Bareksa Insight : Upah Minimum Naik 5%, Cuan Reksadana Ini Berpeluang Meroket
Potensi kenaikan suku bunga acuan AS biasanya mendorong penguatan dolar dan menekan harga emas melemah, ini bisa jadi peluang untuk berinvestasi emas di harga murah
Potensi kenaikan suku bunga acuan AS biasanya mendorong penguatan dolar dan menekan harga emas melemah, ini bisa jadi peluang untuk berinvestasi emas di harga murah
Bareksa.com - Beberapa provinsi di Indonesia mengumumkan kenaikan upah minimum mayoritas di atas 5%. Menurut Tim Analis Bareksa, kenaikan upah minimum berpotensi mendorong kuatnya konsumsi masyarakat di tengah pemulihan ekonomi.
Smart Investor dapat mencermati reksadana yang memiliki komposisi cukup besar di saham sektor perbankan, konsumer dan ritel yang diproyeksikan terdampak positif dari sentimen tersebut.
Baca juga : Bareksa Insight : Pasar Cemas Gelombang Demonstrasi di China, Ini Dampaknya ke Reksadana
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, menjelang pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Jerome Powell, Rabu waktu setempat atau Rabu malam WIB, terkait potensi kenaikan suku bunga acuan, pasar obligasi dalam negeri masih cenderung bergerak mendatar dengan yield (imbal hasil) acuan Obligasi Negara di kisaran 6,9%.
Salah satu pejabat The Fed pada Selasa waktu AS mengatakan masih berkomitmen untuk menaikkan suku bunga acuan untuk menurunkan inflasi secepatnya. Hal ini turut mempengaruhi pergerakan terbatas mayoritas reksadana pendapatan tetap.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (29/11/2022) turun 0,08% ke level 7.012,07. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 29/11/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Potensi Pasar Menguat di Desember, Cuan Reksadana Ini akan Melambung
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Mempertimbangkan sentimen kenaikan upah minimum dan pasar menanti pidato Powell, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor bisa mencermati 3 hal ini agar kinerja investasinya maksimal :
1. Imbas penguncian wilayah (lockdown) yang berkepanjangan akibat kebijakan Zero Covid Policy di China diproyeksikan membuat kinerja industri manufaktur yang akan dirilis hari ini melemah (kontraksi). Rilis data tersebut diperkirakan membuat pergerakan reksadana saham dan reksadana indeks jadi terbatas hari ini (30/11/2022).
2. Smart Investor juga bisa mencermati reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN), jika yield kembali melemah ke kisaran level 7,2-7,3%. Meski kenaikan suku bunga acuan AS pada Desember 2022 berpotensi lebih rendah dari sebelumnya, namun hal ini diproyeksikan mempengaruhi pelemahan terbatas pasar obligasi dalam negeri.
3. Potensi kenaikan suku bunga acuan AS biasanya mendorong penguatan dolar dan mempengaruhi penurunan harga emas. Jika harga emas mengalami penurunan, maka Smart Investor bisa memanfaatkan peluang ini untuk melakukan akumulasi investasi di emas dengan harga murah dalam fitur Bareksa Emas, dengan tujuan investasi jangka panjang, serta optimalisasi kinerja portofolionya.
Simak juga : Bareksa Insight : Defisit APBN RI Lebih Rendah dari Proyeksi, Topang Cuan Reksadana Ini
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, konservatif dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 29 November 2022)
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 16,28%
Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A : 17,44%
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 16,66%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,45%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 29 November 2022)
Reksadana Indeks
Danareksa Indeks Syariah : 9,04%
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 7,09%
Reksadana Saham
Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A : 8,95%
Schroder Dana Prestasi Plus : 15,12%
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.