Intiland Berharap Penuhi Target Marketing Sales Dari Kawasan Industri
Perseroan menargetkan marketing sales Rp2,5 triliun.
Perseroan menargetkan marketing sales Rp2,5 triliun.
Bareksa.com - Pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) masih optimis bisa mencapai target pra penjualan (marketing sales) tahun ini sebesar Rp2,5 triliun. Kawasan industri diharapkan menjadi andalam bagi perusahaan yang mengelola kawasan Ngoro Industrial Park di Surabaya ini.
Dalam periode Januari hingga September 2016, Intiland baru mencatat marketing sales senilai Rp1,4 triliun atau sekitar 55 persen dari target perseroan tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Intiland Development Theresia Rustandi mengatakan bahwa pihaknya masih mengandalkan marketing sales dari kawasan industri perseroan yang terletak di Surabaya.
“Kita ada potential buyer. Mudah-mudahan target kita bisa tercapai pada akhir tahun walaupun tersisa dua bulan,” ujarnya di Jakarta, Kamis 10 November 2016.
Walaupun demikian ia tidak menampik dalam beberapa tahun terakhir memang banyak pihak yang menahan investasi. Intiland sendiri menargetkan penjualan pada kawasan industri Ngoro Industrial Park pada tahun ini mencapai 50 hektare.
Hingga kuartal ketiga 2016 perseroan mengungkapkan pendapatan paling besar berasal dari pengembangan mixed-use dan high rise. Kedua segmen ini memberikan kontribusi sebesar Rp571 miliar atau 40,6 persen dari total marketing sales.
Sedangkan kontributor terbesar berikutnya adalah dari segmen kawasan perumahan yang meraih penjualan Rp 530,7 miliar atau setara 37,7 persen. Selanjutnya, sumbangan dari kawasan industri mencatatkan penjualan Rp 81,3 miliar atau 5,8 persen serta segmen properti investasi memberikan kontribusi Rp 223,6 miliar atau 15,9 persen.
Proyek Baru
Intiland pada tahun depan akan mengembangkan tiga proyek baru. Proyek ini menurutnya bukan merupakan pengembangan dari proyek-proyek yang sudah ada saat ini.
“Kita memang akan mengerjakan tiga proyek baru tetapi kita belum bisa disclose detailnya,” katanya.
Perseroan masih melihat perkembangan perekonomian hingga akhir tahun 2016 untuk menentukan anggaran pada tahun depan.
“Kita berharap kesuksesan tax amnesty pada periode awal bisa mendorong perekonomian pada tahun 2017,” ujarnya.
Perseroan sendiri menurutnya telah menggunakan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp1,4 triliun atau 70 persen dari total anggaran tahun ini yakni Rp2 triliun. Theresia mengaku belum ada target untuk menaikkan capex pada tahun depan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.