BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Harga Saham BUMI Naik 245%, Bagaimana Kinerja Keuangannya?

Bareksa09 November 2016
Tags:
Harga Saham BUMI Naik 245%, Bagaimana Kinerja Keuangannya?
Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Bali, Aburizal Bakrie memberikan sambutan dalam diskusi UMKMK di Kompleks Parlemen (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Modal perusahaan telah minus sejak tahun 2013, hingga minus US$2,9 juta per akhir Juni 2016

Bareksa.com - Pergerakan saham produsen batu bara terafiliasi Grup Bakrie ini selalu menjadi sensasi. Hanya dalam waktu tiga pekan saja, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memberikan keuntungan lebih dari tiga kali lipat, meski belum tentu mencerminkan kinerja keuangannya.

Dalam periode 19 Oktober-8 November 2016, harga saham BUMI melompat 245 persen menjadi Rp276 dari sebelumnya hanya berada di level Rp80. Peningkatan harga saham ini pun sejalan dengan ramainya nilai dan volume transaksi yang melonjak signfikan.

Dalam waktu 15 hari bursa, transaksi saham BUMI mencapai Rp6,45 triliun. Dengan kata lain, nilai transaksi saham BUMI rata-rata mencapai Rp414 miliar per hari. Angkat tersebut naik 62 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan transaksi BUMI sejak awal tahun hingga 18 Oktober yang memiliki rata-rata harian hanya Rp6,7 miliar. Sebagai catatan, perdagangan saham BUMI sempat dihentikan sementara (disuspen) selama tiga bulan hingga 5 Oktober akibat belum menyampaikan laporan keuangan.

Promo Terbaru di Bareksa

Menurut catatan Bursa, selama periode tiga pekan tersebut saham BUMI juga selalu masuk ke dalam jajaran saham teraktif dan menjuarai nilai transaksi.

Selama periode tersebut, pembeli sekaligus penjual terbesar saham BUMI adalah Daewoo Securities (YP) yang memborong 47,5 juta lembar saham senilai Rp915,8 miliar pada harga rata-rata Rp192,8 per saham. Namun YP kembali melepas 46,7 juta lot saham, pada harga rata-rata Rp190,4 per saham senilai Rp888,5 miliar

Peningkatan harga emiten batu bara afiliasi Grup Bakrie ini disinyalir karena adanya aksi investor ritel lokal yang melakukan aksi jual beli saham (trading) secara cepat. Pasalnya berdasarkan laporan kepemilikan saham periode September kepemilikan investor lokal memiliki porsi paling besar dari keseluruhan total saham yakni 51,63 persen. Dari jumlah tersebut, investor ritel lokal (30,48 persen) memiliki porsi lebih besar dibandingkan institusi lokal (20,98 persen).

Sementara berdasarkan nilai, transaksi yang dilakukan oleh lokal mencapai Rp6,28 triliun sedankan asing hanya mencapai Rp416 miliar.

Tingginya transaksi saham BUMI membuat emiten batu bara ini sempat terkena penghentian sementara (suspensi) akibat lonjakan harga yang cukup signifikan yakni pada 25 Oktober. (Baca Juga: Seminggu Naik 87,5%, Saham BUMI Kena Suspen Bursa)

Pencabutan suspensi saham BUMI pada 26 Oktober pun kembali membuat harga saham menggila, dari Rp153 per lembar hingga ditutup pada level Rp202 per lembar saham. Namun, pada penutupan perdagangan sesi pertama 28 Oktober 2016, harga saham BUMI telah turun berada di Rp 171 per lembar saham.

Lantas bagaimana kinerja BUMI sekarang?

Dalam laporan keuangan kuartal II-2016, BUMI masih membukukan rugi sebesar US$19 juta, angka tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$564 juta. Padahal dari sisi pendapatan, emiten ini masih mengalami penurunan hingga 41 persen menjadi US$12,7 juta dari sebelumnya US$21,5 juta.

Berkurangnya rugi perusahaan karena restrukturisasi utang sehubungan dengan penjualan 1,6 juta saham di Newmont Nusa Tenggara (NNT) senilai US$207 juta.

Grafik: Pergerakan Laba dan Pendapatan BUMI 2014- Kuartal II 2016

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Namun, perlu diketahui juga, perusahaan batu bara ini telah mengalami defisiensi modal atau modal yang negatif (minus) sejak tahun 2013, dan hingga kuartal II-2016 modal perusahaan ini minus US$2,9 miliar. Padahal utang perusahaan hingga kuartal II-2016 masih tercatat sebesar US$6,5 miliar.

Grafik: Pergerakan Total Utang dan Total Modal BUMI 2011- Kuartal II 2016

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Meskipun belum mengeluarkan laporan keuangan September 2016, BUMI sudah memberikan laporan operasional yang menjukkan ada peningkatan penjualan. Sepanjang Januari-September 2016, volume penjualan batubara Bumi Resources naik 10,7 persen menjadi 64,6 juta ton dari 58,4 juta ton pada periode sama tahun lalu. Selama tahun ini, perseroan juga meningkatkan jumlah batubara yang ditambang sebesar 4,5 persen menjadi 62,7 juta ton dari 60 juta ton.

Namun realisasi harga rata-rata penjualan batubara Bumi Resources Januari-September tahun ini turun menjadi US$40,1 per ton dari US$45,7 per ton. Bila dihitung secara kasar dari harga dikalikan total volume, total pendapatan 9 bulan pertama 2016 mencapai US$2,59 miliar, turun tipis 2,99 persen dibandingkan tahun lalu US$2,67 miliar. Meskipun demikian, hal ini hanya asumsi kasar saja dan bukan laporan resmi dari Bumi Resources, yang rencananya akan keluar pada Desember 2016.

Terlepas dari kinerja keuangan dan operasional tersebut, Bumi mendapatkan sentimen positif dari peningkatan harga batu bara akhir-akhir ini. Sebagai informasi, harga batu bara acuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencapai US$84,89 per metrik ton pada November 2016. Angka ini sudah melonjak 22,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 59,6 persen sejak awal tahun. (Baca juga: Cermati Saham Tambang Dalam Jangka Panjang)

Grafik: Harga Batu Bara Acuan

Illustration

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Pada saat yang sama, perseroan mendapat sentimen juga dari spekulasi pasar terkait restrukturisasi utang, yang akan ditentukan hari ini, Rabu 9 November 2016. Voting atas rencana perdamaian dilakukan pada hari ini di Pengadilan Niaga, Jakarta Pusat. Restrukturisasi utang BUMI menghasilkan konversi menjadi saham dengan harga Rp926,16 per lembar. Angka tersebut pun premium hingga empat kali lipat dari harga pasar saat ini. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.390,95

Up0,48%
Up4,15%
Up0,22%
Up8,19%
Up20,18%
Up38,38%

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.088,21

Up0,54%
Up4,04%
Up0,13%
Up7,82%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.859,53

Up0,57%
Up3,91%
Up0,14%
Up7,39%
Up18,05%
Up40,59%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.098,49

Up0,35%
Up3,87%
Up0,14%
Up7,41%
Up6,37%
-

Insight Renewable Energy Fund

2.294,6

Up0,69%
Up4,13%
Up0,14%
Up7,52%
Up19,64%
Up35,69%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua