan Wakil Presiden Direktur BCA Eugene Keith Galbraith (kedua kiri) berbincang sebelum acara Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) BCA di Jakarta, Kamis (9/4). ANTARA FOTO/Andi

Pergerakan saham bank-bank kecil itu seperti adanya insider information ‘pura-pura’

Bareksa.com – Pergerakan saham bank-bank kecil terkait rumor atau isu rencana akan diakuisisi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pantauan manajemen bank milik Grup Djarum ini. Yang terbaru adalah pergerakan saham PT Bank Agris Tbk (AGRS).

Dalam periode perdagangan 7 - 20 Juni 2017, saham AGRS sudah naik 91,53 persen. Hal itu pun membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) menyematkan suspensi perdagangan pada saham AGRS per 19 Juni 2017. Namun setelah kembali dibuka pada 20 Juni, saham AGRS kembali melesat 24,86 persen ke level Rp 452.

Posisi terakhir itu membuat saham AGRS sudah naik 396,7 persen secara year to date. Pada akhir 2016, harga saham AGRS masih berada di level Rp 91.

Selain AGRS, saham PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) dan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) juga sempat terkena sentimen isu akuisisi oleh BCA. Saham BBGI misalnya, sudah naik 354,54 persen dari Rp 66 pada akhir 2016 menjadi Rp 300 per 20 Juni 2017.

Begitu juga saham BGTG. Secara year to date hingga 20 Juni 2017, saham BGTG naik 71,79 persen dari Rp 78 menjadi Rp 134.

Grafik: Perbandingan Return AGRS, BBHI, dan BGTG Periode 30 Desember 2016 – 20 Juni 2017

Sumber: Bareksa.com

Pergerakan saham bank kecil ini, ternyata mendapat perhatian dari manajemen BCA. Salah satunya Wakil Presiden Direktur BCA Eugene K. Galbraith. Dia menilai, pergerakan saham bank-bank kecil itu seperti adanya insider information ‘pura-pura’.

“Jadi dibuat seperti ada informasi dari dalam. Padahal itu tidak ada. Rencana kami untuk mengakuisisi bank sudah masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) selama 4 tahun terakhir,” ungkap Eugene, Selasa, 20 Juni 2017.

Eugene menyarankan agar para investor jangan mudah terpancing kabar-kabar tersebut. Karena, kata dia, yang diuntungkan adalah si pemberi informasi ‘palsu’ itu. “Jadi, lebih baik ambil air dingin dan mandi (biar pikiran jernih),” ucap Eugene.

Aturan Rumit

Soal kejelasan rencana akuisisi, Eugene menyampaikan, belum ada kepastian. Hal ini terkait beberapa aturan yang dinilai terlalu rumit. Persoalan ini pula yang membuat BCA tak kunjung menemukan calon target akuisisi.

Eugene menjelaskan akuisisi atas dua bank karena BCA ingin menguasai 100 persen saham salah satu bank yang diakuisisi. “Maka kami diminta ambil dua bank. Bukan untuk dimerger, tapi karena kami ingin kuasai 100 persen saham,” imbuh Eugene.

Karena sudah masuk dalam RBB selama 4 tahun ke belakang, Eugene mengaku manajemen BCA kerap berdiskusi dan berkonsultasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, dalam proses pencarian, tidak  sedikit pemilik bank kecil yang datang menawarkan diri untuk dibeli.

“Kami tidak selalu mencari. Tapi ada beberapa yang menawarkan diri,” tambahnya. Eugene pun menegaskan, BCA akan mencari bank kecil dengan aset kecil dan tingkat kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang rendah.

Dia juga bilang, jika terealisasi, bank hasil akuisisi akan menjadi bagian dari rencana BCA untuk mengembangkan digital banking. “Bukan untuk masuk ke bisnis mikro, tapi untuk digital banking. Nanti kami coba beberapa produk baru melalui bank hasil akuisisi itu,” tutup Eugene.