Inilah Penyebab Laba Bersih Astra Anjlok Hingga 22% pada Kuartal I-2016
Susutnya laba Astra berasal dari divisi tambang, alat berat dan jasa keuangan
Susutnya laba Astra berasal dari divisi tambang, alat berat dan jasa keuangan
Bareksa.com - Merosotnya kinerja divisi tambang dan alat berat serta jasa keuangan menjadi penyokong terbesar ambrolnya laba PT Astra International Tbk (ASII) sepanjang kuartal pertama tahun ini. Menelaah lebih dalam sebetulnya susutnya laba dari divisi itu lebih disebabkan masalah penilaian non-kas. Bagaimana maksudnya? Berikut hasil penelusuran analis Bareksa.
Sepanjang Januari-Maret 2016 Astra hanya mencatat laba Rp3,11 triliun, ambrol 22 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dirinci per divisi bisnis, laba bersih divisi tambang dan alat berat tercatat anjlok 55 persen, begitu juga dengan divisi jasa keuangan yang susut 46 persen. Divisi otomotif yang menjadi penggerak Astra sebetulnya hanya turun 3 persen.
Divisi tambang dan alat berat Astra dipegang oleh anak usaha, PT United Tractor Tbk (UNTR) memang melaporkan adanya penurunan pendapatan terutama dari sisi jasa kontraktor pertambangan seiring dengan ambrolnya harga komoditas. Tercermin dari laba kotor yang turun 26 persen sepanjang kuartal pertama tahun ini dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Promo Terbaru di Bareksa
Tetapi UNTR harus mengalami kerugian kurs hingga Rp398 miliar akibat ambrolnya nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang pada kuartal pertama tahun ini. Kurs yang digunakan per akhir Maret 2016, yaitu Rp118 per yen Jepang, melemah 8 persen dibanding akhir Maret 2015 yang masih di angka Rp109 per yen Jepang. Padahal kerugian ini hanya ada dalam catatan laporan laba rugi. Kas UNTR tidak susut akibat penilaian mata uang ini.
Sementara itu dari sisi jasa keuangan, anak usaha Astra, PT Bank Permata Tbk (BNLI) sepanjang kuartal pertama 2016 ini mengalami kerugian hingga Rp376 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, Bank Permata masih mencatat laba Rp565 miliar.
Penyebab utama ambrolnya laba Bank Permata berasal dari lonjakan beban provisi kredit. Periode Januari-Maret 2016, beban provisi kredit melonjak hampir delapan kali lipat menjadi Rp1,9 triliun dibanding periode sama tahun lalu yang hanya senilai Rp256 miliar.
Kenaikan ini akibat melonjaknya angka kredit macet milik Bank Permata. Per akhir Maret 2016, kredit yang masuk kategori macet nilainya mencapai Rp832 miliar. Padahal per akhir Maret 2015, nilainya masih Rp383 miliar. Dari angka ini sebetulnya kredit macet hanya mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat.
Tetapi bank permata mengambil langkah konservatif menaikkan besaran beban provisi kredit. Pasalnya kredit yang masuk dalam perhatian khusus meningkat delapan kali lipat menjadi Rp8 triliun.
Meskipun begitu, beban provisi juga bersifat non kas, hanya untuk mengantisipasi jika kredit yang bermasalah itu tidak dibayar oleh kreditor Bank Permata.
Data kinerja keuangan dua anak usaha Astra itu menunjukan secara operasional kinerja Astra masih berjalan baik. Namun harga saham ASII masih terus tertekan. Hari ini (Rabu, 27 April 2016) saham ASII ambrol sampai 5,21 persen menjadi Rp6.825 per saham akibat merosotnya laba perusahaan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.