Saham INAF Amblas 50% Sejak Awal Tahun, Ini Penyebabnya!
Bila dibandingkan dengan saham sektor farmasi lainnya, INAF memiliki PBV yang cukup mahal
Bila dibandingkan dengan saham sektor farmasi lainnya, INAF memiliki PBV yang cukup mahal
Bareksa.com – Dalam satu bulan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak cenderung flat sehingga mematahkan beberapa ekspektasi para pelaku pasar akan adanya January effect. Tak heran, keadaan ini memaksa para investor untuk melakukan transaksi cepat dengan untung tipis (hit and run) pada beberapa saham lapis dua dan lapis tiga saat saham-saham blue chip tidak mengalami peningkatan berarti.
Salah satu yang menarik ialah saham PT Indofarma Tbk (INAF) yang mencuri perhatian kalangan pelaku pasar di tahun lalu. Sejak awal tahun 2017, saham emiten farmasi ini turun hingga 50 persen menjadi Rp2540 per lembar. Padahal, saham INAF sempat diperdagangkan hingga Rp5500 per lembar pada tanggal 30 Desember 2016.
Bila dibandingkan dengan saham farmasi lain yang tercatat di Bursa, penurunan saham INAF sebesar 42,66 persen ini merupakan yang paling tajam selama sebulan terakhir. Pada periode yang sama, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) turun 18,52 persen sementara saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru naik 2,05 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Gambar : Perbandingan Return Saham Industri Farmasi Sebulan
Sumber : Bareksa.com
Bareksa melihat penurunan saham INAF yang sangat signifikan terkait kinerja fundamental yang masih membukukan rugi bersih Rp30,4 miliar hingga kuartal III 2016.
Selain itu, penurunan harga saham tersebut juga tidak terlepas dari mahalnya harga saham dibandingkan dengan nilai buku atau yang tercermin dari tingginya Price to Book Value (PBV) dibandingkan saham sektor farmasi lainnya seperti KAEF dan KLBF.
Data Bareksa mencatat, saham INAF memiliki PBV hingga 14 kali. Artinya, saham INAF dihargai 14 kali nilai bukunya, jauh bila dibandingkan dengan KAEF dan KLBF yang memiliki PBV hanya 5,35 kali dan 6,2 kali.
Grafik : Perbandingan PBV dan Outstanding Shares Sektor Farmasi
Sumber : Bareksa.com
Selain itu, INAF memiliki jumlah saham beredar paling sedikit atau hanya berkisar 3,1 miliar lembar. Keadaan tersebut diperparah karena 80 persen kepemilikan INAF dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Lantas, hanya 20 persen saham yang beredar di publik atau hanya berkisar 620 juta lembar saham.
Kondisi tersebut membuat saham ini mempunyai likuiditas yang kurang baik sehingga peningkatan atau penurunan signifikan terhadap saham INAF pun tak dapat terhindarkan terlepas baik atau buruknya performa kinerja laporan keuangan tersebut. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,88 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,64% | 19,14% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,54 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,63% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,63 | 0,65% | 4,10% | 7,18% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,73 | 0,55% | 3,96% | 6,73% | 7,42% | 17,09% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,77 | 0,85% | 3,99% | 6,65% | 7,27% | 20,21% | 35,67% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.