BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Tarif Pajak Perusahaan Dikurangi; Rasio Penerimaan Pajak Negara Bisa Naik?

Bareksa12 Mei 2015
Tags:
Tarif Pajak Perusahaan Dikurangi; Rasio Penerimaan Pajak Negara Bisa Naik?
Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jatim II, Nader Sitorus (kedua kanan) bersama Kepala Bidang P2 Junaidi Eko Widodo (kanan), Kepala Bidang Pengurangan Keberatan dan Banding Anggrah Warsono (kedua kiri) dan Kepala Bidang Data Potensi Pengawasan Perpajakan Priyo Hernowo (kiri) saat pembinaan wajib pajak (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

"Perusahaan akan memilih membayar tarif secara jujur daripada harus repot memanipulasi kewajiban pajaknya"

Bareksa.com – Sejumlah kalangan menyambut positif rencana pemerintah mengurangi tarif pajak penghasilan pasal 25 (PPh Badan) menjadi 17-18 persen dari sebelumnya 25 persen. “Itu bagus. Perusahaan-perusahaan akan memilih membayar tarif secara jujur daripada harus repot memanipulasi kewajiban pajaknya,” ujar Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dr. Ari Kuncoro.

Menurut Adi, penyerapan pajak yang selama ini rendah –tercermin dari nilai tax ratio– dapat meningkat seiring dengan penerapan kebijakan penurunan tarif tersebut. Rasio pajak adalah perbandingan nilai penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto. (Lihat: PPh Badan Dikurangi, Bagaimana Dampaknya Terhadap Emiten?)

Adi menilai kebijakan itu mirip dengan kebijakan PT Commuterline Jabodetabek yang menurunkan tarif untuk meningkatkan jumlah pengguna moda angkutan transportasi murah tersebut.

Promo Terbaru di Bareksa

“Banyak orang enggan naik kereta api commuterline sebelum kebijakan tarif kereta api diubah. Tetapi, ketika tarifnya diubah menjadi tarif progresif, banyak masyarakat memilih menggunakan angkutan kereta api dibanding angkutan lainnya.”

Berdasarkan pantauan Bareksa, rata-rata tax ratio Indonesia selama 9 tahun terakhir tercatat hanya sebesar 11,75 persen dan nilainya tidak pernah mencapai angka 14 persen. Nilai ini terus menurun sejak 2008 seiring perlambatan perekonomian Indonesia.

Padahal, idealnya tax ratio untuk negara berkembang dapat mencapai 20 persen.

Grafik: Tax Ratio Indonesia Periode 2006-2015*

Illustration

Sumber: BPS, diolah Bareksa

Ari juga menilai kebijakan tersebut lebih positif dalam meningkatkan penyerapan potensi pajak dibandingkan kebijakan sebelumnya yang terkesan “membabi-buta” dan “kejar setoran” dalam mencari sumber penerimaan pajak baru.

Untuk meningkatkan tax ratio, kata dia, bila dipaksakan mencari sumber pajak baru di tengah kondisi perekonomian yang memburuk, maka perekonomian akan makin terpuruk. (Baca juga: Wacana Pengenaan Pajak Dikritik Pelaku Usaha; Pemerintah Dianggap Kejar Setoran)

“Kondisi ini menyebabkan banyak perusahaan tidak bisa membayar pajak. Banyak orang di-PHK, banyak pengusaha yang biasa bayar pajak tiba-tiba omsetnya turun, sehingga tak bisa bayar pajak juga,” katanya. ”Jadi, normal bila tax ratio-nya turun karena pada dasarnya pajak diambil dari perekonomian.”

Turunnya tax ratio disebabkan pula turunnya harga komoditas

Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra berpendapat turunnya tax ratio tidak terlepas dari penurunan harga komoditas, terutama harga komoditas utama Indonesia seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO). "Peran komoditas di perekonomian kita, cukup besar kontribusinya."

Grafik: Pergerakan Harga Komoditas Palm Oil dan Batubara (US$/ton)

Illustration

Illustration

Sumber: Indexmundi, diolah Bareksa

Aldian mencontohkan tax ratio Indonesia pernah mencapai puncaknya pada 2008. Saat itu harga komoditas mencapai titik tertingginya. Menurut dia, pembayaran pajak perusahaan dan masyarakat yang bekerja di sektor komoditas meningkat seiring kenaikan harga jual komoditas. "Pendapatan masyarakat akan naik ketika harga jual komoditas juga tinggi dan peningkatan ini juga akan berpengaruh kepada pembayaran pajak mereka."

Namun, kondisi sebaliknya terjadi saat ini ketika harga-harga komoditas tersebut sedang dalam tren menurun. Harga CPO dan batu bara terus menurun seiring pelemahan permintaan dunia, khususnya China dan India yang terus mengurangi permintaannya. (pi)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua