BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

S&P Nilai Potensi Keluarnya Asing Di Obligasi Turki Lebih Besar Dari Indonesia

Bareksa30 September 2015
Tags:
S&P Nilai Potensi Keluarnya Asing Di Obligasi Turki Lebih Besar Dari Indonesia
Pekerja menyelesaikan kontruksi pembangunan tower Grand Sungkono Lagoon di Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/9). Tower tersebut rencananya mempunyai 578 unit apartemen yang dilengkapi mall dan ruang terbuka hijau. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Walaupun peringkat utang Indonesia dan Turki sama tetapi outlook Indonesia lebih positif menurut S&P

Bareksa.com - Lembaga pemeringkat utang internasional Standard & Poor's (S&P) memberikan outlook positif pada surat utang pemerintah Indonesia berbanding terbalik dengan Turki yang memperoleh outlook negatif. S&P melihat potensi keluarnya investor asing dari surat utang Turki jauh lebih besar dibanding surat utang Indonesia.

Dalam riset berjudul "Turkey And Indonesia: Heading Opposite Ways" S&P menjelaskan bahwa kedua negara saat ini sama-sama memiliki rating BB+ untuk utang luar negeri jangka panjang. Akan tetapi Turki lebih rentan outflow (dana keluar) dari investor asing ketimbang Indonesia.

"Meskipun kedua negara masih rentan terhadap perubahan likuiditas global dan sentimen investor, profil Turki yang lebih lemah terhadap faktor eksternal membuatnya lebih peka terhadap pembalikan arus modal dari negara ekonomi berkembang ke negara maju," kata Aarti Sakhuja, analis kredit Standard & Poor's dalam riset yang terbit 28 September 2015.

Promo Terbaru di Bareksa

S&P merevisi outlook untuk peringkat jangka panjang Turki menjadi negatif dari stabil sejak awal 2014 dan Indonesia mendapat revisi outlook positif dari stabil sejak Mei 2015. Indonesia merupakan satu dari dua negara emerging market yang saat ini mendapat outlook positif, selain Polandia.

Rentannya Turki tercermin dari rendahnya rasio simpanan masyarakat terhadap PDB serta rasio investasi terhadap PDB. Semakin rendah rasio tersebut menunjukan semakin kecil likuiditas di negara tersebut. Jika likuiditas kecil maka dapat menyulitkan investor asing yang ingin mengeluarkan investasinya dalam waktu singkat. Sehingga risiko investor asing menempatkan dana di negara tersebut meningkat.

Padahal pendapatan per kapita Turki jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. S&P memperkirakan pada tahun 2015 produk domestik bruto per kapita Indonesia hanya US$3.600 per kapita, jauh lebih rendah dibandingkan perkiraan untuk Turki US$9.600.

Tetapi di Turki, level simpanan hanya 15 persen dari PDB pada 2014, tidak sampai setengah dari level simpanan Indonesia yang mencapai 31 persen pada tahun yang sama. Sementara itu, investasi terhadap PDB Turki juga jauh lebih rendah, hanya rata-rata 20 persen selama dekade terakhir, dibandingkan 34 persen yang dimiliki Indonesia.

Grafik Estimasi Investasi, Simpanan, dan Pendapatan Per Kapita

Illustration
Sumber: Riset Standard & Poor's

Rendahnya simpanan dan investasi masyarakat membuat Turki lebih membutuhkan dana dari investor asing untuk menopang konsumsi masyarakatnya. Hal ini menyebabkan Turki selalu mengalami defisit transaksi berjalan. Terakhir kali Turki mencatatkan surplus pada transaksi berjalan di tahun 2001. Berbeda dengan Indonesia yang baru mengalami defisit pada semester akhir 2013. Tingginya defisit membuat risiko perubahan nilai tukar Turki lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Poin ini yang menjadi catatan utama S&P meletakan outlook negatif bagi Turki.

Illustration

Illustration
Sumber: Tradingeconomic.com

Turki juga menghadapi ketidakpastian politik dalam jangka pendek. Pada Juni 2015, pemilihan umum di Turki menggagalkan upaya untuk memusatkan kekuasaan di presiden tetapi justru membuat parlemen menggantung. Pembicaraan koalisi antar partai politik juga gagal sehingga semakin memberi tekanan pada negara Islam tersebut.

Tekanan politik ini sampai ke bank sentral Turki, seperti dikutip dalam riset S&P, sehingga menambah risiko bagi investor asing yang akan membeli surat utang Turki.

Untuk ke depannya, S&P juga menetapkan sejumlah kondisi pemicu yang dapat memengaruhi pemberian rating bagi kedua negara. Dalam kasus Turki, S&P dapat mempertimbangkan pemberian rating negatif untuk mengantisipasi bila ada indikator fiskal dan utang yang buruk dari perkiraan saat ini. Sementara untuk Indonesia, S&P dapat menaikkan rating bila pemerintah terus mengembangkan kualitas belanja untuk membuat akun fiskal lebih kuat terhadap guncangan ekonomi. (np)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua