MAMI : Ini 4 Strategi Atur Keuangan Pasca Harga BBM Naik
Hal pertama yang harus Kamu lakukan adalah mengurangi pos pengeluaran yang bersifat rekreatif dan konsumtif
Hal pertama yang harus Kamu lakukan adalah mengurangi pos pengeluaran yang bersifat rekreatif dan konsumtif
Bareksa.com - Kenaikan harga minyak dan komoditas utama dunia lainnya secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kenaikan biaya produksi dan jasa di berbagai sektor, serta ikut meningkatkan angka inflasi.
Biaya subsidi dan kompensasi yang terus membengkak dan menggerus anggaran pendapatan belanja negara (APBN) membuat pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), dengan menaikkan harga BBM di awal September lalu.
Di tengah kondisi ini, Smart Investor perlu strategi keuangan yang tepat agar operasional rumah tangga tidak terganggu dan investasi untuk masa depan tetap berjalan lancar.
Promo Terbaru di Bareksa
Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) berbagi strategi buat Smart Investor yang berinvestasi di reksadana. Menurut dia, ada empat hal yang bisa dilakukan Smart Investor dalam berinvestasi pasca kenaikan harga BBM.
1. Kurangi pos pengeluaran rekreatif dan konsumtif
Dalam waktu singkat, kenaikan harga BBM bersubsidi akan berimbas pada keuangan rumah tangga, karena kenaikan biaya produksi dan logistik pada level produsen akan disalurkan ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga.
Hal pertama yang harus Kamu lakukan adalah mengurangi pos pengeluaran yang bersifat rekreatif dan atau ‘masih bisa ditangguhkan’, misalnya jalan-jalan ke kafé atau mal. Bagaimana pun, jika penghasilan tidak bisa ditambah, maka satu-satunya cara agar keuangan rumah tangga tetap sehat adalah dengan mengurangi pengeluaran pada pos yang tidak produktif.
“Smart Investor perlu menurunkan gaya hidup tanpa perlu menurunkan kebutuhan hidup. Kamu perlu makan tiga kali sehari, tapi tidak perlu selalu di restoran kan?,” ungkap Freddy (23/9/2022).
2. Atur ulang arus kas dan pengeluaran
Jangan pernah menggunakan pos dana darurat untuk kebutuhan rekreatif, atau untuk sekedar menjaga gaya hidup agar tetap sama seperti di era suku bunga rendah. Dana darurat, jika terpaksa, boleh dipakai untuk menutupi lonjakan biaya pengeluaran primer, seperti belanja makanan dan transportasi bulanan.
Pada saat yang sama Kamu harus segera mulai membiasakan diri dengan mengatur ulang arus kas dari gaji/penghasilan dan juga mengatur ulang pengeluaran primer.
“Untuk sementara, ada dua hal yang bisa dilakukan, yaitu kurangi jumlah yang dibeli atau cari substitusi dengan harga lebih rendah, sehingga jumlah/volume tetap sama,” kata Freddy.
3. Jangan korbankan masa depan
Pada umumnya kegiatan investasi dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan di masa depan, seperti untuk dana kebutuhan di masa pensiun maupun dana pendidikan anak. Untuk pemenuhan kebutuhan jangka panjang tersebut perlu dihindari pengurangan pada pos investasi.
“Ingat, pay yourself first; sisihkan sebagian dari penghasilan saat ini untuk diri Kamu di masa depan. Kalau saat ini saja harga berbagai kebutuhan terasa mahal, apalagi di masa mendatang. Jadi, atur pengeluaran dan tetap sisihkan sebagian dari penghasilan saat ini untuk digunakan di masa depan,” dia menjelaskan.
4. Selalu manfaatkan peluang investasi
Berbeda dengan periode sebelumnya, kenaikan harga BBM bersubsidi kali ini tidak menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Menurut Freddy, saat wacana kenaikan BBM bersubsidi muncul, kebijakan ini justru disambut baik oleh para pelaku pasar. Hal ini terlihat dari aliran dana masuk milik investor asing selama bulan Agustus lalu, setelah beberapa bulan terakhir mencatatkan arus keluar.
“Di tengah dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, rencana kenaikan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia, serta tekanan eksternal, pasar finansial Indonesia tetap stabil didukung oleh kondisi makro ekonomi yang suportif,” Freddy memaparkan.
Pasar saham masih memberikan peluang investasi yang menarik dalam jangka panjang. Menurut Freddy, kondisi makro ekonomi Indonesia yang lebih solid disertai dengan pertumbuhan laba perusahaan yang diperkirakan tumbuh pada laju yang sehat diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham, terutama ketika sentimen global sudah lebih membaik. Faktor siklikal terkait pemulihan ekonomi mendukung sentimen dan fundamental perusahaan yang lebih baik bagi pasar saham.
Sementara itu, pasar obligasi menunjukkan resiliensi di tengah berbagai tantangan. Imbal hasil riil yang tinggi mampu menopang stabilitas pasar obligasi, bahkan ketika US Treasury kembali bergejolak. Normalisasi suku bunga BI di tengah pengetatan global yang agresif mendukung pasar obligasi dan nilai tukar rupiah. Sentimen akan semakin positif ketika tingkat inflasi, terutama di Amerika Serikat dan Eropa, sudah mencapai puncak.
“Diversifikasi aset menjadi strategi yang tepat bagi para investor dalam merealisasikan berbagai tujuan keuangan di masa depan. Porsi mana yang lebih besar, apakah di saham atau di obligasi atau di pasar uang, akan sangat tergantung pada profil risiko dan target waktu pemanfaatan dananya,” dia mengungkapkan.
Kinerja Cuan Reksadana
Jenis reksadana yang berbasis pasar uang merupakan reksadana pasar uang, berbasis obligasi merupakan reksadana pendapatan tetap dan berbasis saham seperti reksadana saham, reksadana indeks dan reksadana campuran.
Tercatat hingga kini ada 13 produk reksadana Manulife Aser Manajemen Indonesia yang tersedia di Bareksa, dari beragam jenis tersebut. Di antaranya reksadana saham Manulife Saham Andalan yang berhasil membukukan cuan 31,95% dalam 3 tahun terakhir (per 22/9/2022) dan Manulife Greater Indonesia Fund dengan imbalan 22,3% di periode yang sama.
Untuk reksadana pendapatan tetap ada Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A dengan cuan 18,13% dan untuk reksadana pasar uang yakni Reksa Dana Manulife Dana Kas II Kelas A dengan imbal hasil 11,94%.
Sumber : Bareksa
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.