Saham MEDC dan ELSA Sudah Naik 2 Kali Lipat di 2016, Ini Pendorongnya

Bareksa • 09 Jan 2017

an image
Petugas mengawasi kapal tanker yang melakukan pengisian minyak di Single Buoy Mooring (SBM) milik Pertamina RU VI Balongan di Laut Indramayu, Jawa Barat, Minggu (13/3). Harga minyak dunia kembali menyentuh kisaran 40 dolar AS per barel akibat berkurangnya pasokan minyak di pasar. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

Sejak February 2016, Harga Minyak Dunia Telah Melonjak Hingga 105%

Bareksa.com – Dalam jangka waktu setahun terakhir, dua saham emiten terkait minyak dan gas telah melonjak dua kali lipat. Hal ini seiring dengan menguatnya harga minyak mentah di pasar global setelah pulih dari titik terendahnya awal 2016. Sejumlah faktor terpantau menjadi katalis dalam penguatan harga komoditas tersebut.

Harga saham PT Medco Energy Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) telah mencetak keuntungan 101,33 persen dan 108,57 persen selama setahun hingga 6 Januari 2017. Bahkan, MEDC dan ELSA mencatat lonjakan masing-masing 122 persen dan 110 persen sejak 11 Februari 2016, dimana harga minyak dunia mencapai titik terendahnya. Harga minyak dunia pada saat itu diperdagangkan di level $26,2/barrel, dan kini telah melonjak hingga 105 persen menjadi $53,7/barrel.

Medco, yang dikendalikan taipan Arifin Panigoro, memiliki kaitan erat terhadap pergerakan minyak dunia karena adanya penjualan minyak dari sumber pendapatan yang dirilis MEDC. Sementara itu, Elnusa yang bergerak di bidang jasa pertambangan migas, meskipun tidak langsung menikmati peningkatan harga minyak dunia, mendapat sentimen dari investasi yang dilakukan produsen migas termasuk induk usahanya yakni PT Pertamina (Persero).

(Baca Juga: Harga Minyak Capai US$52/Barel, Bagaimana Korelasi dengan Kinerja ELSA & MEDC?)

Grafik: Kinerja Saham MEDC dan ELSA dalam Setahun Terakhir

Sumber: Bareksa.com

Peningkatan saham MEDC & ELSA terjadi bersamaan dengan rebound harga minyak dunia sejak bulan February 2016.

Pergerakan Harga Minyak Dunia

Sumber : Bloomberg.com

Apa saja faktor pendorong naiknya harga minyak dunia?

Berdasarkan pantauan Bareksa, berikut sentimen pendorong harga minyak dunia.

1. Pelemahan dolar AS

Pelemahan dolar AS sempat terjadi pada April 2016 membuat impor bahan bakar dalam perdagangan minyak mentah menjadi lebih murah dan hal tersebut berpotensi memacu permintaan.

2. Sentimen Menjelang Rapat OPEC

Biasanya ketika harga minyak bumi mendadak naik atau turun, pertama-tama para analis pasar akan “melirik” ke Wina Austria, markas OPEC. Keputusan OPEC mengurangi produksi akan diikuti kenaikan harga minyak bumi. Sebaliknya, jika OPEC mengambil aksi membanjiri pasar dengan menambah produksi, diyakini akan memberikan dampak negatif dan harga minyak akan segera turun.

3. Perubahan Stok Minyak di AS

Penurunan stok di Amerika akan memicu penambahan permintaan minyak bumi yang mendorong harga untuk naik. Sebaliknya, over stock biasanya akan menyebabkan harga minyak turun.

Meski demikian, penurunan permintaan minyak Amerika beberapa tahun terakhir yang menyebabkan harga cenderung menurun sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh keberhasilan pengembangan shale oil dan shale gas. Program tersebut memberikan tambahan produksi minyak Amerika rata-rata pada tiga tahun terakhir sebesar 1,2 juta barel per hari.

4. Isu Geopolitik di Timur Tengah

Faktor yang tidak kalah penting adalah isu geopolitik di kawasan Timur Tengah. Kegaduhan politik dan juga perang antar negara-negara penghasil minyak bumi sudah pasti mengganggu operasi perminyakan, pendistribusian, dan transportasi minyak bumi. Ujung dari semua itu berdampak pada terhambatnya pasokan minyak ke pasar yang bisa mengakibatkan harga naik signifikan dalam jangka pendek.

5. Perubahan Jumlah Cadangan Minyak Dunia

Penemuan ladang minyak sering menjadi “kambing hitam” penurunan harga minyak bumi. Sedangkan sebaliknya, “pada masa kering” penemuan yang diikuti dengan produksi minyak yang mengikis cadangan memaksa harga minyak bumi merangkak naik.