Bareksa.com - Para pelaku pasar global saat ini sedang menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) bulan Oktober 2022, pada Kamis (10/11) waktu setempat. Inflasi Negara Paman Sam diproyeksikan kembali melemah ke level 8,1% dan inflasi inti diperkirakan masih akan naik tipis ke level 6,7%.
Di sisi lain, pelaku pasar juga memproyeksikan tingkat klaim pengangguran di AS akan meningkat. Hal itu akan menjadi kunci keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dalam memutuskan apakah akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Desember mendatang.
Baca juga : Bareksa Insight : Upah Buruh RI Naik Tanda Ekonomi Solid, Cuan Reksadana Ini Melejit Hingga 16%
Dari dalam negeri, data penjualan ritel Indonesia bulan September 2022 yang dirilis kemarin (9/11) tercatat meningkat 4,6% dan angka itu lebih tinggi dari ekspektasi pasar 4,1%. Bantuan sosial pemerintah saat kenaikan harga bensin bahan bakar minyak (BBM), terbukti bisa menjadi bantalan sehingga penjualan ritel nasional tetap tumbuh dengan solid pada September.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (9/11/2022) naik 0,28% ke level 7.070,08. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 09/11/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat turun ke level 7,4%.
Simak juga : Bareksa Insight : Pasar Cermati Pemilihan AS, Ini Jurus Cuan Investasi Reksadana dan Emas
Di tengah sentimen pasar yang wait and see (menanti) rilis data inflasi dan klaim pengangguran AS, Tim Analis Bareksa menyarankan agar Smart Investor menerapkan 3 jurus ini agar kinerja investasinya maksimal :
1. Tim Analis Bareksa menilai saat ini pelaku pasar berekspektasi untuk melihat lonjakan angka inflasi di AS maupun secara global mulai mereda. Sebab dengan inflasi yang rendah, maka diharapkan kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif lagi ke depannya juga berpeluang mereda. Sehingga, perputaran uang dan biaya pinjaman juga akan lebih rendah, serta membuat pengusaha melakukan ekspansi usaha.
2. Kinerja reksadana saham dan reksadana indeks diprediksi bergerak terbatas pada hari ini (11/9). Apabila IHSG kembali mengalami koreksi di bawah level 7.000, maka bisa menjadi peluang bagi Smart Investor untuk masuk berinvestasi dengan fokus jangka pendek.
3. Smart Investor masih disarankan untuk mempertimbangkan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi hingga rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia berikutnya, yang rencananya dilaksanakan pada 16-17 November atau pekan depan.
Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi RI Kuartal III Diprediksi Tetap Kuat, Cuan Reksadana Ini Bisa Melesat
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana saham yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, agresif dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (per 9 November 2022)
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 6,48%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 5,65%
Bahana Dana Prima : 16,71%
Schroder Dana Prestasi : 11,77%
Imbal Hasil 1 Tahun (per 9 November 2022)
Capital Money Market Fund : 4,41%
Syailendra Sharia Money Market Fund : +3,94%
Baca juga : Bareksa Insight : Suku Bunga AS Kembali Naik 0,75%, Ini Imbasnya ke IHSG, SBN dan Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.