BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Donald Trump Jadi Presiden AS, Benarkah Ekonomi Indonesia Bisa Terdampak Buruk?

Bareksa10 November 2016
Tags:
Donald Trump Jadi Presiden AS, Benarkah Ekonomi Indonesia Bisa Terdampak Buruk?
Seorang pegawai bekerja di ruangan yang dihiasi pernak-pernik pemilu saat acara Pesta Pemilu Amerika Serikat (AS) di kantor Konjen AS Surabaya, Jawa Timur. Donald Trump dari Partai Republik menjadi Presiden AS ke 45 setelah mengalahkan Hillary Clinton dari Demokrat dalam Pemilu tersebut. ANTARA FOTO/Moch Asim

Dalam jangka pendek akan terjadi ketidakpastian

Bareksa.com - Kemenangan Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat memberi kejutan bagi dunia. Pasar saham Indonesia dan nilai tukar rupiah juga menunjukkan respon negatif terhadap hasil pemilu ini, karena sejumlah agenda kebijakan Trump dinilai bisa berisiko terhadap ekonomi dunia.

Trump memiliki latar belakang sebagai pengusaha, orang terkaya nomer 156 versi Forbes 400 di Amerika dengan kekayaan US$3,7 miliar per Oktober 2016. Meskipun demikian, pertumbuhan perusahaannya tergolong biasa saja dan dia tidak memiliki rekam jejak sebagai politisi atau pejabat pemerintahan. Trump terkenal lebih karena siaran televisi, termasuk kontes kecantikan Miss World dan reality show The Apprentice.

Sejumlah agenda yang diutarakan dalam kampanyenya adalah mengubah kesepakatan dagang AS dengan China, mendorong perusahaan AS seperti Apple agar memproduksi barang di dalam negeri, dan menurunkan pajak tanpa membahas risiko defisit anggaran. Hal-hal tersebut dikhawatirkan bisa memperlambat ekonomi AS dan global.

Promo Terbaru di Bareksa

Benarkah dampaknya juga akan buruk bagi Indonesia?

Mandiri Sekuritas dalam risetnya menjelaskan bahwa dalam jangka pendek akan terjadi ketidakpastian. Ketidakpastian ini juga berarti volatilitas, sehingga kebijakan moneter mungkin akan berhenti.

"Sampai Presiden menduduki Kantornya pada Januari, mengumumkan anggota kabinet dan menyusun kebijakannya, menurut kami volatilitas pasar keuangan akan terjadi," tulis analis Mandiri Sekuritas dalam riset yang sudah dibagikan kepada nasabah.

Karena ada potensi volatilitas, Bank Indonesia dapat menahan kebijakan suku bunga tidak berubah dalam rapat dewan gubernur pada pekan depan.

Selain itu, nilai tukar rupiah juga masih terkendali karena bank sentral diperkirakan akan campur tangan. Rupiah kemarin terdepresiasi 1 persen menjadi Rp13.150 per dolar AS selepas pengumuman hasil pemilu AS.

Dalam jangka menengah, bila benar Trump menerapkan kebijakan proteksionisme, dampaknya mungkin terlihat pada perdagangan. Nilai perdagangan ekspor Indonesia ke AS terus tumbuh sejak dan AS merupakan negara tujuan ekspor Indonesia saat ini.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Indonesia pada 2011-2015 mencatat surplus perdagangan dengan AS dengan rata-rata US$6,5 miliar per tahun.

Grafik: Neraca Perdagangan Indonesia ke AS

Illustration

Sumber: Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik

Meskipun demikian, Riset CIMB menilai bahwa perdagangan Indonesia tidak akan terpengaruh banyak. Tidak seperti negara di Asia Utara, ekspor Indonesia ke AS didominasi produk manufaktur dasar, sementara impor didominasi barang modal dan pangan.

"Kami yakin Indonesia tidak akan masuk daftar teratas untuk defisit perdagangan dengan AS," tulis riset CIMB yang sudah dibagikan kepada nasabah.

Grafik: Porsi Ekspor dan Impor ke AS terhadap Total Perdagangan Indonesia

Illustration

Sumber: Kementerian Perdagangan, Badan Pusat Statistik

Sementara itu, perekonomian Indonesia masih didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Meskipun belanja pemerintah masih belum memuaskan pada kuartal ketiga, konsumsi rumah tangga masih kuat dan berkontribusi sekitar 5 persen dari pertumbuhan riil dan 55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

CIMB memperkirakan belanja pemerintah akan semakin cepat pada kuartal keempat tahun ini karena anggaran yang lebih realistis dan dukungan program tax amnesty. "Perdagangan diperkirakan tidak berkontribusi banyak bagi 2017, sama seperti yang terjadi pada 2016," tulis riset tersebut.

Mandiri Sekuritas juga menyatakan hal serupa dan menghitung bahwa setiap peningkatan 1 persen ekonomi AS akan berkontribusi hanya 0,05 persentase poin kepada pertumbuhan Indonesia. Begitu juga sebaliknya.

"Untungnya, pertumbuhan PDB Indonesia masih berorientasi pada ekonomi domestik," tulis riset Mandiri Sekuritas.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua