Turun 21 Persen di Kuartal I, APBI Sebut Produksi Batubara Bisa Lebih Rendah
Volume produksi batu bara nasional kuartal pertama tahun ini 97 juta metrik ton, turun 21 persen dari periode sama 2014
Volume produksi batu bara nasional kuartal pertama tahun ini 97 juta metrik ton, turun 21 persen dari periode sama 2014
Bareksa.com - Volume produksi batu bara nasional selama kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan 21 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, menurut Direktorat Jendral Mineral dan Batu Bara (Minerba) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Asosiasi produsen sudah menduga penurunan volume tersebut karena faktor harga.
Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI/ICMA), Pandu B. Sjahrir, mengatakan penurunan tersebut bukan hal yang mengejutkan meski harus kembali mengecek datanya dengan Ditjen Minerba dan Badan Pusat Statistik (BPS).
"Overall, hal itu tidak mengejutkan karena banyak produsen yang memang angkanya sudah merah. Sangat lumrah bila mereka tidak mengeluarkan batu bara kalau akan menjadi (kinerja) negatif," katanya ketika dihubungi Bareksa.com.
Promo Terbaru di Bareksa
Seperti diberitakan, volume produksi (output) batu bara nasional sepanjang tiga bulan pertama tahun ini mencapai 97 juta metrik ton, turun 21 persen bila dibandingkan volume pada periode sama tahun lalu.
Grafik Volume Produksi, Penjualan Ekspor, Domestik Batu Bara Indonesia
*proyeksi; Sumber: Dirjen Minerba, APBI
Meskipun terjadi penurunan, APBI masih optimistis target produksi batu bara nasional tahun ini masih bisa tercapai. Berdasarkan Rencana Pertambangan Jangka Menengah dari Kementerian ESDM, produksi batu bara tahun 2015 akan turun 7,2 persen menjadi 425 juta ton, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 458 juta ton.
"Seharusnya (tercapai) kalau kita melihat tren seperti ini. Lagipula harga batu bara juga menurun. Tapi kita juga harus melihat karena sekarang yang penting apakah kita bisa jaga sisi produksi agar harga naik," katanya.
Pada April 2015, harga batu bara acuan (HBA) yang dikeluarkan oleh Dirjen Minerba setiap sebulan sekali mengalami penurunan 4,84 persen menjadi $64,48 per metrik ton dibandingkan pada Maret 2015. Sejauh ini, rata-rata HBA pun turun menjadi $65,75 per metrik ton pada 2015 dibandingkan $72,62 per metrik ton pada 2014.
Penurunan harga juga seiring dengan kinerja harga batu bara di pasar global. Pada penutupan pekan lalu, harga batu bara Newcastle untuk pengiriman April 2015 turun 1,18 persen menjadi $54,65 per metrik ton.
Grafik Pergerakan Harga Batu Bara Newcastle April 2015
Sumber: Barchart.com
Pandu menjelaskan, saat ini ada tiga isu besar yang dapat mengganggu kinerja perusahaan tambang batu bara, yaitu kenaikan royalti, kewajiban letter of credit (L/C), dan keharusan melalui pelabuhan tertentu yang dapat menaikkan biaya operasional. (Baca juga: Pandu Sjahrir: “Bangun Pembangkit Listrik Seperti Program CSR, Tidak Menarik")
Ia melanjutkan, kebijakan kenaikan royalti perlu dikaji kembali karena saat ini harga batu bara sedang lemah dan akan memberatkan para eksportir. Pada saat yang sama, ketentuan L/C juga perlu dikaji untuk membentuk kebijakan yang efektif.
"At the end, pemerintah harus mendengar industri. Dari sisi law making dan rule making process, industri harus diikutsertakan," katanya.
Kewajiban melewati sejumlah pelabuhan tertentu demi menghindari penambang ilegal, menurut Pandu, justru akan meningkatkan biaya distribusi.
"Apakah itu bisa membasmi illegal mining? Atau malah mematikan yang sudah legal?" imbuhnya.
Di sisi lain, Pandu masih optimis dengan permintaan batu bara di masa depan karena ada program pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit listrik berkapasitas total 35.000 megawatt di seluruh Indonesia dengan 71 persen menggunakan bahan bakar batu bara. Permintaan domestik pun diperkirakan meningkat tiga kali lipat dengan program pemerintah ini.
"Kalau betul bisa terjadi, itu efektif menambah permintaan. Bila (proyek) 35.000 MW itu jalan kita bisa naikkan produksi batu bara dari 90 juta metrik ton menjadi 250 juta metrik ton per tahun untuk kebutuhan domestik," katanya. (al)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.