Laba BTN Tumbuh Cepat, Analis Asing Beri Rekomendasi Positif

Bareksa • 25 Oct 2016

an image
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) Maryono memberi keterangan lanjutan terkait kinerja kuartal III-2016 kepada wartawan di Jakarta, Senin (24/10). Hingga Q3, laba BTN naik 32,6% menjadi Rp1,6 triliun. (Issa/Almawadi)

Hingga 30 September 2016, laba BTN naik 32,6% jadi Rp1,6 triliun

Bareksa.com – Catatan kinerja keuangan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) semakin kinclong. Terutama jika melihat pencapaian laba Januari-September 2016 yang naik 32,6 persen menjadi Rp1,6 triliun, dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Pada periode ini, pertumbuhan laba BTN semakin kencang. Terutama jika dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya. Pada kuartal pertama, laba BTN baru tumbuh 22,08 persen, kemudian naik lagi menjadi 25,4 persen pada kuartal kedua.

Direktur Utama BTN Maryono pun semakin yakin bisa mencapai target laba tahun ini. Sejak awal tahun, BTN memproyeksikan pertumbuhan laba bisa naik lebih dari 30 persen di akhir tahun ini. Bahkan, Maryono pernah bilang, BTN bisa membukukan laba hingga Rp2,4 triliun.

“Kami masih optimistis terutama dengan pertumbuhan kredit dan kontribusi pendapatan berbasis komisi alias fee based income,” terang Maryono, Senin, 24 Oktober 2016.

Grafik: Pertumbuhan Laba BTN 2016 vs. 2015

Sumber: Laporan keuangan perseroan

Pada kuartal tiga tahun ini, pendapatan bunga BTN naik 12,8 persen menjadi Rp12,8 triliun dari sebelumnya Rp11,4 triliun. Sementara fee based BTN mencapai Rp892 miliar dari periode sama tahun lalu Rp786 miliar.

Catatan tersebut tak lepas dari pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN yang naik 16,9 persen dari Rp131,6 triliun menjadi Rp153,8 triliun. Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN mencapai Rp147,5 triliun atau naik 18,5 persen dari Rp124,5 triliun.

Tak ingin melepas potensi yang ada, Maryono menegaskan, BTN tetap mempertahankan bisnis utama BTN yakni pembiayaan perumahan. Namun pembiayaan perumahan bisa meningkat jika sektor konstruksi juga bertumbuh.

Untuk itu, dua fokus utama BTN hingga akhir tahun ini tentu saja terkait perumahan (subsidi dan non subsidi) serta kredit konstruksi yang terkait investasi.

“Peningkatan KPR dan konstruksi yang berkaitan KPR kami pertahankan. KPR subsidi dan non subsidi. Subsidi teruskan perbaiki pelayanan, terutama di 3 bulan tersisa. Non subsidi ada beberapa program pertama buat KPR promo satu digit. Kedua, KPR Rumah Sederhana Sehat (RSH) non subsidi atau KPR yang maksimum kreditnya Rp200 juta,” tutur Maryono.

Sementara untuk kredit konstruksi, BTN akan memprioritaskan anak-anak usaha BUMN Karya yang memang punya fokus ke proyek properti.

Rekomendasi Analis

Menilai kinerja ini, CIMB Research memberikan rekomendasi tambah saham BBTN yang tercatat di bursa. Hal ini terjadi meski BBTN sudah bereli 52 persen sejak awal tahun dan melampaui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Sektor Finance sepanjang tahun.

"Pertumbuhan kredit yang tinggi, provisi yang rendah di tengah perbaikan kualitas aset, dan valuasi menarik mendasari rekomendasi Tambah kami," tulis riset yang sudah dibagikan kepada nasab tersebut.

Pada saat yang sama, riset Macquarie juga memberikan pandangan positif terhadap kinerja BBTN kuartal ketiga tahun ini terutama karena pertumbuhan laba dan penurunan provisi.

"Kami menegaskan kembali rekomendasi Outperform didukung profitabilitas yang terjaga untuk kredit rumah FLPP dan fokus bank pada bisnis intinya," tulis riset Macquarie.

Macquarie menargetkan harga BBTN Rp2.200 untuk 12 tahun ke depan. Sementara itu, CIMB memberikan target harga Rp2.400. (hm)