Bareksa.com - Para pelaku pasar saat ini menanti rilis data pertumbuhan ekonomi RI kuartal III 2022 yang diekspektasikan masih bertumbuh di atas level 5,6%, karena masih kuatnya konsumsi dalam negeri. Hal tersebut juga tercermin dari laporan keuangan emiten sektor ritel yang masih bertumbuh signifikan pada kuartal III ini.
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Jumat (4/11/2022) menguat tipis 0,16% ke level 7.045,53. Namun sepekan terakhir (31 Oktober - 4 November), IHSG melemah 0,44%.
Baca juga : Bareksa Insight : Kenaikan Agresif Bunga Acuan AS Berpotensi Belum Mereda, Terapkan 2 Jurus Cuan Ini
Dari pasar obligasi, yield (imbal hasil) obligasi kembali melemah ke level 7,48% pada perdagangan Jumat pekan lalu (4/11/2022), setelah sebelumnya menguat ke level 7,42%. Pelemahan itu akibat menurunnya nilai tukar rupiah ke level Rp15.750 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sepekan, kurs rupiah mengalami fluktuasi 89 poin, di mana dolar AS diperdagangkan di rentang tertinggi Rp15.736 dan terendah Rp15.647. Bank Indonesia diproyeksikan masih akan menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas rupiah ke depannya.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga AS Kembali Naik 0,75%, Ini Imbasnya ke IHSG, SBN dan Reksadana
Di tengah pelaku pasar yang sedang menanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III 2022 dan melemahnya rupiah, Tim Analis Bareksa menyarankan agar Smart Investor bisa menerapkan 2 jurus cuan investasi ini :
1. Outlook ekonomi RI diprediksi masih akan berada di rentang target pemerintah pada tahun ini, dengan bertumbuh secara tahunan di level 4,9-5,2%. Solidnya pertumbuhan tersebut, reksadana saham dan reksadana indeks diperkirakan memiliki peluang paling signifikan ke depannya.
2. Tim Analis Bareksa masih optimistis IHSG masih berpeluang bisa ditutup di level 7.200-7.300 pada akhir 2022. Karena itu Smart Investor bisa investasi di reksadana secara bertahap apabila terjadi koreksi, dan memanfaatkan peluang fenomena window dressing yang biasanya terjadi jelang akhir tahun.
Simak juga : Bareksa Insight : Inflasi RI Melandai Tanda Ekonomi Baik, Cuan Reksadana Ini Ciamik
Beberapa produk reksadana saham, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko agresif, moderat dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 4 November 2022)
Bahana Dana Prima : 16,67%
Schroder Dana Prestasi Plus : 13,69%
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 6,37%
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 5,57%
Imbal Hasil 1 Tahun (per 4 November 2022)
Capital Money Market Fund : 4,4%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 4,01%
Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.