Apa yang mau kamu cari?

Kamu bisa mulai dari nama produk investasi atau topik tertentu.

BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Turunnya Harga Gas Industri Akan Berlaku Surut, Saham PGAS Kembali Tertekan

Bareksa26 Januari 2016
Tags:
Turunnya Harga Gas Industri Akan Berlaku Surut, Saham PGAS Kembali Tertekan
Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Stasiun Transmisi Bojonegara, Banten (Company)

Deutsche Bank menyebutkan harga saham PGAS sudah priced-in

Bareksa.com – Sesuai dengan paket kebijakan ekonomi jilid III yang diumumkan pemerintah tahun lalu, harga gas industri seharusnya sudah turun per 1 Januari 2016. Namun rencana ini belum dapat terealisasi karena pemerintah masih merampungkan Peraturan Presiden (Perpres) seperti diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I G.N Wiratmaja Puja. Wiratmaja juga menyebutkan jika Perpres terbit maka harga baru berlaku surut atau sejak awal Januari 2016.

Potensi penurunan harga gas industri dapat mencapai 30 persen, menurut Menteri ESDM Sudirman Said. Dengan beredarnya kabar ini, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kembali tertekan. Pada penutupan perdagangan hari ini (Selasa, 26 Januari 22016) harga saham PGAS turun 3,6 persen, sedangkan setahun terakhir PGAS tercatat telah anjlok 53 persen.

Namun, dalam laporan risetnya hari ini Deutsche Bank menyampaikan bahwa harga PGAS sebesar Rp2.500 sudah mencerminkan perkiraan investor atas turunnya marjin menjadi US$2,5 per MMBtu atau bisa dibilang sudah priced-in. Selama ini PGAS menetapkan marjin antara US$ 3 - 3,5 per MMBtu.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Marjin Bersih PGAS

Illustration

Sumber: Laporan keuangan PGAS

Deutsche menyebutkan intervensi harga distribusi gas bukanlah tujuan utama pemerintah. Penurunan harga gas industri akan dilakukan pemerintah melalui efisiensi industri gas dan menurunkan profit sharing pemerintah di bisnis hulu migas (upstream). Hal ini malah merupakan hal positif untuk PGAS karena salah satu langkah pemerintah untuk efisiensi adalah mengutamakan pasokan gas untuk perusahaan yang telah memiliki infrastruktur pipa gas. Oleh karenanya, pasokan gas terhadap PGAS bisa meningkat.

Deutsche juga menganggap PGAS masih merupakan salah satu perusahaan infrastruktur gas yang paling menguntungkan bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Alasannya PGAS termasuk salah satu penyumbang dividen terbesar ke pemerintah di antara BUMN. Bersama dengan PT Telkom, kontribusi dividen yang diberikan kedua BUMN ini mencapai 20 persen dari total penerimaan dividen pemerintah. Apalagi Kementerian BUMN meningkatkan target dividen BUMN pada 2016 sebesar Rp34 triliun atau naik Rp 3 triliun dari 2015.

Hal ini menyiratkan bahwa pendapatan dan marjin PGAS tidak akan terdampak oleh peraturan pemerintah terkait harga gas industri karena dividen akan dipengaruhi oleh marjin yang diperoleh PGAS.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

autodebet

1.116,64

Up0,48%
Up3,61%
Up1,80%
Up7,74%
Up8,16%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.104,22

Up0,56%
Up3,84%
Up1,61%
Up7,61%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.883,27

Up0,53%
Up3,77%
Up1,42%
Up7,39%
Up19,46%
Up43,88%

Syailendra Sharia Fixed Income Fund

1.078,57

Up0,53%
Up4,98%
Up2,55%
Up7,55%
--

Insight Renewable Energy Fund

2.325,38

Up0,58%
Up4,11%
Up1,48%
Up7,61%
Up19,83%
Up35,41%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua
info
Bareksa Community
close
Community illustration

Gabung komunitas investor eksklusif.
Ikuti kelas pembelajaran tentang investasi secara online gratis via Aplikasi Telegram

checkAkses gratis
checkKonten edukasi tiap minggu
checkDiskusi dengan investor lain
checkUpdate promo & event terbaru
Bagikan Artikel
Turunnya Harga Gas Industri Akan Berlaku Surut, Saham PGAS Kembali Tertekan

Turunnya Harga Gas Industri Akan Berlaku Surut, Saham PGAS Kembali Tertekan

Deutsche Bank menyebutkan harga saham PGAS sudah priced-in

Bareksa