Bareksa Insight : Ekonomi AS Membaik Dorong Suku Bunga Terus Naik, Reksadana Ini Bakal Ciamik
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka Nonfarm Payrolls bertambah 263.000 pada September, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 255.000
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka Nonfarm Payrolls bertambah 263.000 pada September, lebih tinggi dari ekspektasi pasar 255.000
Bareksa.com - Amerika Serikat pada Jumat (7/10) merilis data ketenagakerjaan September 2022 yang menunjukan angka cukup solid. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan angka Nonfarm Payrolls (NFP) bertambah 263.000 pada September, merupakan kenaikan bulanan terkecil sejak April 2021 dan lebih rendah dari kenaikan 315.000 pada Agustus. Jumlah itu lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memprediksi penambahan tenaga kerja hanya 255.000.
Di hari yang sama, AS juga merilis angka pengangguran yang semakin membaik di level 3,5%, lebih rendah dari perkiraan pasar 3,7%. Rilis dua data ekonomi itu, menurut Tim Analis Bareksa, bisa mendorong Bank Sentral AS, Federal Reserve terus agresif menaikkan suku bunga acuannya ke depannya.
Sedangkan pasar obligasi domestik pada pekan lalu kembali melemah dengan yield (imbal hasil) ditutup di level 7,24%, setelah sebelumnya sempat menyentuh 7,2%. Pelemahan tersebut juga diikuti oleh yield Obligasi Pemerintah AS yang melemah kembali ke level 3,88% dari sebelumnya sempat menguat pada pekan lalu ke level 3,5%.
Promo Terbaru di Bareksa
Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (7/10/2022) turun 0,7% ke level 7.026,78. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 07/10/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat naik ke level 7,2%.
Apa yang bisa dilakukan Smart Investor?
Di tengah sentimen pasar membaiknya data ekonomi AS yang bisa mendorong suku bunga acuan terus agresif naik, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor mencermati 4 hal ini agar kinerja investasinya tetap aman dan cuan maksimal :
1. Kinerja reksadana saham dan reksadana indeks saat ini berpotensi mengalami tekanan cukup besar, hingga dirilisnya data keuangan emiten untuk mendongkrak kembali kinerja pasar saham Indonesia. Smart Investor disarankan untuk masuk berinvestasi di reksadana saham dan reksadana indeks berbasis saham kapitalisasi besar (big caps).
2. Smart Investor disarankan untuk menerapkan strategi jangka pendek di reksadana saham dan reksadana indeks, dengan berinvestasi secara bertahap saat IHSG berada di level 6.800-7.000. Kemudian, Smart Investor bisa kembali menjual reksadana saham dan reksadana indeks, saat ada momen window dressing pada Desember mendatang.
3. Smart Investor tetap dapat masuk kembali di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk mengamankan imbal hasil dari pasar saham.
4. Smart Investor disarankan untuk berinvestasi emas sebanyak 7,5% dari komposisi portofolio asetnya, mengingat inflasi dan ketidakpastian global masih cukup tinggi ke depannya dan berfokus sebagai alat penahan penurunan portofolio saat ini.
Beberapa produk reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham dan reksadana indeks yang bisa dipertimbangkan oleh Smart Investor dengan profil risiko konservatif, moderat dan agresif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 7 Oktober 2022)
Reksadana Pasar Uang
Capital Money Market Fund : 17,15%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 17,12%
Reksadana Pendapatan Tetap
TRIM Dana Tetap 2 : 17,32%
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 31,06%
Imbal Hasil 1 Tahun (per 7 Oktober 2022)
Reksadana Indeks
Avrist Indeks LQ45 : 9,79%
Danareksa Indeks Syariah : 9,42%
Reksadana Saham
TRIM Kapital : 15,42%
Avrist Equity - Amar Syariah : 12,72%
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Baca juga : Bareksa Insight : Harga BBM Naik, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.
Fitur Bareksa Emas dikelola oleh PT Bareksa Inovasi Digital, berkerja sama dengan Mitra Emas berizin.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.