Kinerja Emiten Properti Semester I Lemah, Bisakah Terdorong Tax Amnesty?
Pra-penjualan emiten properti ini per Juni masih belum mencapai separuh dari target setahun
Pra-penjualan emiten properti ini per Juni masih belum mencapai separuh dari target setahun
Bareksa.com - Sejumlah emiten properti sudah menyampaikan laporan pra-penjualan (marketing sales) untuk enam bulan pertama 2016 yang secara umum, masih kurang baik bila dibandingkan dengan kinerja pada periode sama tahun lalu. Hal ini memberi sinyal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester pertama tahun ini masih belum cukup kuat.
Berdasarkan data yang dikompilasi Bareksa dari perusahaan dan riset sekuritas, pra-penjualan emiten properti ini per Juni 2016 masih belum mencapai separuh dari target yang mereka canangkan untuk setahun. Sebagai catatan, marketing sales adalah penjualan yang belum dibukukan dan biasa digunakan oleh pengembang untuk modal membangun properti.
Contoh penurunan kinerja terlihat dari emiten properti dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mencatat marketing sales Rp2,53 triliun pada paruh pertama tahun ini, turun 27 persen dibandingkan dengan pencapaian periode sama 2015. Angka tersebut pun baru mencapai 37 persen dari total target tahun ini sebesar Rp6,86 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Begitu juga dengan pencapaian PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mencatat marketing sales Rp1,14 triliun atau 37 persen dari target tahun ini. Kinerja tersebut pun menurun 43 persen bila dibandingkan dengan angka tahun lalu Rp2 triliun.
Tren penurunan ini juga terasa pada PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) yang masing-masing mencatat penurunan dibandingkan tahun lalu sebesar 34 persen dan 15 persen menjadi Rp1,7 triliun dan Rp2,99 triliun. Realisasi target mereka pun masih 38 persen untuk SMRA dan 32 persen untuk CTRA.
Namun, ada satu emiten properti yang dipantau Bareksa mencatat kenaikan marketing sales selama periode pertama tahun ini, yaitu PT Intiland Development Tbk (DILD). Perseroan mencatat kenaikan marketing sales lebih dari dua kali lipat menjadi Rp1 triliun. Realisasi terhadap target tahun ini pun cukup besar yaitu 45 persen.
Grafik: Perbandingan Marketing Sales Emiten Properti Semester I 2016 vs Semester I 2015 dan Realisasi Target
Sumber: Perusahaan dan Kompilasi Riset Sekuritas
Meskipun kinerja paruh pertama tahun ini masih lemah, marketing sales untuk April-Juni 2016 terlihat mulai bangkit. Hal ini mungkin terjadi karena para developer telah meluncurkan produk properti mereka pada kuartal kedua pada tahun ini.
Riset Citi yang telah dibagikan kepada nasabah menyatakan bahwa volume penjualan unit properti juga bertambah selama kuartal kedua pada tahun ini. Namun, pertambahan volume tersebut terjadi pada segmen menengah ke bawah, artinya untuk properti yang harganya kurang dari Rp2 miliar per unit.
Grafik: Perbandingan Marketing Sales Emiten Properti Kuartal I 2016 vs Kuartal II 2016 dan Realisasi Target
Sumber: Perusahaan dan Kompilasi Riset Sekuritas
"Hal ini seiring dengan adanya permintaan yang didominasi oleh pembeli dari segmen menengah bawah, karena suku bunga kredit kepemilikan rumah promosi masih terus turun pada kuartal kedua 2016. Maka dari itu, developer yang fokus pada rumah tapak seperti BSDE dan CTRA terus menunjukkan peningkatan pembayaran menggunakan KPR dibandingkan dengan kondisi pada 2015. Kami yakin masih ada ruang suku bunga untuk turun lebih rendah," tulis riset tersebut.
Meskipun kondisi awal tahun lemah, masih ada harapan bagi industri properti untuk tumbuh tahun ini karena ada penerapan tax amnesty di semester kedua. Kebijakan pemerintah yang baru saja disahkan tersebut dipercaya dapat memberikan angin segar bagi industri dan mendorong pada developer mencapai target tahun ini.
"Permintaan untuk produk premium dan apartemen masih terbatas pada kuartal kedua tahun ini, dan pembeli kelihatannya masih menunggu waktu tepat. Menurut kami, permintaan untuk segmen ini akan meningkat pada kuartal keempat 2016 setelah tenggat pertama untuk mengajukan tax amnesty yaitu September 2016," tulis riset Citi.
Riset CIMB juga menggarisbawahi hal yang sama dengan Citi. Selain tax amnesty, relaksasi rasio nilai pinjaman terhadap harga properti akan menjadi katalis bagi sektor ini. Secara otomatis, marketing sales akan meningkat ke depannya. CIMB pun memberikan rekomendasi tambah bobot (overweight) bagi saham-saham properti. "Tetap overweight dengan BSDE dan PWON sebagai pilihan utama kami," tulis riset tersebut.
Optimisme terhadap semester kedua juga diungkapkan oleh developer, yang mengaku sudah mulai menghadapi lebih banyak pertanyaan terkait produk properti yang bisa menjadi aset investasi bagi dana repatriasi dari tax amnesty yang masuk ke Indonesia.
"Sudah banyak yang menanyakan, mungkin efeknya ke marketing sales akan terasa setelah tenggat deklarasi tax amnesty tahap pertama. Para wajib pajak yang meminta tax amnesty biasanya meminta produk untuk menengah atas. Kita tunggu di September-Desember," kata Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archid Noto Pradono.
Menyambut potensi tax amnesty ini, Intiland pun sudah mulai menyiapkan sosialisasi kepada pelanggannya. Perseroan mengatakan telah melatih para staf pemasarannya untuk bisa menjelaskan tentang tax amnesty. Bahkan, perseroan pun meluncurkan tagline "Buy property with tax amnesty. Talk to Intiland today."
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,56 | 0,66% | 4,33% | 7,54% | 8,59% | 19,17% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,99 | 0,51% | 4,55% | 7,04% | 7,50% | 2,60% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.078,81 | 0,64% | 4,01% | 7,00% | 7,78% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.843,49 | 0,55% | 3,93% | 6,60% | 7,42% | 16,95% | 40,09% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.268,56 | 0,83% | 3,89% | 6,46% | 7,20% | 20,16% | 35,63% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.