Pertumbuhan Ekonomi 4,71%, Terendah Sejak 2009; Investasi Melemah (Update 3)
Para ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi sedikit saja di bawah 5%.
Para ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi sedikit saja di bawah 5%.
(Update: Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di paragraf 10; Komentar pemerintah di paragraf 4 dan 5; Kualitas pertumbuhan ekonomi juga turun di paragraf 7.)
Bareksa - Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 tercatat sebesar 4,71 persen year-on-year di tengah investasi yang merosot, rupiah yang melemah, dan tingkat konsumsi yang stagnan cenderung menurun.
Angka ini merupakan level terendah sejak tahun 2009 dimana ekonomi merosot akibat krisis ekonomi global akhir tahun 2008. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan siang ini bahwa untuk quarter-on-quarter pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar minus 0,18 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Angka pertumbuhan yang baru saja diumumkan ini lebih rendah dari perkiraan kebanyakan ekonom, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tingkat sedikit saja di bawah 5 persen. Konsensus para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sebelumnya menyebutkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,93 persen. Kuartal pertama tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen.
Staf Ahli Wakil Presiden Bidang Ekonomi dan Keuangan Wijayanto Samirin mengungkapkan bahwa analisis awal menunjukkan bahwa Jawa, Sulawesi dan beberapa daerah lain masih tumbuh diatas 5 persen, tetapi Sumatera dan Kalimantan benar-benar terpuruk.
"Ini mengkonfirmasi kepercayaan bahwa anjloknya harga komoditas merupakan faktor terbesar dibalik pelemahan pertumbuhan. Bulan-bulan ini harga komoditas mulai stabil, bahkan merangkak naik. Jika trend ini berlanjut, angka pertumbuhan kuartal 2 akan cukup bagus," ujar Wijayanto.
Grafik Pertumbuhan ekonomi (GDP), Konsumsi dan Investasi Periode Kuartalan
Sumber: BPS Diolah Bareksa
Sementara itu BPS menyatakan bahwa salah satu penyebab turunnya aktivitas ekonomi periode ini akibat melambatnya aktivitas konsumsi serta investasi. (Baca juga: Akibat Minim Investasi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I-2015 Hanya 4,71%)
Secara sektoral Faisal Basri juga melihat aktivitas penurunan justru terjadi di sektor penghasil barang (tradable sector) terutama di sektor pertambangan. Sedangkan sektor jasa (non-tradable) masih tetap naik. Biasanya Faisal melihat kedua sektor itu bergerak bersamaan. Perbedaan ini menunjukan kualitas pertumbuhan juga merosot -- mengutip dari blog Faisal Basri.
Penurunan kualitas pertumbuhan ekonomi juga ditunjukan dari peningkatan angka pengangguran di Indonesia. Per bulan Februari 2015 angka pengangguran tercatat meningkat menjadi 5,81 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 5,7 persen.
Grafik Persentase Angka Pengangguran
Sumber: BPS, diolah Bareksa.com
Rendahnya pertumbuhan ekonomi akan berdampak ke pasar saham di Bursa Efek Indonesia dan nilai tukar rupiah, menurut Rangga Cipta, ekonom dari PT Samuel Sekuritas, sebelum pengumuman angka pertumbuhan ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi siang naik 10,74 poin atau 0.22 persen menjadi 5.153,35. Beberapa menit setelah pengumuman BPS, IHSG sempat turun 10,5 poin ke 5.130,63 sebelum akhirnya merangkak naik lagi dan ditutup positif 0,37 persen di 5.160 pada penutupan sore. (Baca juga: STOCK MOVERS: GDP Anjlok, IHSG Masih Bertahan Di Zona Hijau, Kenapa?)
Tapi rupiah tidak akan melemah tajam karena dolar Amerika Serikat juga sedang mengalami pelemahan. "Mungkin bisa ke level Rp13.100 dan Rp13.200 per dolar," ujar Rangga kepada Bareksa.
Adapun Direktur Eksekutif Mandiri Institute Destry Damayanti menilai pasar modal sudah menduga perlambatan ini sehingga tidak terlalu negatif. "Market tidak terlalu negatif karena sudah menyesuaikan harga sebelumnya."
Analis dari CIMB Securities Indonesia mengatakan bahwa IHSG sudah mulai terkoreksi belakangan ini, merefleksikan ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal pertama di bawah 5 persen.
"Harapannya pemerintah lebih cepat bergerak. Sektor kebutuhan pokok dan telekomunikasi paling aman dalam keadaan pertumbuhan ekonomi yang lemah," ujar analis CIMB Securities ini kepada Bareksa.
@s_a_wahyu
Tambahan laporan dari Ni Putu Kurnia Sari dan Hanum KD
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.