Likuiditas Kecil, Rupiah Hampir Tembus Rp12.900/$; Terlemah Di Kawasan Asia
Ekonom Mandiri Sekuritas menilai pelemahan rupiah terjadi karena pasar valas yang tidak dalam akibat likuiditas kecil
Ekonom Mandiri Sekuritas menilai pelemahan rupiah terjadi karena pasar valas yang tidak dalam akibat likuiditas kecil
Bareksa.com – Pada penutupan perdagangan kemarin, 26 Februari 2015 nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah 0,3 persen menjadi Rp12.872 per dolar Amerika. Kendala utama yang dihadapi adalah masalah likuiditas pasar valuta asing (valas) di Indonesia yang sangat kecil sehingga ketika terjadi masalah eksternal dengan cepat rupiah tidak mampu bertahan menurut Aldian Taloputra, ekonom senior Mandiri Sekuritas.
Secara year-to-date, nilai tukar rupiah menghadapi pelemahan tertinggi terhadap dolar Amerika dibanding negara lain di kawasan Asia. Rupiah telah melemah 3,38 persen, padahal Malaysia --yang pertumbuhan ekonominya mayoritas ditopang ekspor-- mata uangnya hanya melemah 2,98 persen. Seharusnya negara yang mangandalkan ekspor, nilai tukarnya akan terpukul lebih dalam mengingat permintaan global yang masih lemah.
Grafik Nilai Tukar Negara Kawasan Asia Terhadap Dolar Amerika Periode Year-to-Date
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Aldian menilai ada tiga hal yang menyebabkan Rupiah sulit menguat. Pertama, tren pelemahan nilai tukar mata uang global terhadap dolar AS seiring membaiknya perekonomian Amerika. Selain itu, rencana The Fed menaikkan suku bunga ikut membuat sejumlah investor menyimpan dananya dalam dolar AS. Kedua, pasar valas di Indonesia tidak dalam, karena likuiditasnya yang kecil.
“Volume transaksi rata-rata harian di Indonesia sangat kecil, sekitar $2 miliar. Sementara, transaksi rata-rata harian di Malaysia nilainya bisa mencapai $5-9 miliar. Masalah likuiditas ini yang menyebabkan Rupiah sering bergerak volatile,” ungkap Aldian kepada Bareksa melalui sambungan telepon pada 26 Februari 2015.
Menurutnya, hal inilah yang menyebabkan Bank Indonesia (BI) bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membentuk Indonesia Foreign Exchange Market Committee (Indo FEMC) atau Komite Pasar Valuta Asing beberapa waktu lalu.
Ketiga, pasokan dolar AS yang berkurang karena eksportir dan importir memilih untuk memegang dolar miliknya. “Ini dilakukan agar mereka (eksportir dan importir) memiliki ruang gerak yang cukup jika ada kebutuhan dolar AS seperti pembayaran utang atau impor mesin,” tambah Aldian.
(Baca juga: Jokowi Jadi Presiden Rupiah Terus Melemah, Kenapa Tak Sesuai Prediksi?)
Ekonom Bank Danamon Dian Yustina menambahkan bahwa permintaan impor barang konsumtif yang masih tinggi ikut menyebabkan Rupiah sulit menguat.
"Jadi, permintaan masyarakat akan barang-barang impor konsumtif sangat tinggi. Seiring bertumbuhnya masyarakat kelas menengah. Selain itu, di masyarakat Indonesia juga ada kecenderungan untuk membeli dolar AS ketika Rupiah melemah," tutur Dian kepada Bareksa.com.
Sementara, pengamat pasar modal Poltak Hotradeo kepada Bareksa.com mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Menurutnya, pelemahan yang terjadi malah dapat menjadi keunggulan Indonesia karena dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar dunia.
"Bagus untuk kita, karena di seluruh dunia masing-masing negara berusaha untuk menurunkan nilai tukar mata uangnya. Contohnya Jepang dan China," ungkap Poltak. (np)
Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
Sumber: Bareksa
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.