Sebelum Putus Hubungan, JP Morgan Pernah Sambut Baik Hadirnya Sri Mulyani
Pada Maret 2016, lembaga keuangan asal AS ini menaikkan rating Indonesia menjadi overweight.
Pada Maret 2016, lembaga keuangan asal AS ini menaikkan rating Indonesia menjadi overweight.
Bareksa.com - Nama JP Morgan menghangat setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani memutus kontrak kerja dengan perusahaan keuangan asal Amerika Serikat tersebut gara-gara riset yang dianggap tidak fair bagi stabilitas keuangan Indonesia. Meskipun demikian, lembaga keuangan asal Amerika Serikat ini pernah memberikan rekomendasi positif terkait ekonomi Indonesia.
Bareksa mencatat beberapa hasil riset JP Morgan terhadap perekonomian dan politik Indonesia sepanjang tahun lalu. Berikut rangkumannya.
JP Morgan Rekomendasi Indonesia Overweight
Promo Terbaru di Bareksa
Pada tanggal 24 Maret 2016 JP Morgan menaikkan rating Indonesia menjadi overweight. Hal ini dikarenakan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang diuntungkan di emerging market dengan membaiknya kondisi perekonomian.
Selain itu JP Morgan juga melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga kredit kedepannya di Indonesia. JP Morgan juga yakin kebijakan pro-pertumbuhan dan nilai tukar yang stabil dapat mendorong perbaikan pendapatan korporasi di negara emerging market.
"Revisi laba per saham (EPS) perusahaan emerging market akan berubah positif," tulis riset bertanggal 24 Maret 2016 tersebut. (Selengkapnya baca: JP Morgan Rekomendasi Indonesia Overweight, Saham Mana yang Menarik?)
JP Morgan Sebut Reshuffle Berdampak Positif Bagi Indonesia
JP Morgan menjadi salah satu lembaga keuangan asing yang menyambut baik datangnya Sri Mulyani ke dalam Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko Widodo. Wanita yang sebelumnya menjabat Managing Director dan Chief Operating Officer World Bank di Washington, D.C., Amerika Serikat dianggap menjadi katalis baik bagi arus dana asing untuk masuk ke Indonesia.
Dalam risetnya yang diberikan kepada nasabah, JP Morgan menyebutkan pengangkatan Sri Mulyani ini memiliki intensi Presiden Jokowi bertujuan untuk mendorong reformasi lebih kuat lagi.
"Reformasi selama masa jabatan Sri Mulyani pada 2005-2009 membantu pertumbuhan Indonesia yang stabil. Sama pentingnya, kami menilai dia sebagai magnet dalam menarik profesional yang kompeten untuk memimpin sektor publik," tulis riset tersebut. (Selengkapnya baca: Jokowi Reshuffle Kabinet, Apa Dampaknya Bagi Indonesia Menurut Analis Asing?)
JP Morgan Rekomendasi Jual Saham Perbankan
JP Morgan pernah merekomendasikan pengurangan porsi investasi untuk saham-saham perbankan di Indonesia. Riset pada tanggal 7 April 2016 tersebut memberikan rekomendasi underweight kepada perbankan.
Alasannya adalah likuiditas perbankan yang akan semakin ketat akibat Dana Pensiun (Dapen) dan Asuransi mengalihkan dana investasinya dari deposito ke obligasi negara. Diperkirakan aliran dana ke obligasi negara atau Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 78 triliun.
Dana Pensiun dan Asuransi yang selalu melakukan strategi dalam investasi dana kelolaannya kini harus mengikuti aturan baru pemerintah. Porsi investasi minimal dari total portofolio Asuransi jiwa dan dana pensiun di SBN ditetapkan sebesar 30 persen. Sementara itu, perusahaan asuransi umum dan reasuransi harus menempatkan paling rendah 20 persen dari seluruh jumlah investasi.
Selain itu, profitabilitas perbankan dengan indikator net interest margin (NIM) diperkirakan akan menghadapi tekanan karena suku bunga acuan telah diturunkan sebanyak tiga kali. Upaya tersebut dilakukan untuk membatasi marjin bunga bersih bank nasional dalam upaya menekan suku bunga kredit.
Akibat rekomendasi ini pada penutupan perdagangan 8 April 2016 saham perbankan ditutup merah. Penurunan ini dipimpin oleh PT Bank Mandiri Tbk. Saham bank berkode BMRI ini turun 4,4 persen menjadi Rp9.850, sementara saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tergelincir 2,7 persen menjadi Rp10.800.
Pada saat yang sama, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) terkoreksi 2,6 persen menjadi Rp1.695. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing turun 1,9 persen dan 0,38 persen. (Selengkapnya baca: JP Morgan Rekomendasi Jual, Harga Saham Perbankan Jebol) (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.386,75 | 0,28% | 4,12% | 7,86% | 8,01% | 19,31% | 38,22% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.096,22 | 0,25% | 4,17% | 7,26% | 7,37% | 2,91% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.086,24 | 0,55% | 3,99% | 7,74% | 7,78% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.855,9 | 0,55% | 3,86% | 7,32% | 7,36% | 17,44% | 40,56% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.290,36 | 0,77% | 4,10% | 7,48% | 7,51% | 19,79% | 35,78% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.