Empat Strategi Investasi Reksadana dalam Menghadapi Resesi
Kembali fokus pada tujuan investasi dan sesuaikan dengan profil risiko
Kembali fokus pada tujuan investasi dan sesuaikan dengan profil risiko
Bareksa.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi Indonesia di 2020 minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Prediksi minus itu lebih dalam dari proyeksi sebelumnya di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Dia juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Angka itu lebih dalam dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya, yakni minus 2,1 persen hingga 0 persen.
"Forecast terbaru kita pada September untuk 2020 adalah minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen. Ini artinya, negatif territory kemungkinan terjadi pada kuartal III," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (22/9/2020).
Realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen. Resesi didefinisikan sebagai kondisi di mana pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Dengan prediksi tersebut, Indonesia dinilai akan masuk jurang resesi.
Promo Terbaru di Bareksa
Minusnya ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19 tidak sendirian, sebab tercatat 45 negara di dunia sudah melaporkan kontraksi ekonomi mereka. Beberapa di antaranya sudah mengumumkan resesi sejak kuartal II 2020.
Strategi Bagi Investor
Nah, bagi kita investor reksadana apa yang harus dilakukan dalam menghadapi resesi ekonomi yang diprediksi bakal melanda Indonesia dan banyak negara di dunia?
Sejatinya ada empat hal penting yang harus dilakukan investor sebelum investasi reksadana yang bisa diterapkan setiap saat. Empat strategi itu adalah :
1. Fokus pada Tujuan
Sebelum berinvestasi, kita harus memiliki tujuan keuangan yang ingin kita capai dan fokus pada tujuan tersebut. Misalkan untuk biaya pernikahan, membangun atau merenovasi rumah, biaya pendidikan anak, hingga modal kerja dan dana pensiun.
Investasi di reksadana juga bisa ditujukan untuk dana cadangan atau darurat, yang bisa kita pakai sewaktu-waktu dalam keadaan penting dan belum kita anggarkan sebelumnya. Setelah kita mengetahui tujuan ini, kita bisa mulai merencanakan investasi.
2. Jangka Waktu Investasi
Kalau kita sudah tahu tujuan investasi kita, maka kita bisa menghitung perkiraan jangka waktu investasi untuk memenuhi tujuan tersebut, mulai dari jangka pendek, menengah hingga jangka panjang. Misalkan kita ingin menyiapkan dana untuk biaya pernikahan atau anak sekolah tahun depan, maka kita bisa mengeset jangka waktu investasi hanya setahun. Kalau ingin menyiapkan dana pensiun atau modal kerja, berarti investasi tersebut untuk jangka panjang dan biasanya di atas lima tahun.
Jangka waktu investasi ini kemudian berkaitan dengan jenis reksadana yang akan kita pilih. Secara umum, ada empat jenis reksadana tersedia bagi masyarakat di Indonesia, yaitu reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran dan reksadana saham.
Reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dangan masa jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Jenis reksadana ini cenderung stabil sehingga cocok untuk investasi dalam jangka pendek yaitu sekitar setahun.
Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.
Reksadana campuran adalah jenis reksadana yang mengalokasikan dana investasinya dalam portofolio yang bervariasi, termasuk saham dikombinasikan dengan obligasi. Risiko reksadana campuran bersifat moderat dengan potensi tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap sehingga cocok untuk jangka panjang di atas 3 tahun.
Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, namun memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi sehingga cocok untuk jangka panjang.
3. Ketahui Profil Risiko
Sebelum berinvestasi, kita sebagai investor juga perlu mengerti karakteristik diri kita yang akan menentukan jenis reksadana yang cocok bagi kita. Umumnya, profil risiko yang menggambarkan karakter investor dalam berinvestasi ini terbagi dalam tiga tipe yaitu tipe konservatif, moderat, dan agresif.
Tipe konservatif (penghindar risiko/risk averse)
Investor bertipe konservatif ini memiliki profil risiko yang rendah dan cenderung menghindari risiko (risk averse). Dalam hal berinvestasi, investor ini lebih menyukai instrumen investasi yang aman dan takut jika pokok investasi (modal awal) akan berkurang. Selain itu, tipe investor ini juga merasa nyaman dengan instrumen investasi yang imbal hasilnya tidak terlalu besar tetapi bergerak stabil.
Instrumen investasi yang cocok untuk investor dengan profil ini ialah reksadana pasar uang. Reksadana pendapatan tetap juga cocok bagi tipe investor ini, meskipun risikonya lebih tinggi dari pasar uang, namun lebih lebih stabil dibandingkan reksadana campuran dan saham.
Tipe moderat (sedang)
Investor yang berprofil risiko moderat (sedang) ini memliki karakteristik yang siap menerima fluktuasi jangka pendek dengan potensi keuntungan yang diharapkan dapat lebih tinggi dari inflasi dan deposito. Dalam hal ini, pengetahuan soal investasi reksadana bisa bergerak naik atau turun (fluktuatif) sudah dipahami oleh investor. Akan tetapi, mereka tetap saja tidak ingin uangnya hilang sama sekali saat berinvestasi.
Pilihan jenis reksadana yang cocok untuk tipe investor moderat ini adalah reksadana campuran, yang risikonya lebih rendah dari saham namun dengan potensi keuntungan yang tidak kalah menarik.
Tipe agresif
Pemilik profil risiko agresif sangat siap untung dan juga siap rugi (risk taker). Orang dengan profil risiko agresif siap kehilangan sebagian besar bahkan seluruh dana investasinya demi imbal hasil yang besar. Jenis reksadana yang sesuai dengan tipe investor ini adalah reksadana saham.
4. Disiplin
Disiplin berinvestasi maksudnya kita harus selalu rutin menyisihkan uang di awal bulan sebelum digunakan untuk kebutuhan rutin bulanan, dan bukan menyisakan di akhir bulan setelah digunakan untuk kebutuhan rutin. Hal ini dilakukan agar tujuan keuangan dan perencanaan yang sudah kita buat dapat tercapai sesuai jangka waktunya. Kemudian, meskipun reksadana bisa dicairkan kapan saja, kita bisa menahan untuk terus menyimpannya agar dana tersebut tumbuh hingga tujuan investasi kita tercapai.
Disiplin juga bisa diterapkan untuk investasi besar di pembelian pertama tetapi tidak mengambilnya sebelum keuntungan dan tujuan yang diharapkan dalam jangka panjang tercapai.
Dalam hal ini, seorang investor reksadana tidak perlu panik mengecek portofolio tiap hari dan khawatir ketika nilai investasi berfluktuasi. Sebab, pergerakan naik turun dalam jangka pendek tidak terlalu berarti untuk investasi yang memang ditujukan bagi kebutuhan jangka panjang.
Kinerja Reksadana
Setelah mengetahui empat strategi yang harus dilakukan oleh investor, bagaimana dengan kinerja empat jenis reksadana tersebut?
Menurut catatan Bareksa, secara year to date kinerja mayoritas atau 5 dari 8 indeks reksadana masih negatif seiring masih minusnya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan.
Tercatat 3 indeks reksadana masih membukukan kinerja positif yakni reksadana pendapatan tetap dengan return 3,4 persen, indeks reksadana pasar uang syariah 1,43 persen, serta indeks reksadana pendapatan tetap syariah 0,66 persen.
Sumber : Bareksa
Jika kita merupakan tipe investor penghindar risiko dengan jangka waktu investasi pendek, maka kita akan menghindari jenis-jenis reksadana yang membukukan kinerja merah sepanjang tahun ini, seperti reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang syariah.
Namun jika kita merupakan tipe investor yang berani mengambil risiko dengan jangka waktu investasi panjang, maka reksadana berbasis saham, baik reksadana saham dan campuran bisa dipilih. Meskipun saat ini kinerjanya masih merah, namun bagi investor tipe agresif justru melihatnya saat ini harganya sedang murah.
Sebagaimana nasihat legenda hidup investor, Warren Buffett, masa sulit saat pasar bergejolak justru bisa jadi kesempatan untuk agresif berinvestasi guna meraih potensi keuntungan jangka panjang.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.