8 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Ini : Potensi Sengketa Pemilu AS hingga Resesi RI
IHSG rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan besar pada pekan lalu
IHSG rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan besar pada pekan lalu
Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia menyatakan selama periode sepekan yaitu 2-6 November 2020 atau pekan pertama November, Pasar Modal Indonesia mencatatkan data perdagangan di zona positif. Peningkatan tertinggi selama sepekan ini terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa 16,16 persen menjadi Rp9,105 triliun dari sebelumnya Rp7,838 triliun pada pekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi harian selama sepekan naik 9,33 persen menjadi 768,340 ribu kali transaksi dibandingkan 702,764 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi naik tipis 0,39 persen menjadi 12,455 miliar saham dari 12,406 miliar. Nilai kapitalisasi pasar bursa ikut naik 4,05 persen menjadi Rp6.199,56 triliun dari Rp5.958,18 triliun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan peningkatan 4,04 persen di 5.335 dari sebelumnya 5.128.
Investor asing pada Jumat pekan lalu mencatatkan nilai beli bersih Rp711,04 miliar, sedangkan sepanjang tahun 2020 masih mencatatkan jual bersih Rp47,356 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Anugerah Mega Investama yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti, Hans Kwee menyatakan pada pekan kedua November 2020 yakni 9-13 November ini, setidaknya ada 8 peristiwa yang diprediksi bakal mempengaruhi pasar. 8 sentimen tersebut ialah :
1. Pemilu Amerika Serikat telah berlangsung pada 3 November 2020
Indeks di pasar saham mayoritas menguat menyambut potensi Joe Biden memenangkan Pemilu. Dari hasil prediksi perhitungan tidak resmi menunjukan Biden berhasil memenangkan pemilu dengan 290 elektoral. Demokrat berdasarkan prediksi berhasil memenangkan suara di Georgia lagi sejak terakhir kali tahun 1992 dan Arizona sejak 1996. Proyeksi BBC berdasarkan hasil tidak resmi negara bagian yang telah menyelesaikan perhitungan suara menunjukan kemenangan Biden dengan 273 suara elektoral.
"Pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan presiden ini karena mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat ke depannya," ujar Hans dalam keterangannya (8/11/2020).
2. Potensi sengketa Pemilu AS
Hal ini tidak lepas dari metode pemilihan umum yang dilakukan, di mana diizinkannya penggunaan pos untuk mengirim surat suara. Pendukung Partai Demokrat lebih taat protokol kesehatan sehingga banyak megirim surat suara via pos, sedangkan pendukung Partai Republik banyak datang ke tempat pengambilan suara.
Karena itu diawal perhitungan di beberapa negara bagian yang mengalami pertarungan berat di awal perhitungan suara Partai Republik mampu memang, tetapi setelah surat suara dari pos dihitung keadaan mulai berbalik.
"Belum lagi di negara bagian yang sangat ketat ini selisih suara kedua partai cukup ketat sehingga menimbulkan risiko diperdebatkan," ungkap Hans.
3. Biden unggul di negara bagian dengan pertarungan ketat seperti Georgia, Pennsylvania, Arizona dan Nevada
Trump merasa dicurangi karena pembalikan arah suara ini. Di beberapa negara bagian penting yang menentukan perhitungan suara Trump telah mengajukan gugatan hukum sehingga meningkatkan ketidakpastian pasar. Pemilu yang berakhir di pengadilan dikhawatirkan akan membuat pelaku pasar melakukan aksi ambil untung.
4. Kemenangan Biden berpotensi membuat perang dagang AS-China tidak memburuk
Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti. Ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan votalitas pasar. Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap dolar AS termasuk Yuan, Euro, dan lainnya. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market.
5. Harapan stimulus fiskal AS yang besar sedikit berkurang
Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat dan partai Demokrat di DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Biden dan Demokrat meloloskan kebijakan stimulus fiskal dalam jumlah besar. Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve mengeluarkan kebijkan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter, suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal untuk membuat ekonomi AS sulit cepat pulih. Hal ini menjadi keuntungan bagi Pasar Negara berkembang.
6. Tanpa gelombang biru selain menghalangi stimulus fiskal yang besar juga menghalangi perubahan kebijakan yang radikal di AS
Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan perseroangan, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluas healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan grean energy. Ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan mendorong valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham AS terkoreksi.
7. Kenaikan kasus Covid-19
Peningkatan kasus telah memaksa beberapa Negara melakukan penguncian kembali (lockdown) dan cenderung menghalangi tren pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung. Inggris memasuki penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus Covid-19. Biden juga dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di AS untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarnag terjadi. Penguncian ekonomi akibat pendemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi.
8. Ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 resmi mengalami resesi dengan negatif 3.49 persen
Namun kinerja ini lebih baik dari negatif 5,32 persen pada kuartal II 2020 dan lebih baik dari banyak negara lain di dunia. Hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatil terhadap dolar AS seperti yen Jepang, rupiah dan won Korea menguat. Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatakn sentimen positif karena nilai tukar rupiah yang dianggap undervalued , biaya lindung nilai yang relatif rendah dan yield US Treasury masih akan tetap rendah.
"Pasar saham dunia termasuk Indonesia di awal pekan mungkin menguat menyambut kemenangan Biden. Tetapi sesudah itu sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan besar pada pekan lalu. Selain itu potensi sengketa politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Resistance IHSG di level 5.381 sampai 5.500 dan support di level 5.246 sampai 5.161," Hans menjelaskan.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.