MARKET BRIEF: ADHI Habiskan Rp2T untuk LRT, BUMI Rencana Right Issue Rp35T
PT Kalbe Farma Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun ini masing-masing 8 persen-10 persen.
PT Kalbe Farma Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun ini masing-masing 8 persen-10 persen.
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Buana Listya Tama Tbk (BULL)
Emiten pelayaran ini akan mengambil alih 100 persen saham PT Nusa Bhakti Jayaraya (NBJ). Pengambilalihan ini dilakukan secara langsung dan tidak langsung terhadap 1.500 lembar saham dengan total harga sebesar US$30 juta.
Promo Terbaru di Bareksa
Hak pembelian seluruh saham NJB merupakan seluruh modal disetor dan ditempatkan di dalam NJB. Pembayaran atas harga pengalihan dilakukan melalui pengalihan piutang perseroan terhadap PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) sebesar US$30 juta untuk pengambilalihan 100 persen NJB.
“Akuisisi ini menjadi langkah awal untuk pengembangan perseroan,” ujar manajemen Buana Listya Tama dalam prospektus yang dipublikasikan Selasa, 3 Januari 2017.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
BUMI berencana menggelar penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) maksimal sebesar 37,88 miliar saham baru. Nilai transaksi itu diperkirakan mencapai Rp 35,1 triliun.
Saham baru ini akan diterbitkan dalam proses penawaran umum terbatas (PUT) perseroan dan pelaksanaan Obligasi Wajib Konversi (OWK) oleh para pemegangnya. HMETD yang dilakukan melalui PUT ini kepada pemegang saham perseroan akan meliputi hak untuk membeli saham baru PUT dan OWK.
”Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan akan diadakan pada Selasa, 7 Februari 2017," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI, Dileep Srivastava, di Jakarta.
Untuk menghindari keraguan, perseroan berhak untuk mengeluarkan sebagian dari atau seluruh jumlah maksimum saham yang disetujui untuk diterbitkan berdasarkan keputusan RUPSLB tersebut. Nantinya, harga pelaksanaan HMETD final akan ditentukan oleh dewan komisaris perseroan.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
Biarpun proses administrasi belum rampung, ADHI terus melanjutkan konstruksi proyek light rail transit (LRT) atau kereta ringan Jabodetabek. Perusahaan ini mengandalkaan pendanaan dari penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp1,4 triliun dan Rp600 miliar dari kas internal.
"Total dana yang telah diserap untuk pembangunan LRT hingga akhir tahun 2016 telah mencapai Rp 2 triliun," ungkap Punjung Setya Brata, Direktur PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Perkembangan konstruksi LRT tahun lalu, yakni tahap I untuk lintasan Cibubur-Cawang mencapai 15 persen. Lantas, pembangunan lintasan Bekasi-Cawang mencapai 10 persen dan lintasan Cawang -Dukuh Atas mencapai 2 persen. Target awal operasional LRT adalah tahun 2019
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Perusahaan farmasi ini menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun ini masing-masing 8 persen-10 persen. Target pertumbuhan tersebut sama besar dengan yang telah dicanangkan tahun 2016.
Kalbe Farma memang belum mempublikasikan kinerja tahun 2016. Namun kalau target pertumbuhan tahun lalu terpenuhi, minimal pencapaian pendapatan perusahaan ini adalah Rp 19,32 triliun. Perseroan memperkirakan target minimal pertumbuhan pendapatan tahun 2017 adalah Rp 20,87 triliun.
Pendapatan yang tidak naik signifikan karena perseroan mempertimbangkan potensi fluktuasi rupiah tahun ini. Pasalnya mayoritas bahan baku farmasi adalah produk impor, risiko fluktuasi kurs terhadap produsen obat seperti Kalbe Farma menjadi tinggi. Tak kalah penting, industri farmasi juga tak bisa lepas dari pengaruh daya beli.
PT Bank Permata Tbk (BNLI)
Bank Permata mencatatkan rugi bersih sampai November 2016 sebesar Rp 1,9 triliun. Rugi bersih ini berbanding terbalik dengan laba bersih yang dicatatkan November 2015 sebesar Rp 527 miliar.
Rugi bersih November 2016 ini membesar jika dibandingkan dengan capaian per Oktober 2016. Tercatat pada Oktober 2016, bank berkode emiten BNLI ini mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 1,3 triliun. Ada dua hal yang menyebabkan kerugian yang semakin membesar ini.
Pertama adalah karena pendapatan bunga bersih yang turun sebesar 3,57 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 5,6 triliun. Sedangkan penyebab kedua karena beban operasional yang naik 56 persen yoy menjadi Rp 8,2 triliun.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.