Bareksa.com - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal III 2022 menunjukkan perbaikan dan melebihi ekspektasi pasar, yakni sebesar 2,6% secara kuartalan (QoQ). Hal ini, menurut Tim Analis Bareksa, membuat pelaku pasar menilai kembali potensi dampaknya terhadap kenaikan suku bunga acuan AS hingga akhir 2022, apakah akan agresif atau tidak.
Kondisi itu mendorong pergerakan variatif, serta fluktuasi tinggi di pasar saham global, termasuk Indonesia. Sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan reksadana berbasis saham, seperti reksadana indeks dan reksadana saham berpotensi menguat terbatas untuk hari ini. IHSG pada Kamis (27/10/2022) naik 0,68% ke level 7.091,76.
Baca juga : Bareksa Insight : Peluang Investasi Emas di Tengah Kenaikan Suku Bunga Acuan AS
Sementara itu, pasar obligasi Indonesia juga turut menguat dengan yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah naik ke level 7,57%, ditopang yield acuan Obligasi Pemerintah AS yang saat ini kembali turun ke level 3,9%.
Tim Analis Bareksa memprediksi hari ini yield acuan Obligasi Pemerintah Indonesia bisa di kisaran 7,5 - 7,6%. Hal itu dikarenakan saat ini pelaku pasar melihat level yield 7,6 - 7,7% merupakan titik yang relatif murah untuk mengambil posisi kembali berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN).
Berdasarkan data id.investing.com (diakses 27/10/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat di level 7,6%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Investor Menanti Rilis Data Inflasi, Terapkan Jurus Cuan Investasi Ini
Mempertimbangkan membaiknya ekonomi Negara Paman Sam dan masih tingginya fluktuasi di pasar modal, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor mencermati 2 hal berikut agar kinerja investasinya tetap maksimal :
1. Smart Investor disarankan bisa tetap mencermati reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (big caps). Pasalnya kinerja keuangan emiten big caps berpeluang bisa lebih baik dari perkiraan pasar. Smart Investor bisa mempertimbangkan akumulasi investasi secara bertahap, jika IHSG mengalami koreksi atau penurunan ke arah level 6.800.
2. Smart Investor juga bisa mulai mempertimbangkan akumulasi investasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis SBN, saat yield acuan bergerak di kisaran 7,6%-7,7%.
Lihat juga : Bareksa Insight : Rilis Kinerja Emiten Kuartal III Bakal Dongkrak Cuan Reksadana Ini
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana indeks, reksadana saham dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, agresif dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 27 Oktober 2022)
Sucorinvest Bond Fund : 22,76%
TRAM Strategic Plus : 13,07%
Syailendra Dana Kas : 14,86%
Capital Money Market Fund : 16,97%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 27 Oktober 2022)
Avrist IDX30 : 9,16%
Principal Index IDX30 : 7,29%
Schroder Dana Prestasi Plus : 14,58%
Mandiri Investa Cerdas Bangsa : 10,95%
Baca juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Indeks Keyakinan Konsumen Turun, Emas dan Reksadana Ini Prospektif
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.